Bab 9

2.5K 223 10
                                    

Sorak riuh di lapangan mengundang sekumpulan pemuda untuk melihat. Salah satu dari mereka berdecak seraya memandang tribun penonton yang rata-rata merupakan perempuan.

"Ck, gue kira kenapa ternyata si donggo lagi tebar pesona toh"

"Udah Rik, ayo lanjut ke kantin" ajak Arshan mendorong pundak teman nya itu yang menyebabkan Alaric terdorong ke depan. Pria itu ingin marah namun tatapan Arshan menghentikan niatnya.

"Jalan!"

Sembari melangkah kakinya, netra Alaric masih belum lepas melihat lapangan, dimana terdapat musuhnya di sana.

"Gue tau ric tapi jangan sekarang, nih perut perlu di isi" merangkul pundak Alaric dengan santainya, Arno terkekeh samar saat matanya pun ikut menatap objek yang sama dengan temannya itu.

Alaric mendengus dingin. "Gue ga sabar pengen balas dia yang tadi pagi" ujarnya dengan pandangan lurus.

Kendaraan beroda dua yang Alaric gunakan senantiasa membelah jalan kota. Jejeran gedung-gedung besar serta cafe dan semacamnya menjadi pemandangan biasa untuk kota-kota besar. Apalagi dengan tumbuhan pohon yang berjejer rapi dengan bentuk ragamnya di tengah-tengah jalan yang memisahkan jalur lawan arah.

Asik menikmati keindahan kota, Alaric pun di kagetkan dengan tendangan dari motornya. Alaric berusaha menormalkan laju motornya agar tidak terjatuh. Netra Alaric menatap sang pelaku yang tampak menatap nya santai dengan mata yang menyipit.

Sial, jelas ia tersenyum!.

"Edgar!" geramnya dalam hati.

"Tunggu pembalasan gue anak manja!"

Sekali lagi Arno menepuk bahu Alaric. "Of course, kita balas dia nanti" ujarnya sembari tersenyum lebar.

"He kalian, lama banget jalannya" teriak Alerscha yang ternyata sudah di depan bersama Arshan dan Aiden. Alaric mendengus kasar, di kejar nya pemuda itu meninggal Arno sendirian.

"Kampret kalian!" umpat Arno ikut berlari.

Ya terjadilah aksi kejar-kejaran dari Five A julukan untuk mereka yang merupakan most wanted sekaligus preman sekolah.

~oOo~

Saddam tak dapat berkata-kata saat melihat triplets yang sudah seperti tuyul. Putih semua. Taburan bedak bayi sudah berceceran di atas lantai.

Saddam rasa ia tidak meninggalkan mereka lama. Ia hanya mandi padahal.

Melihat kedatangan sang ayah, Jacxuel dan Alyosha segera merapatkan diri di samping Skylar yang tampak terdiam untuk mencari aman.

"Papa mandi nya engga lama perasaan" celetuk Saddam sambil mendekati triplets. Dengan rambut yang masih basah dan handuk yang melilit pinggang nya, Saddam meraih dua tempat bedak yang tergeletak tak berdaya di atas lantai dengan keadaan yang sudah kosong. Saddam pun membuang nya ke tempat sampah.

Triplets memperhatikan kegiatan sang ayah dalam keadaan diam. Mereka tak berani menjawab.

"Ulah siapa?" Tanya Saddam sembari berjongkok di depan triplets. Alyosha dan Jacxuel saling menunjuk satu sama lain lalu kemudian sama-sama menyengir.

Saddam mengulum senyumnya agar tak terlihat. Dia membantu Skylar berdiri dan membersihkan bedak yang berada di rambut anak itu. Begitu juga dengan Jacxuel dan Alyosha.

"Kalau gini bedak kalian udah habis" ujar Saddam yang memang kehabisan stok bedak bayi. Pria itu mengambil minyak telon yang juga tergeletak di lantai. Minyak telon nya juga tersisa setengah.

became a father to tripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang