Turki

997 60 10
                                    


Jangan lupa follow sebelum baca

Happy reading

"Kamu adalah satu-satunya patah hati yang nggak bisa aku benci Zar."

***

Nampak suasana hening menghiasi kabin pesawat yang penuh dengan penumpang. Sebelum kembali ke indonesia, Zizan dan juga rombongan yang lainnya akan melakukan tansit ke Turki.

Suasana langit yang gelap membuat hampir seluruh penumpang tertidur dengan lelap. Namun tidak dengan Zizan, entah kenapa matanya sangat sulit untuk di pejamkan, padahal orang-orang yang ada di sekitarnya sudah terlelap tidur. Termaksud Zarina yang berada tepat di sampingnya. Gadis itu tidur dengan sangat nyenyak, mulut yang sedikit terbuka serta sedikit dengkuran halus, membuat perhatian Zizan tertuju pada gadis itu.

Mumpung Zarina masih tertidur, Zizan menggunkan kesempatan itu untuk sepuasnya memandang wajah Zarina yang nampak lucu saat tertidur. Kalau gadis itu sudah terbangun, mana berani Zizan melakukannya. Lagi pula tidak salahkan memandang wanita yang telah halal baginya.

Namun ada yang membuat Zizan sedikit kurang nyaman saat melihat Zarina. Posisi tidur gadis itu terlihat tidak nyaman. Kepalanya miring menyandar pada jendela pesawat, bahkan terlihat seperti akan ambruk ke samping. Pasti lehernya terasa sakit saat terbangun nanti.

Dengan perlahan Zizan bergerak untuk memperbaiki posisi tidur Zarina, membenarkan posisi kepala gadis itu agar bersandar pada kursi penumpang yang empuk. Setelah melakukannya, mata Zizan teralih pada tangan Zarina yang nampak terjepit pada sela-sela kursi, dan dengan perlahan Zizan mendekatkan tubuhnya pada Zarina, berusaha meraih tangan gadis itu.

Namun naas baru saja Zizan menyentuh tangan yang berusaha ia raih, tatapannya malah bertemu dengan tatapan dingin Zarina yang ternyata telah membuka matanya.

Sejenak Zizan menahan nafasnya karena rasa kaget, namun detik itu juga Zizan bisa merasakan hembusan nafas Zarina yang begitu terasa menerpa wajahnya karena posisi mereka yang begitu dekat. Lalu dengan segera Zizan melepaskan tangannya dari Zarina dan menjauhkan tubuhnya.

"Aku cuma mau narik tangan kamu yang kejepit tadi." Jelas Zizan. Takutnya gadis itu akan berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Ya walaupun mereka sudah sah menjadi suami isteri, namu hal itu terasa sangat aneh bagi mereka.

Zarina segera menegakkan tubuhnya. 

"Iya, makasih."

Ada kecanggungan diantara mereka. Dua-duanya sama-sama diam, Zarina menatap keluar jendela pesawat, sedang Zizan memainkan ponselnya. Namun itu tidak berlangsung lama sampai Zarina beralih menoleh ke arah Zizan.

"Kak Zizan aku haus." Ucap gadis itu sambil memegang ujung jilbabnya.

Dengan segera Zizan membuka tas ransel yang tengah ia pangku, seingatnya ia sempat membawa air zam-zam di tasnya tadi.

Zizan menyodorkan air yang baru ia dapatkan itu, dan dengan segera Zarina meminumnya hingga menyisahkan setenga botol.

"Makasih." Ucap gadis itu seraya mengembalikan botol yang ia pegang kepada Zizan. "Kak Zizan kenapa mau nikah sama aku?" Tanya Zarina tiba-tiba.

Zizan meneguk ludahnya kasar. "Kalau aku bilang takdir, kamu percaya?" Jawab Zizan dengan kembali memberi pertanyaan pada Zarina. Gadis itu mengangguk, benar juga jika karena takdir. Tapi bukan kah takdir bisa di ubah? Kenapa harus dirinya yang di takdirkan untuk Zizan, yang bahkan namanya sangat takut ia sebutkan dalam doanya.

"Tapi kalo takdir itu nggak buat kak Zizan bahagia, Apa kaka bakal nyalahin takdir itu?"

"Percaya pada takdir Allah Zarina. Walaupun itu perlu air mata yang banyak." Ucap Zizan sambil menatap manik coklat gadis itu.

AzizanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang