Bab 35

37.5K 2.7K 409
                                    

Isabella duduk di sofa kamar hotel, pandangannya tertuju pada Judas yang punggungnya tengah diobati oleh seorang dokter, Isabella bisa melihat dokter tersebut terlihat gugup saat menjahit luka tembakan di bahu Judas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isabella duduk di sofa kamar hotel, pandangannya tertuju pada Judas yang punggungnya tengah diobati oleh seorang dokter, Isabella bisa melihat dokter tersebut terlihat gugup saat menjahit luka tembakan di bahu Judas.

Sebelum dokter mengobati Judas, dokter tersebut Judas perintahkan untuk mengecek keadaan Isabella lebih dulu, meski Isabella mengatakan ia tidak terluka hanya sedikit tergores oleh pecahan gelas wine di lengannya, Judas tetap memerintahkan dokter tersebut untuk memeriksa Isabella karena Judas tidak mempercayai perkataan Isabella.

Tentu saja Judas tidak percaya, Judas pasti mengira Isabella akan sengaja menyembunyikan lukanya, sakitnya, hanya agar janin dalam kandungannya mati akibat kejadian di restoran tersebut.

Dan ketika dokter mengatakan pada Judas bahwa Isabella baik-baik saja, Isabella hanya mengangkat satu alisnya, enggan berdebat dengan Judas yang saat itu masih berdarah-darah karena luka di bahunya.

Judas tak terlihat kesakitan meski bahunya tengah dijahit tanpa menggunakan obat bius, tentu saja orang seperti Judas tidak akan membiarkan dirinya terpengaruh obat bius, Judas tidak akan membiarkan dirinya dalam situasi vulnurable, rentan untuk diserang oleh siapa saja yang mengincarnya, Isabella salah satunya.

Isabella memperhatikan wajah Judas yang tidak terlihat berjengit, meringis, setiap kali jarum menembus kulitnya dan benang menyatukan kulitnya yang terbuka karena luka tembakan, hanya rahang Judas yang terlihat mengeras, itu pun karena Judas marah kepada anak buahnya, marah karena penyerangan tiba-tiba terhadap mereka di tempat yang tidak biasa, tempat umum.

Isabella mendengar nama Killian disebut berkali-kali oleh Judas dan anak buahnya, sepertinya Judas menebak kalau kejadian penyerangan hari ini ada kaitannya dengan Killian.

Dokter usai menjahit luka di bahu Judas, anak buah Judas pun telah undur diri setelah bicara dengan Judas, meninggalkan Judas berdua saja di dalam kamar hotel bersama Isabella.

"Kau terlihat senang melihatku terluka." Judas akhirnya menatap ke arah Isabella, yang duduk di sofa seberang ranjang.

"Tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding melihatmu terluka." Isabella menggelengkan kepalanya, "Ku rasa aku salah, ada satu yang lebih menyenangkan yaitu melihat kau mati."

Judas memiringkan kepalanya, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman miring. "Apa kau yakin? Kau punya kesempatan sebelumnya, kau memegang senjata api milikku, kau berada di belakangku, musuh yang berdiri di hadapanmu sudah kau lumpuhkan semua, kau bisa berbalik dan menembak kepalaku jika kau mau tapi kau tidak melakukannya, kenapa kau tidak memanfaatkan situasi itu untuk menghabisiku, Bella?"

Isabella terdiam, memilih untuk tidak menjawab, namun sepertinya Judas tidak ingin mengesampingkan topik ini.

"Kau bahkan tidak membutuhkan instruksi dariku saat aku memutar tubuhmu, kau tanpa pikir panjang menarik pelatuk mu dan melumpuhkan musuh terakhir yang masih berdiri di saat senjataku kehabisan amunisi." Raut wajah Judas terlihat bangga, bangga karena usahanya melatih Isabella tidak berakhir sia-sia.

[2A] JUDAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang