9. Itinera Praeterita

492 87 7
                                    

Cerita ini murni pemikiran saya, fantasi, dan (mungkin akan) mengandung beberapa hal tidak baik untuk di tiru. Bijak dalam membaca ya guys.

Don't forget for follow me. Comment and like.
.

Sorry for typo's.
.

Enjoy and Happy Reading.
_
S

ebelum mulai, chapter ini isinya full flashback, jadi perlahan aja biar nggak bingung, yaaaw.

‘; Perjalanan Masa Lalu.’

Flashback.
Jakarta, 29 Desember 2003.

“Kamu ngapain, Hel?”

“Eh?”

“Loh?”

Semua memandang kaget pada Renan yang terbangun bingung, dia hanya berniat berpura-pura pingsan, malah ternyata dia dikira sedang tertidur?

Atau bagaimana? Aktingnya jelek, kah?

Helmy menatap sang papa dan kakaknya dengan pandangan panik.

“Belum bekelja, Papa!” katanya.

“Apanya?” Rendra bertanya menyahut.

Rio mendekat, mengendong sang anak untuk keluar.

“Ih, mau sama Elmy!” Rendra memberontak pada gendongan Rio.

“Num susu dulu, nanti main lagi, okey?” jawab Rio yang akhirnya mampu membungkam Rendra.

Beralih dari keduanya, ada Helmy yang memasang mimik terkejut, mungkin tak menyangka atas kegagalan yang tidak mereka prediksi.

“Ey, jangan sedih-sedih, no problem adik, kakak is here.” Jean menepuk pelan kepala bulat Helmy.

“Papa...” Mata berkaca-kaca anaknya membuat Johan menarik sudut bibirnya sebab rasa gemas yang hinggap.

“It's okey adek, nanti kita temu Ibu, ya?” Helmy merangkul leher Johan yang sudah berjongkok setinggi tubuhnya, ia hirup aroma maskulin kesayangannya.

Sore itu, kala senja hampir tenggelam, ketiganya berhasil sampai di hutan jati, tempat mereka bertemu, juga berpisah.

Kali ini, semua hal terlepas dari yang di rencanakan, seharusnya, Helmy dan Jean akan menginjak Paramarta, dunia mereka, untuk yang pertama kalinya hari ini.

Namun, mengetahui kekuatan Helmy belum dapat di gunakan, juga ketidak mungkinan Lestar untuk bertemu Rendra, mereka membuat sebuah keputusan.

Sampai umur Helmy dan Jean menginjak angka 12 tahun, keduanya akan di rawat oleh Johan, disini, di alam manusia.

Satu hal kesalahan Johan kala itu, ia tak mengerti jalan apa untuk anaknya kembali.

Sepenggal Flashback.
Jakarta, 27 Agustus 2004.

“Ahahaha, kena!” Naraka memeluk erat tubuh gempal Helmy, teman Renan yang kini sudah menjadi temannya juga.

Bocah-bocah berumur sebelas tahun itu berlarian, saling berusaha untuk menangkap satu sama lain.

“Jean, ayok beli es!” Rendra berteriak pada Jean yang kini bermain di atas pohon bersama Marvio.

Jean dan Marvio melompat turun dari atas pohon secara bersamaan.

ParamartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang