Rumah Leo tidak terlalu besar. Hanya ada dua kamar dan dapur. Peralatan makan juga hanya ada seadanya.
Saat Mini melihat-lihat sekitarnya, tiba-tiba bayangan Agatha dan Lana terlintas di kepalanya. Rawatlah dia selama sembilan bulan... Suara Agatha tumpang tindih dengan suara Leo. Kepalanya sepertinya rusak karena yang berbicara omong kosong itu hanya Agatha. Tapi kenapa bisa ada suara Leo juga? Pikir Mini.
Mini lalu bersandar pada kulkas. Ia menutup telinganya berharap suara Agatha dan Leo berhenti.
"Rok Mini," panggil Leo.
Leo menghampirinya. Mini salah fokus dengan kancing seragamnya yang terbuka. Sambil berjalan Leo juga melepaskan ikat pinggangnya.
Ia mendekati Mini dan wajah mereka sangat dekat. Serangan panik tiba-tiba menyelimuti tubuhnya. Suara Agatha terus berdengung di kepalanya. Sembilan bulan... Titip... Sembilan bulan.
Mini menelan ludahnya. Ia tidak sadar memejamkan matanya, berharap bisa menekan suara Agatha. Tetapi yang dilakukannya sia-sia.
Suara itu menghilang ketika tangan Leo tiba-tiba meraba kepalanya. Tarikan beberapa helai rambut Mini yang dilakukan oleh Leo membuka lebar kedua matanya. Kepala Mini secara otomatis sedikit miring ke kanan mengikuti arah tarikan Leo.
"Kenapa kau memejamkan matamu?" Tanya Leo sambil melilit rambut Mini diujung telunjuknya.
Mini memutar otaknya untuk mencari alasan. Tidak mungkin ia berterus terang mengatakan kalau ia sedang memikirkan ucapan Agatha. Leo pasti mendesaknya untuk mengatakan apa yang dikatakan Agatha (kepo adalah salah satu sifat Leo). Dan jika ia sampai tau maka sudah pasti Leo akan mengejeknya:
Hah? aku ingin membuat anak denganmu? yang benar saja kau bahkan tidak menarik.
Memikirkan Leo akan mengatakan itu membuatnya marah. Jadi ia harus membuat alasan yang masuk akal.
"Mataku kemasukan debu," Ia mendorong tubuh Leo.
Mini lalu berjalan menghindari Leo. Ia mengibaskan tangannya di depan mata. Ia berpura-pura jika kedua matanya perih.
Leo menarik tangannya. Ia mendekatkan wajahnya kepada Mini. Wajah mereka kini semakin dekat dari sebelumnya, benar-benar sangat dekat. Gerakan tiba-tiba itu juga membuat Mini terkejut dan memerah. Kata-kata Agatha kembali terngiang sembilan bulan... Sembilan bulan...
Bibir Leo yang manyun dan mendekati Mini semakin membuat Mini memikirkan hal yang tidak-tidak.
"Mesum!" Teriak Mini.
Ia menendang selangkangan Leo. Saat itu juga Leo langsung lumpuh. Ia terjatuh sambil meringkuk.
"Sialan, apa salahku?" Teriak Leo.
"Kenapa kau mendekatiku tiba-tiba?"
"Aku cuma ingin membantu meniup kedua matamu."
Mini lalu tersadar, pikirannya tidak dapat membuatnya berpikir dengan jernih.
"Oh, maaf."
"Oh, Maaf?" Teriak Leo lagi, "apakah rasa sakit yang kurasakan sekarang bisa dihilangkan dengan maafmu yang tidak tulus itu."
Mini lalu berjongkok, ia mengamati titik tendangannya tadi. Leo yang kesal dengan wajah polos Mini menariknya tiba-tiba.
"Dengar ya, kau hampir memutus keturunan keluargaku. Kau harus bertanggung jawab."
Mendengar kata-kata tanggung jawab membuat Mini salah tingkah lagi. Ia tidak bisa jauh-jauh dari pikiran mesumnya.
Mini lalu mendorong Leo. Ia memukul kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Like A Monkey
Teen Fiction"kalau kamu kalah, kamu harus kencan denganku!" -Leo 2014 Hidup sebagai seorang minim pencapaian dan masih menjomblo di usia 28 tahun membuat Mini menjalani hari sebagai pecundang. Hingga suatu malam Mini bermimpi aneh lalu terlempar lagi ke masa la...