Luar Biasa

11 1 0
                                    

"Kak, ayo banguun. Udah mau ashar!"

Yumna menggoyang-goyangkan badan Zayna sambil menepuk pundaknya. Rupanya waktu menunjukkan 15 menit lagi menuju pukul tiga sore.

"Heaah.. Iyaa, makasih ya. Ini mau siap-siap mandi." 

Zayna yang masih "mengumpulkan nyawa", meregangkan tubuh dan membersihkan kedua matanya.

Ia segera bangkit dari tempat tidurnya, menyiapkan pakaian untuk pergi ke kajian dan bersiap mandi. Rupanya ummi juga ikut mengingatkan.

"Zayna, jadi kan pergi bareng Yanti?"

"Iya ummi, ini Zayna baru mau mandi. Habis shalat ashar langsung cusss." sahut Zayna.

"Allahu akbar, Allahu akbar...!" 

Suara adzan musholla dekat rumah Zayna berkumandang. Ia baru saja selesai bebersih. 

Ashar hari ini, mau coba muroja'ah juz 29 deh. Gumamnya saat hendak shalat ashar. 

"Tabaarakalladzi biyadihil mulku wa huwa 'alaa kulli sya'in qadiir..." dibacanya surah Al-Mulk ayat 1-14 dengan lirih pada rakaat pertama, lalu menuntaskan ayat setelahnya di rakaat kedua. 

Zayna dan adik-adiknya sudah punya bekal 2 juz di belakang sebagai syarat lulus sekolah dasar di tempatnya. Mereka disekolahkan di sekolah berbasis Islam sejak kecil dan dari masa itu lah sudah dibiasakan membaca serta mengulang hafalan al-Qur'annya. Salah satunya dalam shalat.

Plok. Plok. Plok.

Suara taburan bedak di pipinya setelah Zayna mengaplikasikan skincare-nya yang lain. Pastinya tidak lupa menggunakan sunscreen. Katanya salah satu bentuk rasa syukur ciptaan Allah adalah dengan menjaga dan merawatnya, salah satunya wajah. Asal tidak tabarruj dan berlebihan. Secukupnya saja.

"Ummi... abi... Zayna berangkat ya! Assalamu'alaikum". Zayna langsung bersalaman dengan kedua orang tuanya dan merogoh gawainya. Ia memberi kabar kepada Yanti bahwa sudah ingin berangkat.

Assalamu'alaikum Yan. Zayna otw rumah yaa

Sesampainya di depan pagar rumah Yanti, Zayna langsung melambaikan tangan dengan senyum cerianya. Yanti ternyata sudah menunggu di depan rumah sambil menenteng helm. Tak lama, ummi Yanti muncul dari dalam rumah. Yanti pun pamit dan bersalaman dengan umminya. Zayna langsung turun dari motor.

"Ammah, Zayna bawa Yanti dulu ya. Assalamu'alaikum", pamit Zayna sambil mencium tangan ummi Yanti.

"Hati-hati ya kalian, semoga banyak dapat ilmu. Fii amanillah." Ummi Yanti memberi pesan kepada keduanya.

Breem.... Motor Zayna dihidupkan kembali. Tanda siap untuk berangkat bersama Yanti.

"Mari kita berangkat. Let's gooo. Bismillah, tawakkaltu 'alallah, laa hawla wa la quwwata illa billah."

***

"Gimana tadi kajiannya, kak?" Rasa penasaran si bungsu, Yumna, membawa ia bertanya perihal kegiatan Zayna dan Yanti di masjid tadi.

"Masya Allah banget dik. Tadi yang bawain kajian ustadz Badar. Tentang sirah Nabi. Gimana Nabi Muhammad dihadapi berbagai cobaan dan ujian, tapi beliau pantang menyerah. Apapun akan beliau lakukan demi dakwah Islam. Yang paling kakak ingat, nancep di pikiran dan hati, saat ustadz bilang gini: kebaikan dibalas kebaikan itu biasa, keburukan dibalas keburukan itu wajar, tetapi, keburukan dibalas dengan kebaikan, itu yang luar biasa..."

"...Kakak jadi termotivasi banget nih. Kalau lagi dikecewain, disakitin, diperlakukan buruk atau hal apapun yang kurang mengenakkan oleh orang lain, kakak tetap harus bersikap baik sama mereka. Apa yang mereka lakukan, engga bisa kakak kontrol. Respon kakak terhadap hal itu yang bisa kakak kontrol. Maka, kakak pengen banget jadi yang "luar biasa" itu, meneladani Nabi Muhammad yang diperlakukan buruk dan jahat sama masyarakat pada zaman beliau, tetapi beliau tetap baiiiik dan sabar banget sama mereka. Juga mendo'akan kebaikan untuk mereka. Huhuhu."

"Semoga kita selalu dilapangkan hatinya sama Allah ya, Yum. Biar dapat surgaNya. Aamiin." sambung Zayna, berbagi kisah dan hikmah yang ia dapatkan saat ke kajian tadi. 

"Aamiin Allahumma Aamiin. Yumna do'ain deh semoga kita bisa jadi yang luar biasa. Yumna jadi pengen ikutan ke kajian. Kapan-kapan ajakin Yumna juga ya kak!" ucap Yumna dengan polosnya.



Perjalanan Mengejar CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang