Jangan lupa follow akun aku sebelum baca!
Happy reading
****
"Rasanya nikah gimana sih Zan?" Tanya Haikal tiba-tiba.
Keduanya tengah berada diatas motor kesayangan Haikal. Sedang menempuh perjalanan untuk kembali ke apartemen setelah melakukan shalat subuh berjamaah di masjid yang letaknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.
"Nikah itu satu persen enaknya Kal." Jawab Zizan yang langsung membuat raut wajah Haikal terlihat terkejut.
"Berarti sisanya....?" Ucap Haikal seolah menggantung ucapannya.
"Enak bangeeeet." Lanjut Zizan disertai dengan tawa yang membuat Haikal langsung mengendus kesal sambil menatap Zizan dari kaca spion.
"Gue serius Kal. Nikah itu enak banget, lo coba aja deh!"
"Coba sama kucing?" Ucap Haikal datar.
"Sembarangan lo." Tegur Zizan.
"Lagian lo suruh gue buat nyoba nikah, sedangkan calon aja gue nggak punya. Emang bakso apa sampe di coba-coba segala." Cerca Haikal frustasi.
"Gimana Kalo sama sepupu gue Kal?" Tawar Zizan yang langsung di balas dengan senyuman kecut dari Haikal.
"Udalah Zan lo nggak usah ngadi-ngadi. Mending sekarang lo turun! Udah sampe ini." Ujar Haikal saat motornya telah berhenti di parkiran.
Setelah menyadarinya Zizan segera turun dan memperbaiki sarungnya yang nampak sedikit kusut. "Kalo lo udah siap buat nikah, kabarin gue aja Kal! Gue bakal ngajuin beberapa sepupu gue buat lo."
"Tapi speknya kaya Zarina ya Zan."
"Nggak ada! Cuman orang-orang terpilih yang bisa dapatain Zarina dan ngerti sama keadaannya." Sarkas Zizan.
"Emang Zarina kenapa?" Tanya Haikal penasaran.
"Lo nggak akan ngerti keadaan dia." Jawab Zizan acuh.
"Ya iyalah orang dia nikahnya sama lo bukan sama gue." Cicit Haikal namun masih bisa di dengar oleh Zizan.
"Udahlah ceritanya. Nggak kelar-kelar nanti! Sekarang lo masuk apartemen! Masak buat sarapan! Karena gue juga mau bantuin Zarina yang lagi masak buat sarapan kita berdua nanti." Tegas Zizan yang kemudian melenggang pergi meninggalkan Haikal.
"Gue numpang sarapan sama lo aja Zan." Teriak Haikal yang hanya dibalas penolakan dengan lambaian tangan Zizan.
Setelah memasuki apartemennya Zizan dapat mencium aroma masakan yang menyeruak masuk kedalam penciumannya. Zizan tersenyum saat matanya menangkap seorang wanita dengan cepolan rambut blondenya tengah berkutik di dapur, wanita itu tak lain adalah Zarina istrinya.
Sudah satu bulan lebih Zizan menangkap pemandangan ini, gadis itu perlahan mulai terbuka pada dirinya dan berusah Menjalankan kewajibannya layaknya istri-istri pada umumnya. Mulai dari menyiapkan sarapan, pakaian, bahkan tak jarang mendengar curhatan Zizan saat peria itu merasa lelah dengan tugas kuliah dan pekerjaannya. Dan hal itu sudah membuat Zizan merasa bahagia.
Pernah suatu hari Zarina membahas apakah Zizan tidak ingin mengambil haknya sebagai suami. Walaupun gadis itu mengucapkannya dengan sedikit ragu. Karena bagaimanapun juga mereka adalah sepasang suami istri dan sudah kewajiban Zarina untuk memberikan hak itu pada Zizan jika peria itu menginginkannya.
Namun Zizan sendiri merasa tidak yakin dengan ucapan Zarina, ia bisa melihat kalau semua itu dilakukan Zarina hanyalah terpaksa untuk menaati aturan agamanya. Gadis itu bahkan ragu untuk mengucapkan kata cinta pada dirinya saat Zizan bertanya apakah gadis itu sudah jatuh cinta pada dirinya atau belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azizan
SpiritualZizan tidak masalah jika harus merasakan yang namanya cinta sepihak. Padahal dimata kaum hawa Zizan terlihat sempurna, seorang gus muda dengan berbagai prestasi, aktif di dunia maya dengan jutaan pengikut. Namun lelaki berparas tampan itu lebih memi...