4. Deficio Investigationis

733 115 16
                                    

Cerita ini murni pemikiran saya, fantasi, dan (mungkin akan) mengandung beberapa hal tidak baik untuk di tiru. Bijak dalam membaca ya guys.

Don't forget for follow me. Comment and like.
.

Sorry for typo's.
.

Enjoy and Happy Reading.
_


‘; Penelitian yang Gagal.’

Warna gelap dari langit Paramarta terbentang bebas, tanpa tertutupi satu inci asap polusi yang menahan pertujukan indah sang malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warna gelap dari langit Paramarta terbentang bebas, tanpa tertutupi satu inci asap polusi yang menahan pertujukan indah sang malam.

Canda tawa terdengar keras, sebab Helmy membawa Canan terbang.

Sedang dalam jarak yang tak cukup jauh, dua orang detective duduk bersama, melihat, mengamati, dan mencetak senyuman pada wajah mereka.

“Menurut lo, ini masuk akal nggak sih, Ren?” Marvio bergumam kecil, sembari membiarkan matanya bergulir mengikuti Helmy yang terbang dengan memegang Canan, sedangkan Jean terbang di balakang Helmy, sepertinya takut sang kembaran terjatuh.

“Dalam ilmu kita, nggak. Tapi lo nggak lupa kan Bang, bahwa segala sisi di dunia ini memiliki rahasia?” Rendra menatap Marvio yang mengangguk samar di sampingnya.

“Hal ini pun, mungkin salah satu rahasia dunia. Dan kalau boleh jujur, gue ngerasa ini salah satu jalan yang kita cari.” Kini kedua netra itu saling berhadapan, saling menyalurkan maksud yang sama.

Ini, perihal satu misi yang gagal mereka pecahkan.

On Flashback.

“What do you think, Ren?” Marvio memegang koran yang menampilkan berita hilangnya salah satu petinggi negara.

Johannes Loman.

“Pusing banget. Ini kasus terlama yang gue pecahin Bang.” keluh Rendra.

Mata Marvio mengerling, lalu menepuk pelan pundak sahabatnya, “Baru dua hari, Ren. Dua hari.”

“Itu udah termasuk lama buat gue.” Keluh Rendra, lagi.

“Nggak asa petunjuk lain apa?” gumam Rendra sembari menatap ponsel sang mentri pertahanan negara.

“Ada.” Marvio berkata sembari mengeluarkan satu lembar kertas.

“Lihat, ini ada di tas beliau, ada di bagian rahasia tas.”

“Bagian mana? Gue udah ngubek-ngubek nggak dapet, tuh?” tanya Rendra sembari meraih kertas yang berisi foto. Menampilkan Johan, sang mentri yang hilang, bersama tiga sosok anak kecil yang nampak asing.

ParamartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang