Hidup lagi capek capeknya malah dipaksa nikah.-Azzalea Syafa Lorenza
°°°
Tidak lama kemudian Lea menuruni tangga dengan memakai gamis warna pink dan hijab Syar'i, serta sedikit polesan make up diwajah yang menambah kecantikannya.
"Maa syaa Allah." Ucap semua orang serentak.
Terlihat seorang lelaki berjubah putih yang tersenyum manis dengan bibir tipisnya, detakan jantung yang semakin sulit untuk dikendalikan, kedua bola matanya tidak henti hentinya memandang.
"Lea salim dulu! ini Umi sama Abi calon mertua kamu." Ujar Mama Lenka dengan lembut.
Lea mencium tangan Umi Asma serta tersenyum manis dihadapan Abi Khalid.
"Maa syaa Allah, cantiknya!" Ujar Umi Asma sambil mengelus pelan kepala Lea.
"Makasih." Ucap Lea dengan singkat.
Lea dan Bilal duduk berhadapan. Dalam pertemuan itu mata Lea menatap kedepan. Dagunya terangkat keatas dan sebuah tantangan yang terlihat jelas bahwa dia sangat tidak setuju dengan perjodohan ini.
Berbeda dengan Bilal yang tampak tenang dan sedikit tersenyum sambil menundukkan wajahnya ke lantai karena malu.
"Bismillah hir-rahman nir-rahim, Azzalea Syafa Lorenza apa kamu mau jadi istri saya?" Tanya Bilal dengan sedikit gugup.
"YA." Ketus Lea dengan tatapan tajamnya.
Bilal menaikkan sedikit alisnya seakan tidak mengerti.
"Ha?"
"IYA GUE MAU." Bentak Lea dengan keras.
Mama Lenka menyenggol pelan bahu Lea dengan geregetan. "Pelan pelan ngomong nya."
"LAGIAN SALAH SENDIRI ORANG UDAH BILANG IYA. BUDEK APA GIMANA SIH?" Bentak Lea dengan matanya yang melotot tajam.
"Lo yakin mau nikah sama cewek galak ini?" Bisik Bima dengan pelan.
"NGOMONG APA LO B*NGS*T? GUE BISA DENGAR." Bentak Lea.
Gadis itu mengangkat badannya kedepan, matanya menatap tajam seperti ingin menerkam.
Bima hanya terdiam menundukkan wajahnya ke lantai."Astaghfirullah hal azim." Ucap semua orang sambil mengelus dada.
Mama Lenka dan Umi Asma berusaha menahan laju badan Lea. Mereka berdua berusaha menenangkan Lea yang sudah sangat tersulut emosi.
Selang beberapa saat, semua mulut terkunci seakan sulit untuk berbicara. Gunjingan gunjingan dari berbagai penjuru sudah tidak lagi terdengar.
Lea menggaruk garukkan tangan ke lehernya karena gerah dan keringat yang terus saja bercucuran membasahi bajunya. "Acaranya mau di mulai nggak? Badan gue udah gerah banget pakai baju kayak gini?"
"Mulai sekarang aja Bi! Kasian Lea mungkin mau istirahat." Bisik Bilal kepada Abinya.
30 menit kemudian.
Acara lamarannya berlangsung dengan baik dan acara pernikahan mereka berdua dipercepat minggu depan atas kesepakatan kedua keluarga.
"Alhamdulillah." Ucap semua orang tersenyum.
"Dari tadi kek," Lea langsung bergegas berjalan menuju kamar dengan gamis di angkat hingga lututnya tersingkap.
"Astaghfirullah." Ucap semua orang yang hanya mengelus ngelus dada.
"LEA," teriak Mama Lenka.
"Nggak papa, mungkin Lea kecapean!" Ucap Umi Asma dengan senyum manisnya.
"Maafin Lea ya atas kegaduhan ini." Ujar Mama Lenka tertunduk malu.
