1

6K 387 7
                                    

"Jika mati adalah pilihannya, aku rela mati demi bisa bersamamu dan anak kita"

Brak!

Entah kesalahan hukum alam atau memang kebanyakan dosa jiwa yang seharusnya pergi ke alam baka, menikmati setiap kobarkan api neraka malah bersemayam di tubuh seseorang yang seharusnya mati.

Lelucon apa-apaan ini? Agra ingin sekali berteriak mengatakan ada apa dengan dunia hingga melanggar hukum alam seperti ini. Jelas-jelas dia sudah mati karena kecelakaan pesawat ketika ingin pulang ke negara asalnya, namun mengapa malah seperti ini?

Bukan nya tidak bersyukur namun... sudahlah Agra tak mampu lagi menjabarkan perasaan nya sekarang apalagi mengetahui fakta jika pemilik tubuh yang bernama Saddam ini memiliki tiga anak kembar yang belum tau kabarnya selamat atau tidak.

Agra harus memastikan nya. Tapi setelah selang sialan ini terlepas! dan juga tahu nya dokter maupun perawat atau seseorang bahwa ia telah sadar sekarang.

Agra meratapi nasibnya dalam keadaan diam. Netra sayu nya menatap kosong langit ruangan. Andai saja kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin sekarang Agra sedang sibuk mendatangi berkas-berkas perusahaan yang lama ia tinggal.

Tapi entah dosa apa ia bisa tersesat di tubuh ini. Mana statusnya duda lagi. Kabar anak pemilik tubuh pun belum di ketahui.

Dari potongan ingatan pemilik tubuh hanya mengingatkan kecelakaan saat bersama istrinya yang saat itu tengah mengandung tujuh bulan. Jujur Agra tak sanggup mengingat nya.

"Saddam?" Lirih seseorang yang kini berdiri tak jauh dari brankar. Dengan kaku Saddam menoleh, mata sayu nya menangkap sosok wanita paruh baya yang menatap nya berkaca-kaca.

Samar-samar sekelebat ingatan lewat begitu saja dalam pikiran Agra. Lilian, ibu dari pemilik tubuh ini.

"Mama?" gumam Agra kaku. Wanita bernama Lilian itu tersenyum haru. Dia dengan cepat memeluk tubuh putra sulungnya sambil bergumam penuh syukur.

"Sayang kamu sadar...kamu sadar"

Agra hanya bisa terdiam kaku. Dia bingung ingin bertindak. Dari kecil Agra tidak mengetahui apa itu sosok ibu dan bagaimana peran nya. Agra hanya hidup bersama ayahnya. Ibunya entah berada dimana, ayahnya hanya menjelaskan ibunya pergi bersama pria lain sewaktu dirinya bayi.

Cukup menyedihkan memang tapi setidaknya Agra dapat merasakan peran penting dari ayahnya. Kasih sayang yang berlimpah ganda sebagai anak tunggal. Nasib yang cukup baik.

"M mah?" Mendapatkan panggilan dari putranya, Lilian segera sadar. Wanita itu tampak mengusap airmata nya lalu bergegas memencet tombol merah tak jauh dari kepala putranya.

"Ada yang kamu butuhkan sayang?" Pertanyaan yang Agra tunggu-tunggu.

"A air" lirih Agra yang sedikit lega ada seseorang yang dapat di minta tolong. Lilian segera menuangkan air botol di dalam gelas kemudian membantu putranya minum.

"Ada lagi sayang?" Agra menggeleng sembari menatap wanita yang menjadi ibunya sekarang itu lamat. Tampak wanita paruh baya itu tersenyum haru, tangannya mengusap surai Saddam.

"Akhirnya kamu sadar nak"

Ceklek

"Permisi" dua orang perawat beserta dokter pria berjalan sedikit tergesa mendekati brankar. "Kami akan memeriksa tuan Saddam nyonya" Lilian mengangguk mempersilahkan.

"Ada keluhan tuan Saddam?" Setelah memeriksa tubuh pasien yang cukup lama koma nya, dokter muda itu bertanya dengan hati-hati. Agra menggeleng, tubuhnya terasa lebih baik dari sebelumnya.

Ngomong-ngomong Saddam ya? haruskah panggilan nya berganti? baiklah.

Dokter pria itu mengangguk pelan, dia memberi kode kepada perawat agar menjalankan tugasnya. "Nyonya mari ikuti saya" sebelum pergi, Lilian mengusap tangan putranya sebentar.

became a father to tripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang