Jurig 3

18 3 1
                                    

Sebagai salah satu penyumbang prompt pada tema bulan ini, saya mau minta maaf di atas materai kepada segenap member yang ikut serta dalam event bulan ini. Saya baru menyadari bahwa ada beberapa detail yang semestinya tidak perlu dimasukkan ke dalam prompt, tetapi di luar kesadaran, saya malah memasukkannya dan membuat tulisan kalian kurang bisa dieksplorasi. Semoga kedepannya kesalahan ini tidak terulang kembali, sekali lagi, maaf karena membatasi kreativitas kalian. Oke, mari kita langsung ke penilaian!

1. Musik (Tidak) Menyatukan Kita (78)

Salah paham sampe akhir sama si tokoh utama. Saya pikir Zera itu cewek. Bukan hanya karena namanya, tapi juga gerak-gerik dan tingkah tokoh di sekitarnya yang bikin makin salah paham. Meski demikian, saya merasa cerita ini relate dengan kehidupan masa sekolah saya sendiri. Sibuk dengan belajar, lalu tiba-tiba seseorang muncul begitu saja, mengacaukan fokus kita, tetapi kekacauan yang menyenangkan. Sayangnya, saya merasa perpindahan antar adegan terasa agak terburu-buru, kurang mulus. Saya yakin ini juga akibat dari keterbatasan jumlah kata. Selain itu, tulisan ini 'baik-baik saja', meski agak sedikit hambar. Saya merasa tidak ada permainan kata yang memunculkan empati di hati pembaca, Jadi perasaan Zera terhadap Ara terkesan hanya ucapan saja, tidak bisa ikut dirasakan pembaca.

2. The King and The Vice Prefect (87)

Cukup singkat, padat, jelas, dan juga rapi. Ini pujian, tahu?

Terima kasih sudah menyuguhkan kisah sekolah yang manis dan tidak Nice Try. Bisa dibilang, saya menyukai kisah ini karena tipe tulisanmu adalah selera saya. Sangat menyegarkan rasanya membaca tulisan seperti ini lagi setelah sekian lama. Tidak banyak pergolakan, memang, dan akhirnya cenderung bisa ditebak, tetapi saya tetap bisa menikmati tulisan ini dan merasa ikut senang dengan 'kemenangan' Mirabelle atas Constantine.

3. Killed by The Killer Teacher (89)

Satu kata setelah selesai baca cerpen ini: Hah?

Benar-benar di luar ekspektasi. Sudah dibuat penasaran sejak awal, di akhir dibuat tercengang. Premisnya benar-benar matang. Hanya ada sedikit kesalahan penulisan, tapi bagi saya itu tidak terlalu perlu dipermasalahkan. Terima kasih sudah menyelesaikan cerpen yang hebat ini! Saya berharap bisa membaca lebih banyak lagi tulisan-tulisan menegangkan seperti ini darimu.

4. An dan Xie (85)

Rasanya menyenangkan untuk membaca tulisan yang rapi dan penuh kalimat-kalimat puitis. Kamu menggunakan banyak kata kiasan yang membuat pembaca harus fokus pada tulisanmu untuk bisa menangkap keseluruhan ceritanya. Satu kesan yang saya dapatkan setelah membaca keseluruhan tulisan ini: Sedih. Saya bahkan tidak tahu apakah Xie nyata, atau hanya hasil imajinasi An saja, tapi pasti menyedihkan hidup menjadi An. Cerpen ini sama sekali bukan jenis bacaan yang ringan. Pembaca harus memusatkan pikiran dan harus dalam posisi tenang untuk bisa menyelesaikan bacaan ini. Sumber bacaanmu juga keren, saya jadi tertarik untuk membaca syair-syair dari tempat yang asing. Good Job!

5. Tidak Mungkin Sesempurna Itu (76)

Jujur, ini lucu dan menghibur banget. Angga sama Ratih bener-bener serandom itu. Sayang banget cerpen ini agak kurang rapi, sulit untuk mengabaikan hal-hal seperti tanda baca yang tidak tepat, tanda baca yang berlebihan, dan beberapa tulisan yang (aku tidak tahu disengaja atau tidak) ada typonya. Seandainya cerpen ini lebih rapi, pasti aku bisa kasih nilai lebih tinggi. Terima kasih sudah menghibur!

6. Cinta Bersemi Untuk Gadis Meja Belajar (75)

Ini agak menyedihkan, sih. Diandra sejak awal menyimpan iri dengki ke saudara tirinya, sampai akhir pun perasaan iri dengkinya tidak memenangkan apa-apa. Bagiku, cerpen ini menyenangkan untuk dibaca, tapi agak monoton. Mungkin agak kurang panjang, sehingga konflik-konflik yang disuguhkan dalam cerita ini tidak memiliki penyelesaian yang pasti. Jujur, sebenarnya dari awal, saya udah bisa nebak, kalau tidak ada akhir yang bahagia untuk Diandra, jadi kalau dikatakan plot twist, rasanya akhir cerita ini agak kurang nendang. Untuk kaidah kepenulisannya, cerpen ini bisa dikatakan sudah cukup rapi.

7. Tahun Terakhir (88)

Lucu banget, saya boleh ketawa 'wkwkwk' nggak sih? Lebih ke ... karena saya seperti membaca kisah saya sendiri di waktu SMA, cowok yang saya suka ternyata di mata orang lain tidak sepandai, sekeren, dan sesempurna seperti yang ada di kepala saya. Sejauh ini, cerpen ini merupakan satu-satunya cerpen yang berusaha menyesuaikan prompt yang disediakan, sehingga itu patut untuk diapresiasi. Cerpen ini juga rapi, sehingga sangat menyenangkan untuk dibaca. Good job!

8. Warna

Kenapa Fara enggak confess ke Pandu? Karena saya enggak pernah confess ke Pandu yang asli, takut ditolak. HAHAHAHAHA.

9. Arunika, Sandikala (87)

Setiap awal dialog, jangan lupa untuk menggunakan huruf kapital, ya.

Sebenarnya, reaksi Darren yang mengejek Anna, lalu tiba-tiba naksir padanya, itu agak tiba-tiba dan kurang terduga. Seperti, mana mungkin dia naksir. Namun, spekulasi itu langsung patah di kalimat setelahnya. Menurut saya, sepertinya harus ada sedikit kalimat penghubung yang membuat dua hal bertentangan itu tidak bertemu tiba-tiba.

Meski begitu, saya setuju kalau cerpen ini jenaka banget. Dari semua cerpen yang ada, saya rasa cerpen ini memang tepat dijadikan penutup. Tidak meninggalkan kesan 'berat', menyenangkan. Yah, walaupun sedih karena keduanya beda agama, tapi menurut saya cerpen ini fresh dan sangat menghibur. Terima kasih sudah ikut serta pada event bulan ini.

School ExperienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang