5. Bertaruh

25 7 0
                                    


"Kencan denganku."

Beberapa koin logam terjatuh ke lantai. Dan suara itu mengisi keheningan setelah ucapan Leo yang tidak waras.

Semua orang terlihat mematung dan mengamati Mini dan Leo. Dan beberapa detik setelahnya orang-orang menyoraki mereka. Meski ia tidak menyukai Leo, tetapi wajah Mini terasa panas. Ucapan Leo yang tidak waras ternyata bisa membuatnya salah tingkah.

Tunggu... Ucap Mini. Ia pernah berada di situasi seperti ini. Pergi ke masa lalu artinya mengulang kejadian yang pernah terjadi. Mini mengingat kejadian ini, bedanya saat itu ia tidak salah tingkah. Mini yang dulu tau jika ini adalah akal-akalan Leo untuk menjahilinya. Dan ia masih ingat apa yang dikatakan Leo selanjutnya.

Tapi sekarang kenapa aku salah tingkah... Aaaaaaa Padahal aku sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Hormon ditubuhku benar-benar kacau, apakah aku semengenaskan ini sampai-sampai aku salah tingkah mendengar Leo mengajak kencan. Mini berteriak di dalam kepalanya.

Leo tertawa, "Wajahmu memerah, apakah kau menyukaiku? Rok Mini jangan bilang kau benar-benar mengharapkan aku akan mengajakmu berkencan? Aku tidak akan mengajakmu berkencan. Kau bukan tipeku. Bahkan jika hanya tinggal sisa kita berdua di dunia ini, aku tidak akan bergairah untuk melanjutkan peradaban manusia denganmu."

Si Bangsat... Teriak Mini dalam kepalanya. Paru-parunya yang mengembang karena suntikan dari ajakan kencan sebelumnya menghilang begitu saja. Kini Mini benar-benar marah. Mini lalu berpikir kenapa hanya dia saja yang harus merasakan wajahnya memerah. Sungguh tidak adil.

Di masa lalu, Mini hanya memiting leher Leo sambil berteriak jika ia sudah tau Leo akan mengucapkannya. Dan saat itu ia mengatakan kepada Leo 'kau pikir hanya kau saja yang tidak bergairah, aku juga. Jika konsekuensi dari tidak mau melanjutkan peradaban manusia adalah hidup sendirian dan luntang lantung lalu tidak bisa mati, Aku akan tetap memilih hidup sendiri. Lebih baik hidup tersiksa daripada harus mati dengan kenangan membuat janin bersamamu'.

Itu adalah ingatan dari Mini. Sekarang ia sudah bersiap untuk memiting Leo, tetapi Mini mengurungkan niatnya. Kenapa harus memakai cara yang sama... Pikir Mini. Melihat Leo tertawa di depannya membuatnya kesal. Belum lagi omongan orang-orang yang mengatakan jika ia dan Leo bercanda lagi dan sebentar lagi akan ada peperangan kedua setelah tadi pagi.

Mini lalu memutar otaknya. Aku tidak bisa memakai cara anak 18 tahun lagi, bagaimana pun juga aku sudah 28 tahun. Satu-satunya hal yang kulakukan adalah...

"Benar, aku sedikit syok dan pipiku secara otomatis merona saat mendengarmu mengajakku kencan. Tapi," Mini lalu menyunggingkan bibirnya ke kanan, "aku tau kau pasti memang bercanda karena kau tidak akan bisa menang dari Hans. Mengajakku kencan jika menang? Semua orang juga tau jika Hans dan timnya lebih kuat darimu."

Meladeninya dan membuat harga dirinya terluka adalah cara yang tepat bagi Mini. Ia tertawa sangat puas di dalam kepalanya. Ia kemudian melihat Leo yang masih menatapnya. Sementara Mini menaikkan kedua bahunya.

Mini menggeser botol-botol minumnya dan mengeluarkan dompetnya. Tapi Leo menghalanginya. Ia mencengkram tangan Mini dengan erat. Mini kembali berpikir apakah aku berlebihan? Sementara itu, Leo menatap kedua mata Mini. Kali ini dengan intensitas tinggi, seolah sedikit saja matanya bergerak dunia akan hancur.

Leo menyunggingkan bibirnya, "menarik. Kau kira Hans sekuat itu?"

Mini menunjukkan lima jarinya. Ia melipat jemarinya seraya menyebutkan keunggulan Hans. "Hans bermain basket dari SD, Ketua tim Basket. Dia pernah ikut untuk seleksi nasional tim basket. Terakhir, Hans menyumbangkan piala provinsi."

Mini mengangkat satu jari kelingkingnya, "dan kau hanya ini Leo. Bagaimana jari sekecil ini bertarung dengan empat jari? Jadi jawabannya apakah Hans sekuat itu, tentu saja iya."

Love is Like A Monkey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang