"Kalo kata orang jodoh mah ga kemana, Jeongwoo."
"Tapi lo nya yang kemana-mana, Haruto."
﹏﹏﹏﹏
Ada orang bilang mantan terindah tapi untuk Haruto hanya ada mantan tergila, ya Jeongwoo itu gila.
Gila bukan tentang kewarasan tapi pria jangkung yang mem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku akan menjagamu, walau nanti aku akan melepaskanmu." 🐺❣️😾
Haruto yang ketiduran di samping Jeongwoo karena tadi malam menangis cukup lama sedikit terusik dalam tidurnya karena ada tangan hangat seseorang yang mengelus surai halusnya lembut.
dengan perlahan ia membuka matanya lalu menoleh kearah Jeongwoo yang sudah tersenyum cerah menatap wajah lelah Haruto yang menatapnya dengan diam.
"Good morning, mantan." sapa Jeongwoo dengan kekehan kecil.
Haruto dengan cepat membenarkan duduknya canggung menatap Jeongwoo bersyukur dia kelihatan baik-baik saja walau keadaannya tidak bisa dibilang baik-baik saja.
"Kenapa bisa kaya gini?" tanya si manis mencoba bertingkah tidak terlalu perduli walaupun terlihat dengan jelas kalau dia habis bergadang semalaman bahkan Haruto masih memakai baju tidurnya dan mata bengkak karena menangis lumayan lama malam tadi.
"Karna musibah." jawab Jeongwoo sekenanya.
"Musibah atau emang kamu yang nyari perkara!?"
"Orang lagi sakit malah di omelin, lagian tenang aja gue punya sembilan nyawa, nanti kalo lo kenapa-napa gue sumbangin nyawa gue buat lo." cengir Jeongwoo membuat Haruto menatapnya tajam.
"Ga lucu."
Haruto berdiri ingin pergi tapi Jeongwoo lebih dulu memegang pergelangan tangannya membuat si manis menoleh kebelakang.
"Tetap di sini, gue mohon." pinta Jeongwoo masih memegang tangan Haruto dengan tangan kiri yang tidak di perban.
Haruto menghela nafas panjang lalu melepaskan tangan hangat Jeongwoo dari tangan dinginnya.
"Aku cuma pulang sebentar." jelasnya lalu kembali berjalan pergi yang masih di tatap Jeongwoo dengan tatapan sedih.
ia beralih menatap plafon ruangan pasien yang khusus untuk satu orang tapi saat tiba-tiba mendengar langkah kaki seseorang yang datang ia langsung tersenyum menoleh kearah ambang pintu.
"Haru-" panggil Jeongwoo terhenti karena bukan si manis yang datang melainkan sang ayah, ia dengan cepat memutus pandangannya ke plafon kembali.
"Bagaimana keadaan mu, nak?" tanya pria paruh baya itu lalu duduk di kursi yang tadi di duduki Haruto.
"Gue baik-baik aja." jawab Jeongwoo cepat tanpa melihat sang ayah.
"Baiklah.. dan siapa pria mungil itu? dia sepertinya sangat dekat denganmu, malam tadi ayah melihat dia menangis semalam menunggu kau bangun." mendengar itu Jeongwoo menoleh kearah ayahnya dengan tatapan ingin tahu.
"Terus?"
"Terus apa? dia hanya merancau tak jelas memohon agar kau bangun dengan iming-iming yang membuat ku tergelak." jelas sang ayah sedikit terkekeh mengingat ocehan Haruto tadi malam.