Iwan yang baru kembali dari mengantar Saddam kini sedikit terlambat tiba di kantor polisi, untung hari sedang hujan jadi Iwan bisa menggunakan alasan itu atas keterlambatan nya, meski pakaian nya sedikit lembab dan dingin tapi Iwan hiraukan ia masih kepikiran soal Saddam si anak laki laki yang nekat menempuh perjalanan yang lumayan jauh demi membeli obat untuk adiknya, sungguh Iwan salut dengan bocah laki laki itu, pasti orang tua nya berhasil mendidik Saddam dengan baik.
Iwan masih tidak percaya jika ayah nya Saddam menjadi terduga kasus pembunuhan, Iwan melihat sendiri bagaimana ziyan memperlakukan anak anak nya dengan baik , sangat tidak mungkin orang selembut ziyan tega membunuh seseorang tapi Iwan juga berfikir mungkin saja itu terjadi karena alasan tertentu, memikirkan nya membuat iwan sedikit tertarik oleh kasus ziyan akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada teman nya yang ikut dalam penyidikan kasus pembunuhan ini.
"Hai aji, kau senggang tidak". Tanya Iwan pada seorang petugas polisi yang sedang duduk di meja kerja nya.
"Ah tidak kebetulan sedang tidak banyak yang harus aku kerjakan". Jawab petugas polisi tersebut yang di panggil aji oleh Iwan.
"Bagaimana kasus yang sedang kau tangani sudah sejauh mana perkembangan nya?". Tanya Iwan lagi membuka pembicaraan.
"Lumayan lah karena beberapa hari lagi menuju persidangan jadi tim kami benar benar bekerja keras untuk kasus yang satu ini". Jawab aji sambil meregangkan otot otot nya yang kaku.
"Bagaimana hasilnya benarkah yang di tahan sekarang adalah tersangka nya atau ada campur tangan orang lain". Iwan begitu penasaran.
"Hm ya begitulah, hanya ada sidik jari nya di jasad korban dan senjata yang digunakan untuk membunuh korban , cctv juga tidak ada di sekitar TKP membuat tim kesusahan saat proses penyelidikan, kau tau betapa kejamnya metode pembunuhan yang di lakukan". Ucap aji menghentikan perkataan nya membuat iwan penasaran.
" Memang nya seperti apa , katakan". Iwan tampak tak sabar.
"Pelaku sempat menyiksa korban beberapa kali di bagian tubuh nya menggunakan benda tajam, lalu kau tau part paling mengerikan nya?". Tanya aji yang membuat iwan penasaran.
"Apa itu lanjutkan kau membuat diriku semakin penasaran". Jawab Iwan.
"Salah satu telinga korban di potong dan sampai sekarang polisi belum menemukannya". Lanjut aji yang membuat iwan menganga tak percaya.
"Kami sudah meminta terduga tersangka untuk mengakui perbuatannya dan mengatakan dimana potongan tubuh yang hilang itu namun dia terus mengelak dan mengatakan bukan dia pelakunya, lantas siapa lagi jika bukan dia ? Sidik jari dan keberadaan nya di TKP sudah sangat memperjelas siapa pelakunya ".lanjut aji lagi mengeluarkan apa yang ada di kepala nya.
"Kau yakin ? Tapi setelah mendengar penjelasan mu barusan aku rasa pelakunya adalah seorang psikopat dilihat dari cara dia membunuh korban sudah sangat jelas dia psikopat dan lihat tersangka saat ini aku bahkan tak yakin dia seorang yang kejam seperti itu, tempo hari aku melihat 2 anak nya berkunjung dan dia pribadi yang begitu lembut dan murah senyum ". Ujar iwan mengeluarkan isi kepala nya.
"Jika benar pelaku nya psikopat bisa saja kan dia itu psikopat nya , kau tak tau jika psikopat pandai memanipulasi emosi, jangan tertipu lagi pula itu anaknya wajar dia bersikap seperti itu". Aji turut menyuarakan pendapat nya.
"Ah benar juga katamu , tapi ntah mengapa ada sedikit ragu jika dia tersangka utama nya, aku ingin ikut andil dalam kasus ini rasanya ji". Iwan berkata sambil menatap serius aji.
"Terlambat sebentar lagi kasus ini sudah masuk persidangan, berdoa saja semoga ada keajaiban dan titik terang untuk kasus ini , yasudah aku ingin ke pantry seperti nya aku butuh secangkir kopi". Setelah nya aji pergi berlalu meninggalkan Iwan yang masih bergelut dengan pikiran nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAP TERAKHIR
FanfictionCerita hanya fiktif!!! "Ayah jika boleh aku meminta pada semesta aku ingin menjadi anak mu lagi di kehidupan selanjutnya"