Jurig 1

27 6 0
                                    

1. Musik (Tidak) Menyatukan Kita (85)

Karena gagal fokus, saya kira tokoh utama perempuan dan karena dia menyatakan cinta pada Ara, sempat saya kira 'belok'

Cerita ini relate untuk saya yang sekarang masih SMA dan kebetulan sedang mati-matian ngejar nilai, takut rank turun. Sampai saya menyadari kalau masa SMA bukan hanya tentang nilai dan saya juga harus menikmati semua hiburannya.

Tidak ada yang bisa saya revisi dari cerita ini. Penggunaan kata dan kaidah kebahasaannya sudah bagus. Mungkin perlu disclaimer tersirat kalau cerita ini akan pakai bahasa gaul Indonesia seperti 'enggak' dan lain-lain di narasi. Tapi, kalau bisa semua narasinya pakai Bahasa Indonesia baku, biar dialog aja yang pakai bahasa gaul.

Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

2. The King and The Vice Prefect (85)

Saya suka kalau ada yang memadukan salah satu prompt dengan genre fantasi.

Yang perlu diperhatikan penulis adalah hubungan sebab-akibat di cerita ini. Soalnya tidak mungkin Antonia tidak greget kenapa Mirabelle pakai baju dansa yang sama. Mungkin penulis bisa memberikan sedikit konflik antara Mirabelle dan Antonia karena pesta dansa itu. Kalau tidak ada itu, ceritanya terasa flat meskipun penulisannya sudah rapi dan sesuai kaidah kebahasaan.

Sama usahakan paragrafnya tidak terlalu panjang. Kalau bisa dijadikan dua paragraf, jadikan saja dua paragraf, jangan digabung jadi satu.

Itu saja dari saya. Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

3. Killed by The Killed Teacher (85)

Cerpen ini sebenarnya mau saya beri nilai 88 karena plot-twist-nya. Sayang sekali, ada beberapa tanda baca yang tidak sesuai kaidah kebahasaan dan ada beberapa adegan yang seharusnya dijelaskan oleh penulis.

Meskipun ini bersifat fiksi, tapi guru membunuh geng motor karena mau nabrak si anak, itu tidak mungkin bisa dilakukan terlebih penulis ambil latar Indonesia di cerita ini. Kalaupun bisa, penulis harus bisa menjelaskan lebih lanjut kenapa ini bisa dilakukan. Konfliknya lumayan rancu. Tapi, penjelasannya logis mengenai kenapa gurunya se-killer itu.

Itu saja dari saya. Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

4. An dan Xie (90)

Saya terpukau dengan rapinya kata dan plot-twist yang ditulis. Karena dua hal inilah, saya memberikan penulis nilai 90.

Selain karena kekhasannya, saya menyukai memori tersirat dari An tentang sekolahnya. Penulis berhasil membuat saya buruk sangka dengan orang tuanya, padahal orang tuanya benar mengenai sekolah An dan khawatir dengan An. Emosi saya teracak-acak setelah membaca cerpen ini. Btw, saya bacanya di sekolah dan hanya bisa terdiam setelah baca ini. Kalau di rumah, mungkin saya akan jadi reog.

Penulis bisa meningkatkan lagi gaya menulisnya agar menjadi lebih baik, idenya dieksplor lebih dalam.

Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

5. Tidak Mungkin Sesempurna Itu (85)

Saya sangat terhibur dengan semua yang penulis sampaikan di cerpen ini. Saya juga bertanya-tanya, apakah ini juga punya penulis di cerpen 1? Soalnya pembawaannya mirip-mirip.

Saya suka keabsurban dalam cerpen ini, sayang sekali kurang di PUEBI-nya. Jadi, apapun dialog yang menyampaikan perasaan kesal, marah, menunjukkan ekspresi berteriak, dan sebagainya, tanda serunya cukup satu. Terlebih pakai huruf kapital, tanda serunya satu saja.

Kemudian, meskipun ini pakai PoV pertama, di narasi ataupun dialog, kita tetap tidak bisa memanjangkan sebuah kata. Misalnya, 'Satuuuuu'. Tulis saja sesuai kaidah yang berlaku. Pembaca akan tahu sendiri ekspresi apa yang mau penulis sampaikan.

Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

6. Cinta Bersemi untuk Gadis Meja Belakang (89)

Ini kenapa tiba-tiba semua cerpen punya plot-twist?

Saya suka kejutan di akhir ceritanya. Penulisannya rapi, penulis sudah menguasai PUEBI dan KBBI. Dibandingkan cerita lain, cerita ini punya konflik kecil yang dapat membangun cerita. Kalau bisa lebih panjang sih, penulis bawakan konflik antara tokoh utama dan saudara tirinya karena si saudara diri malah dibonceng ketua kelas.

Tidak ada hal yang bisa saya revisi. Saya harap penulis bisa berkembang dengan gaya kepenulisan seperti ini di event bulan-bulan selanjutnya.

Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

7. Tahun Terakhir (85)

Saya suka ceritanya, sayang sekali konfliknya masih buram. Mungkin karena prompt-nya dibatasin ya? Saya berharap penulis dapat menjelaskan kenapa crush-nya kayak dimanfaatkan dan sebagainya. Kalau tidak pakai itu, cerpennya jadi rancu.

Mohon maaf sedikit saja ya. Untuk kepenulisan sudah bagus. Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

8. Warna (87)

Sebenarnya cerita ini, saya rasa cukup monoton, tetapi saya suka bagaimana penulis bisa merapikan kata-kata di ceritanya dan bagaimana penulis menggerakkan alurnya.

Penulis sebenarnya bersaing dengan penulis no. 9 karena sama-sama bagus. Namun, sayangnya cerita ini biasa-biasa saja dan pembawaannya tidak berbeda dengan yang lain, yang juga membawakan hal yang sama. Entah faktor prompt cerpen bulan ini atau hal lain mungkin? Namun, meski begitu, saya mengapresiasi semangat penulis untuk bisa mengumpulkan cerpen bulan ini. Penulis hanya tinggal mengembangkan cara menulisnya agar menjadi lebih baik ke depannya.

Terima kasih sudah berpartisipasi!

.

9. Arunika, Sandikala (88)

Penulis bersaing dengan penulis cerpen no. 9, hehe.

Yang saya suka di sini adalah kejutan di akhir. Sayang sekali masih kurang di beberapa kaidah kebahasaan. Kalau ada kata bahasa Inggris yang punya arti bahasa Indonesia-nya, tetap pakai Bahasa Indonesia-nya.

Alurnya saya harap bisa dieksekusi lagi. Soalnya jalan cerita terkesan monoton. Saya memberi nilai 88 karena cerpen ini bagus dari segi penokohan dan ide. Saat cerpen lain, mereka membawakan tema yang sama, tapi orang yang mereka naksir ternyata naksir orang lain, pada cerpen ini, orangnya naksir, sayang sekali beda keyakinan. Jadi, cerita ini punya kekhasannya sendiri dari cerpen dengan tema yang sama pada event bulan ini.

Terima kasih sudah berpartisipasi!

School ExperienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang