Part 6 - Who (?)

5.2K 144 15
                                        

Happy Reading

🥂🥂





Albert Hospital
17.40

Di balik langit senja yang berwarna jingga, kota terhampar dengan gemerlap lampu-lampu yang mulai menyala satu per satu. Di jalanan yang ramai, langkah-langkah lelah orang-orang pulang ke rumah bergema di antara deru kendaraan dan riuhnya percakapan.

Di tengah gemuruh kota, ada secercah ketenangan yang tersembunyi di sudut-sudut kecil, menanti untuk diungkapkan.

Sementara itu, di sudut taman yang teduh, seorang pemuda duduk sendiri di bawah rindangnya pepohonan. Matanya memandang ke langit, menerawang jauh di balik awan-awan yang mulai memudar.

Hatinya dipenuhi oleh kerinduan akan kehangatan, sebuah nostalgia kelam akan masa lalu orang yang sangat ia rindukan takkan pernah kembali.

J-jaga d-dia b-ba-ik-bai-k

B-balskan d-dend-am pa-pah n-nak

Dan di tengah-tengah kesepian itu, ia mengingat ucapan terakhir kedua orangtuanya sebelum mereka pergi meninggalkan dirinya untuk selama lamanya.

"Maaf, saya gak nepatin janji." Ujarnya pelan entah untuk kepada siapa.

Pemuda itu berjalan dengan langkah ringan di lorong rumah sakit yang terang benderang. Wajahnya terpancar dengan ekspresi datar dan dingin.

Mata cokelatnya memandang sekeliling dengan cermat dan tajam. Terkadang, dia menghentikan langkahnya sebentar,
memperhatikan ruangan-ruangan yang dia lewati dengan seksama, mencoba mengingat setiap detail yang dilihatnya.

Suara langkahnya yang pelan sesekali terdengar di antara keheningan lorong, menciptakan irama yang kontras dengan bunyi-bunyi medis yang menyelimuti udara. Meskipun tampak tegar, dalam hatinya tersembunyi kegelisahan yang mendalam, menunggu saat di mana dia akan menemukan apa yang dicarinya.

Setelah berjalan menyusuri lorong-lorong yang sunyi, dia akhirnya tiba di tempat yang dicarinya. Dengan hati yang berdebar-debar, dia menatap pintu di hadapannya, lalu dengan gerakan perlahan membukanya. Suasana di dalam begitu hening, hanya terdengar suara alat-alat medis yang berdenyut lembut.

Dengan langkah ragu, dia mendekati sosok
yang terbaring di depannya tampak lemah, tubuhnya tertutup oleh selimut putih rumah sakit. Ia membuka selimut tersebut sehingga menampakkan wajah yang biasanya penuh dengan kehangatan, kini terlihat pucat dan lelah.

Sosok yang terbaring itu perlahan membuka matanya, memandang pemuda di hadapannya dengan tatapan lemah namun penuh makna.

Sorot matanya menceritakan sebuah cerita yang tak terucapkan. Bibirnya bergerak, mencoba menyampaikan sesuatu meskipun suaranya hampir tidak terdengar.

"Lo dah dari tadi disini?" Tanyanya melihat kearah pemuda tersebut.

"Hm, tadi gue ngadem bentar di taman," jawabnya.

"Gimana keadaan Lo?" Tanya pemuda tersebut.

"Udah agak baikan sih yah cuman My head masing pusing-pusing dikit," katanya tersenyum.

"Hm,"
Pemuda tersebut ikut tersenyum teduh melihat sahabatnya.

Hening beberapa saat, baik Kevin maupun pemuda tersebut tidak ada yang lebih dulu mengeluarkan suara hingga pemuda tersebut akhirnya mengeluarkan suara.

"Siapa?" Tanya pemuda tersebut.

"Ha? Siapa?" Tanya balik Kevin bingung.

"Ck, maksud gue siapa yang ngelakuin itu sampai Lo kayak gini," katanya dengan suara terdengar datar.

Crazy Obsession (END/ REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang