2

4.1K 314 1
                                    

Matahari mulai terbenam di bawah garis cakrawala sebelah barat. Warna langit kemerah-merahan berangsur memudar.

Suara cekikikan memenuhi kamar. Saddam yang sedari diam mengawasi ketiga anaknya kini mulai menghela nafas saat melihat Alyosha- anak bungsunya itu terjatuh.

Dilihat nya Skylar yang langsung membantu sang adik namun berkahir tersungkur. Dengan segera Saddam beranjak dari tempatnya, membantu Alyosha yang berusaha bangun, begitu pula dengan Skylar.

"Ugh!" Alyosha langsung memeluk leher Saddam saat pria itu menggendong nya dengan posisi jongkok. Dari nada nya, Saddam tebak anak nya itu di landa kekesalan. Saddam terkekeh. Netranya melihat Skylar yang tampak khawatir menatap punggung Alyosha.

"Adek gapapa bang" sembari mengusap kepala anak itu dengan pelan. Skylar menatap nya polos, "uh, dek??" Beo nya mengerjab beberapa kali.

Saddam terkekeh pelan. Mengapa anak-anak Saddam ini menggemaskan sekali? Jiwa Agra yang pencinta anak pun tak sanggup melihat nya. Tolong dia! siapapun!

"Iya adek" angguk Saddam membuat anak itu menepuk tangannya gembira. Sepertinya Skylar baru mempelajari kata baru.

Saddam jadi berpikir, bagaimana orang tuanya itu mengajari ketiga anaknya?

Tarikan kecil dari kaosnya mengalihkan atensi Saddam. Senyum nya langsung terukir saat si biang onar- jacxuel menatap wajahnya penasaran dengan mata mengerjab berulang kali.

Tolong ini sangat tidak adil! Mengapa Saddam merasa ia tengah di serang sekarang? Bolehkah ia menculik mereka bertiga? Tapi wait, mereka kan anaknya?

Saddam memukul pelipisnya, merasa bodoh akan pikirannya.

"Saddam, ayo makan malam dulu nak!" Saddam menoleh, menatap sosok wanita cantik yang menjadi ibunya sekarang- Lilian.

"Iya mah" angguk Saddam tersenyum tipis. Lalu dia menatap anak-anak nya yang secara serentak melihat ke ambang pintu, dimana berdirinya sosok Lilian.

"Sky sama mama aja, Dam. Kamu gendong El sama Al ke bawah" celetuk Lilian berjalan mendekati anak dan ketiga cucunya itu.

"Gapapa mah?"

Lilian menepuk bahu anaknya itu, "ya gapapa lah, mama biasanya gendong mereka juga kok" ujarnya seraya ingin menggendong Skylar namun anak itu malah merangkak mendekati Saddam.

"Nak au!" (Ndak mau)

Lilian mendengus, "semenjak ketemu kamu mereka jadi ga mau jauh dari kamu, Dam. Sky yang penurut aja ga mau sama mama" celetuk Lilian sedikit kesal. Saddam tersenyum kecil, merasa tidak enak.

"El aja sini sama oma" namun responnya sama seperti Skylar, anak itu langsung merapatkan dirinya di paha sang ayah.

"Why El? ini oma loh" ujar Lilian sambil memegang Jacxuel namun anak itu merespon dengan memalingkan wajah imut nya.

"Au pa!"

Mendapat penolakan dari kedua cucunya membuat raut wajah Lilian berubah sedih. Saddam yang melihatnya menjadi tak tega. Ia pun menatap Skylar lembut, mengusap kepalanya penuh kasih.

Saddam pun sadar, dia tak mungkin menggendong mereka bertiga. Itu akan menyulitkan dirinya dan membahayakan sang anak. Saddam takut salah satu dari mereka terjatuh atau mungkin ketiganya. Ya walaupun tubuh yang ia tempati ini memiliki bentuk tubuh yang lumayan sempurna untuk pria berusia 24 tahun.

Skylar tersenyum kecil menatap ayahnya. Tatapan nya beralih kepada Lilian seraya merentangkan kedua tangannya.

"Ya tuhan! Lucu nya!" Lilian langsung saja menggendong cucu pertama nya itu, mencium pipi bulatnya bertubi-tubi.

"Mama kebawah dulu ya, Dam" ujar nya langsung berlalu. Saddam di buat geleng-geleng kepala dengan kelakuan ibunya itu. Dia lantas bergegas menyusul Lilian setelah menggendong kedua anaknya.

~oOo~

Sang mentari mulai menampakkan diri dengan embun-embun pagi yang menempel pada sisi kaca. Rerumputan hijau bersama bunga-bunga yang bermekaran begitu memanjakan mata, menambah situasi menyenangkan untuk hari libur ini.

Bukan karena hari Sabtu bukan pula karena hari Minggu, hari libur ini terjadi di karenakan tanggal merah yang meliburkan para pelajar dan pekerja- tidak semua. Karena hari libur ini pula, dua kakak beradik yang baru berani pulang setelah menyakini diri bahwa sang ayah tidak lagi marah memutuskan untuk pulang, menemui sang abang dan keponakan.

Suara keributan telah terjadi dari beberapa menit lalu. Saddam hanya mampu menghela nafas melihat itu semua. Jacxuel dan Alyosha begitu aktif, penuh energik meladeni dua adik kembar nya.

Aidan Abhiseva Agnibrata dan Arno Abdiel Agnibrata, dua kembar berusia 17 tahun yang selalu membuat Saddam jengkel dan kerepotan akan kelakuan biang onar nya. Beruntung mereka adik kesayangannya.

"Hueee!" Tangisan kencang itu mengagetkan Saddam yang semulanya sibuk membersihkan sisa-sisa kue di mulut Skylar.

Saddam lantas memindahkan Skylar ke sofa, bergegas menghampiri jacxuel yang menangis. Netranya menatap kedua adiknya tajam.

"Hehe maap bang, kan cuman main" ujar Arno tersenyum cengengesan seraya memberikan mobil mainan jacxuel.

Saddam mendengus, tanpa mengambil mainan itu, Saddam berlalu kembali ke tempatnya. Saddam tidak perlu mengkhawatirkan Alyosha karena anak itu enteng bermain dengan Aiden.

"Bang!" Arno mendudukkan dirinya di samping Saddam, bergelayut manja di lengan kekar nya.

"Apa?"

"Nanti malam ada balapan, boleh ya bang?" Izin nya tersenyum lebar.

"Izin sama ayah, jangan sama abang" dari ingatan Saddam, dua kembar itu memang sering meminta izin kepada Saddam dari pada kedua orangtuanya. Kemungkinan mereka tidak mau meminta izin kepada Vincent dan Lilian karena pernah di marahi. Hanya Saddam yang memperbolehkan mereka dengan syarat pulang dalam keadaan sehat dan aman.

Terkesan memanjakan emang, namun jika di tanya siapa yang paling twins takuti tentu Saddam jawaban mereka. Kemarahan pria itu wajib dan patut di hindari.

"Ayah marah sama kita bang, nanti ga di bolehin. Please boleh ya bang?"

"Kalau ayah ga bolehin ya udah jangan No, nurut sesekali sama ayah kenapa?!" Sahut Saddam sambil membenarkan posisi Jacxuel dan Skylar yang ada di pangkuan nya.

Bibir Arno mencabik, "hadiah nya kali ini besar bang. Aiden yang bakalan ikut, lawannya musuh kita berdua. Nanti kalau Aiden ga ikut pasti kita berdua di ejek sama dia" ceritanya.

Aiden yang namanya di bawa-bawa pun mengangguk setuju. "Iya bang, janji deh ini terakhir" ujar Aiden mendapatkan tatapan tak terima dari Arno.

"Masa iya terkahir? Aiden emang ga bener kalau ngomong" gumam Arno lirih.

Saddam mendengarnya. "Terserah, tanggung sendiri resikonya" sahut Saddam dengan nada tak peduli. Senyum Arno langsung terbit di bibirnya, memperlihatkan dua lesung pipit yang menambah kesan manis di wajah tampan nya.

"Yes!!" Seru Arno berjingkrak senang.

"Umm?" Jacxuel dan Skylar menatap bingung orang yang berstatus om nya itu. Tatapan mereka sedikit aneh, kemungkinan mereka baru bertemu spesies orang seperti Arno.

Sayang sekali mereka tidak mengingat Arno lah yang selalu bertingkah selama ini di depan mereka.

Mereka melupakan monyet dengan bentuk manusia itu.

"Diam Arno!" tegur Saddam yang pusing sendiri melihat tingkah monyet sang adik.

"Iya iya!"
.
.
.

TBC

became a father to tripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang