Mini menghadiri wawancara kerja yang diberikan oleh Bu Ani. Gedungnya sebesar perusahaan besar dan lebih luas dari lapangan bola. Ia yakin akan mendapatkan calon suami kaya di sini. Jika tidak pegawai maka ia akan mengejar kerabat yang sedang menunggu di Kamar VIP. Memakai seragam memang kuno tetapi Mini suka seragam yang digunakan di perusahaan ini.
"Permisi kak,"
Mini yang sedang bersandar di mobil memperhatikan calon gedung kantor barunya sedikit tersentak. Bahkan belum lama dia berdiri di sini, seorang laki-laki sudah tersenyum dan menyapanya. Laki-laki itu bertubuh tinggi. Dengan wajah yang bersih. Mini yakin laki-laki itu adalah jodohnya.
Mini membenahi rambutnya. Dan mengibaskan rambutnya. Sambil menatap laki-laki itu.
Tips pertama untuk menarik pasangan: kumpulkan semua hasratmu di kedua mata. Dan yakinlah jika kau adalah manusia paling cantik di dunia ini.
Mini menatap laki-laki itu. Lalu tersenyum tipis. Laki-laki itu menatap kedua mata Mini sebelum akhirnya berbicara.
"Bisa geser sebentar kak?"
Mini lalu bergeser. Laki-laki itu membuka mobilnya. Pintu belakang mobil terbuka dengan diangkat ke atas. Segerombolan laki-laki lalu menghampirinya dan mengeluarkan papan dari mobil itu dan menjinjingnya. Laki-laki yang digoda oleh Mini tadi menutup pintunya. Tulisan terpampang jelas di mobil itu:
MOBIL JENAZAH
"shit," teriak Mini dalam hati. Ia lalu melihat papan yang dijinjing. Tiba-tiba darahnya berhenti mengalir ke kepalanya dan membuatnya sedikit pusing.
***
Bu Ani benar, ia diterima di pekerjaannya. Hasil wawancaranya positif, kebetulan Rumah Sakit sedang mencari seorang HR. Dan mereka merasa Mini sesuai dengan kualifikasinya.
Sebelum pulang Mini berjalan mengelilingi Rumah Sakit, sambil sibuk mengibaskan rambutnya. Dan menatap tajam semua laki-laki yang berpapasan dengannya. Tidak sedikit laki-laki yang menaikkan alisnya lalu menolehnya sekali lagi. Misi Mini berhasil untuk tebar pesona. Padahal para laki-laki itu mengatakan sesuatu hal yang tidak didengar olehnya: sepertinya ada pasien rawat jalan juga disini
Tebar pesona Mini berhenti ketika ia melihat laki-laki yang sangat familiar. Laki-laki yang pernah menjadi crush semua siswi di SMAnya. Mini mengenalinya meski hanya dari belakang sebab Mini adalah salah satu Fangirlnya.
Senyumannya masih ramah seperti dulu. Tubuhnya yang tinggi benar-benar menarik perhatian banyak orang. Dan saat ia berjongkok untuk berbicara dengan anak kecil membuatnya tampak semakin menawan. Terlebih jas putihnya yang membuatnya semakin seksi. Mini tidak tahan dengan kehaluannya sendiri. Ia menggigit bibirnya.
Mini lalu melihat jemarinya satu persatu. Ia lalu berteriak gembira saat tidak ada cincin yang melingkar.
"Sudah pasti ini takdir, mestakung (singkatan dari: semesta mendukung). Aku sudah menduga jika menjomblo lama akan mendapatkan laki-laki yang worth it. Dan dia adalah jodohku." Mini tersenyum kegirangan, "Hans."
Rasa senangnya runtuh saat melihat seorang perempuan yang juga memiliki banyak crush di sekolah dulu. Seorang perempuan yang berhati dingin dan memusuhi semua laki-laki yang menyatakan cinta kepadanya. Mia.
Rambutnya masih panjang seperti saat SMA dulu. Raut wajahnya memang terlihat jutek tetapi dia sebenarnya memiliki sisi yang ramah. Terbukti saat berbicara dengan anak kecil itu, ia tersenyum sangat lebar. Dari dulu Mia dalam ingatan Mini memang seperti itu. Ia hanya ramah pada anak kecil.
"Melihat mereka berdua seperti melihat dua bidadari yang datang dari surga untuk menjemput pasien sekarat motivasi sepertiku."
Mini meninggalkan mereka dan juga khayalannya untuk menjadi istri, Jason. Sebab mereka berdua benar-benar terlihat sangat cocok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Like A Monkey
Teen Fiction"kalau kamu kalah, kamu harus kencan denganku!" -Leo 2014 Hidup sebagai seorang minim pencapaian dan masih menjomblo di usia 28 tahun membuat Mini menjalani hari sebagai pecundang. Hingga suatu malam Mini bermimpi aneh lalu terlempar lagi ke masa la...