Malam Minggu seperti ini di habiskan bara dan teman teman nya untuk bercengkrama bersama di warung kopi langganan mereka, aji yang asik bermain gitar dengan Jean yang menjadi biduannya.
"gue liat kemaren Lo nyamperin Liana sambil ngasih susu kesukaan nya di belakang sekolah, hayo Lo bau bau nya ada yang mau jadi adik ipar nya bara nih", ujar aji di tujukan pada Jean yang masih sibuk memainkan senar gitar kesayangan nya.
bara yang mendengar perkataan aji barusan menatap intens ke arah Jean yang bahkan sama sekali tidak menggubris ucapan aji tadi.
"je?, Lo bener suka sama Liana?", tanya bara penuh selidik.
ya kenyataan yang tidak semua orang tau adalah bara dan liana- gadis bisu yang ia maki tempo hari di kantin sekolah saat itu , mereka adalah saudara kandung, dimana bara adalah kakak dari liana.
Jean yang mendengar pertanyaan bara barusan, lantas menarik nafas sembari tersenyum kemudian meletakkan gitar nya.
"menyukai dan mencintai adalah hak segala manusia, termasuk gue terserah dong gue mau suka sama siapa aja ya kan ji", ujar Jean sembari memainkan alisnya ke arah aji yang menampilkan wajah panik.
"gue juga gak peduli Lo mau suka sama si bisu itu, dan satu lagi semenjak nyokap gue meninggal , gue udah gapunya adik lagi, jadi jangan sebut dia sebagai adik gue". ucap bara dingin.
"sampai kapan Lo gini bar, kematian nyokap Lo bukan kesalahan Liana sepenuhnya, bahkan dia juga kehilangan suara nya dan jadi gadis bisu gara gara pembunuh gila itu", ujar rayhan tenang tapi tajam.
10 tahun lalu saat itu bara masih kecil begitu juga dengan Liana adiknya. semua berjalan seperti biasa sampai suatu malam bara terbangun dan melihat ibu nya tergantung mengenaskan di samping tangga dan Liana yang tak sadarkan diri dengan linangan darah yang menggenang di lantai tepat di bawah kaki sang ibu. yang bisa bara lakukan saat itu hanya menangis hingga suara tangisan nya di dengar oleh tetangga yang kemudian menolong mereka. bara dan Liana adalah seorang yatim, ibu mereka waktu itu ber profesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit.
Sampai saat ini bara masih belum terima atas kepergian ibunya, apalagi polisi dengan gampang nya menyimpulkan bahwa kasus ini adalah kasus bunuh diri biasa, bara benar benar tidak terima hingga semua kemarahan dan kebencian nya ia limpahkan pada Liana yang juga korban malam berdarah itu.
"bener tuh kata Rayhan bar, justru Liana lah kunci dari semua ini", celetuk aji tiba tiba membuat buyar lamunan bara akan masa lalu nya yang begitu mengerikan.
"maksud Lo apa?", tanya bara tak mengerti.
"ya kan Liana selamat tuh malem itu, udah pasti dia ngeliat orang yang bunuh nyokap Lo", sejenak bara terdiam mendengar perkataan aji barusan, kepala nya ia biarkan berfikir.
"eh iya bener tuh bar yang di bilang aji, meskipun waktu itu Liana masih kecil banget pasti sedikit sedikit dia inget muka si pelaku atau enggak ciri ciri nya deh", timpal Jean menambahkan.
"karena si pelaku tau kalau Liana sewaktu waktu bisa menjadi ancaman akhirnya dia bikin Liana bisu", Rayhan yang sejak tadi diam kini ikut bersuara.
"eh iya bener biar Liana gak bisa ngasih tau ke orang tentang apa yang dia liat malem itu", jean menyetujui asumsi yang Rayhan ucapkan barusan.
"tapi kenapa dia gak di bunuh sekalian?!, kenapa cuma nyokap gue yang meninggal harusnya dia juga?!", bara bertanya penuh dendam dalam nadanya, Rayhan justru menanggapi nya dengan sunggingan tipis.
"nge bunuh anak kecil sensasi nya gak bikin puas, ngebiarin dia hidup tapi kaya mati justru lebih menyenangkan. liat sekarang adik Lo cacat luar juga cacat mental, trauma nya gak pernah sembuh terus berakhir jadi gadis bisu yang bahkan di benci kakak nya sendiri, satu satunya keluarga yang dia punya, harus nya Lo bersyukur bar, si Liana masih nafas sampai sekarang dan gak milih buat mati di tangan nya sendiri", aji dan Jean menganga mendengar perkataan Rayhan barusan, benar benar sarkas juga mengerikan Rayhan sekarang terlihat seperti-, pembunuh dari 10 tahun lalu benar benar menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAP TERAKHIR
FanfictionCerita hanya fiktif!!! "Ayah jika boleh aku meminta pada semesta aku ingin menjadi anak mu lagi di kehidupan selanjutnya"