"Namanya juga anak anak! Kalau kata orang moodnya suka berantakan, yang penting kan acaranya berlangsung dengan baik." Sambung Abi Khalid dengan tawanya.
"Sekali lagi saya minta maaf! Silahkan dimakan dulu makanannya!" Mama Lenka menawarkan makanan yang sudah dihidangkannya.
"Ayo makan makan!" Ilham mengambil piring dan sudah siap menyantap makanan tersebut.
Semua orang mengambil makanan yang sudah dihidangkan. Terlihat meraka sangat menikmati makanan diikuti dengan berbagai candaan.
"Bagi bagi dong Ham, jangan dihabiskan semua." Bima berebut makanan dengan Ilham.
"Eh pelan pelan." Ucap Bilal.
"Kalau kurang nambah lagi nggak usah malu malu, masih banyak dibelakang!" Ujar Mama Lenka tersenyum.
"Bungkus boleh nggak Tante?" Tanya Bima.
"Hus, malu malu in banget." Ilham menyenggol pelan pundak Bima.
"Maaf ya Tante! teman kita yang satu ini emang agak rada rada." Sambung Deren sambil mengunyah makanan.
"Nggak papa! Nanti Tante bungkusin khusus buat kalian!" Jawab Mama Lenka.
"Beneran Tante?" Tanya Bima malu malu.
"Sekalian saya juga ya Tante." Sambung Ilham.
"Iya!" Ucap Mama Lenka dengan senyum sumringah.
"Yes," Bima menyantap makanan dengan lahap.
Semua orang tertawa dengan tingkah sahabat Bilal ini, maklum semua orang juga udah tau kalau mereka emang suka ngelawak.
Selesai acara makan makan semua keluarga Bilal pamit untuk pulang.
Pukul 20:00 WIB.
Dengan hiasan bintang yang memenuhi penjuru langit lengkap dengan bulan purnama yang memancarkan cahaya keindahannya.
Mama Lenka yang sedang duduk di sofa ruang keluarga, terlihat sibuk menulis surat undangan untuk disebar ke keluarga dan teman dekat.
Matanya tertuju kepada Lea yang sedang menuruni tangga. "Ya! Sini bantuan Mama nulis undangannya."
Lea menghampiri Mama nya. "Yang jadi wali nikah Lea nanti siapa?"
"Papa kamu dong nak! siapa lagi."
"Kenapa pas lamaran tadi dia nggak ada?"
"Papa ada urusan mendadak diluar kota."
"ALESAN."
"Udah nggak usah dibahas, Ini Mama udah bagi undangan buat dikasih ke teman teman kamu," Mama Lenka menyodorkan undangan ditangannya.
"NGGAK USAH."
"Loh kenapa?"
"KALAU LEA BILANG NGGAK USAH, YA NGGAK USAH."
"Kan teman teman kamu juga perlu tau sayang."
"BISA NGGAK. SEKALI AJA MAMA NGGAK USAH MAKSA LEA."
PLAK
Tangan lembut itu melaju dengan cepat di pipi mungil gadis itu. Dadanya bergetar hebat seakan kesulitan bernafas. Mama Lenka langsung memegang tangannya yang sudah hilang kendali.
Kedua bola mata Lea memandang ke objek seakan tidak percaya. Air mata yang melaju dengan cepat, memegang pipinya yang perih. Dunia yang sudah susah payah mereka bangun kini harus runtuh dalam sekejap.
"It's okey! Udah biasa," bergegas meninggalkan Mamanya sendirian.
"LEA." Teriak Mama lenka dengan tangan gemetar dan air mata yang mengalir deras di pipinya.
°°°
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa Vote dan comment ya!
Ketemu lagi di part selanjutnya.
Love you 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Ficțiune adolescenți"Ini kisah tentang seorang anak perempuan yang di paksa menikah di usia yang masih sangat muda." Kita tidak pernah tau kehidupan kedepannya seperti apa. Bahkan satu detik kedepannya pun kita tidak akan pernah bisa menebak. Tugas kita sebagai seorang...