2. Paramarta Quae Patria?

607 97 30
                                    

Cerita ini murni pemikiran saya, fantasi, dan (mungkin akan) mengandung beberapa hal tidak baik untuk di tiru. Bijak dalam membaca ya guys.

Don't forget for follow me. Comment and like.
.

Sorry for typo's.
.

Enjoy and Happy Reading.
_


“;Paramarta Negeri Apa?

“Wih! Bang Helmy keren amat sayapnya, cakep kek nebula ya kan Ji!” Canan berkata antusias sembari melihat sayap Hanif yang terus terbuka tertutup.

Semuanya hanya diam, kecuali Hanif yang memakan buah kecil berwarna merah yang terasa manis. Hingga sosok manisnya pun turut dipandangi oleh semua orang disana.

“Khem.” Jean -sengaja- terbatuk pelan.

“Di dunia kalian, banyak kaum gay kan?”

“Jangan maen-maen kau Tinkerbel jahat, kita-kita masih waras ye!” Rendra yang menangkap maksud Jean pun mengelak dengan tak santai. Rendra kan kesabarannya tebal sekali, setebal tisu basah tak berlapis.

“Gue bukan Tinkerbell, budeg apa gimana sih lo?!” Jean berkata kesal, sedang Rendra pura-pura tidak mendengar.

“Eh, terus kita ini di negeri dongeng, kah?” Jilan bertanya sebagai pengalihan dari suasana tak nyaman itu.

“Bukan lah ege! Ini dunia ...” Canan berpikir sejenak, “Eh ini dunia apa ya? Sama kayak kita? Atau dunia ghaib?”

“Ghaib.” sahut Marvio.

“Berati mereka setan?!” tanya Naraka sembari melihat Helmy dan Jean horor.

“Gobl*k!” sentak Jean tak terima.

“Jean! Sayap aku capek.” Helmy duduk tiba-tiba, lalu tengkurap dengan sayap yang melemah tertutup.

“Heh, kotor Hel!”

“Caapeekk~” Jean mengangkat sang kembaran, meletakan tubuh Helmy di antara lengan kekarnya.

“Manja banget sih.” ucapnya sembari meletakan tubuh kembarannya di atas daun besar.

“Bang, jatoh entar itu Bang Helmynya.” Canan berkata agak ngeri, dalam pikirannya daun kan tidak ada kuatnya sama sekali.

“Nggak bakal sih gue bikin Helmy celaka.” Jean berkata sembari mengusap lembut kepala Helmy, membiarkan sang adik tidur.

“Jadi, kita dimana sih bro?” Marvio bertanya serius.

“Paramarta. Dunia makhluk mitologi menurut manusia. Dan ya, gue sama Helmy salah satunya. Nggak tau sih kalian bikin kesalahan apaan sampe bisa nyasar kesini, yang pasti kalian udah sentuh portal masuk gerbang antara dunia kalian sama dunia gue.”

“Hehe, maaf ya Bang, kayaknya gara-gara gue deh.” Jilan berkata dengan tangan kanan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

“Kenapa? Oh, karena bunga?!” Naraka bergumam sendiri.

“Yaa, makanya punya tangan di kontrol, jangan sembarang.” celetuk Jean pedas.

“Hehe, sorry bang.”

“Terus, cara kita pulang gimana?” tanya Marvio, lagi.

“Nggak tau kapan, tapi kalian pasti pulang. Ini bukan tempat yang berhak kalian tinggali.” kata Jean.

“Tunggu aja, sampe penjaga gerbang ini dateng dan bawa kalian pulang. Gue juga minta maaf gara-gara Helmy kalian harus nunggu waktu buat balik.” lanjutnya.

“Loh, kok jadi Helmy?” Rendra bertanya bingung.

“Harusnya kalian bisa langsung balik kemarin, tapi karena kalian sadar, yang di sebabin tingkah lucu saudara gue, kalian harus nunggu penjaga gerbang buat balik.” jelas Jean, tak lupa menekankan kata lucu disana.

“Oh, asal kita selamat, nggak papa deh, pengalaman baru ini ketemu Tin-peri.” Naraka kelimpungan saat di tatap tajam Jean sebab hendak menyebut Jean dengan Tinkerbell, lagi.

“Aman. So, Welcome to Paramarta. Yang harus kalian tau, Paramarta itu fana. Hati-hati, jangan menaruh banyak hati disini.”

Semua terdiam mencoba mencerna, dan Jean tersenyum puas saat melihat lima manusia di depannya mengangguk patuh.

“Barang-barang kalian dari dunia manusia nggak disini. Semua kesimpen rapi di ruang penjaga gerbang, sampe kalian pulang nggak ada yang bisa kalian pegang selain pakaian, dan makanan.”

“Kamera?” Naraka bertanya dan Jean mengeleng, “Nggak bisa. Ponsel kalian juga nggak bisa.”

“Owkeey, jadi kita ngapain selama disini?” Rendra bertanya.

“Kupu-kupu, Langit, bahkan planet keliatan jelas di waktu tertentu, lihat aja kesukaan kalian disini, itung-itung cari kebaikan sebagai peri hitam, gue bakal temenin kalian.”

“Baik banget sih Bang~” Canan berkata terharu.

“Thanks Bro.” Marvio tersenyum tipis kepan Jean.

“Ya. Jangan lupa, selalu inget batasan.”

To be continued
.

Guys, El lupaaa!
Minal aidzin wal faidzin yaaa, mohon maaf lahir dan batin sayangku semuaaa.
.

Anw mau tanyaa, kalian mau cerita ini konflik kicik buat jadi cerita seru-seruan aja atau konflik berat biar mikir???
.

Gitu dulu,
See u, on next chapter, love

14 April 2024.

ParamartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang