Ragnar mengemudikan mobilnya ke sebuah cafe, awalnya dia ingin membicarakan hal ini di apartemennya supaya tidak ada yang mendengar, cuma di sisi lain itu artinya Naomi akan mengetahui dimana dia tinggal. Ragnar tidak mau itu, jadilah dia memilih cafe jauh di pinggir kota
"Jauh sekali kesini, ini cafe langgananmu?" Naomi bertanya ketika mereka turun, namun Ragnar tidak menjawabnya dan langsung masuk saja ke dalam, gadis itu mengekor di belakangnya
"Satu ice latte untukku.. "
Naomi dengan cepat mengimbuhi, "Dan Es americano untukku, terima kasih" ucapnya seraya mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam
"Aku saja yang bayar" ucap Ragnar, ikut mengeluarkan kartu. Naomi menyingkirkan tangannya lembut dan memberi kode pada pegawai cafe untuk memproses pembayaran dengan kartunya
Sang pegawai melirik Ragnar canggung, pasalnya pria itu masih mengulurkan kartunya. "Tolong proses pakai kartuku saja, dia pasanganku" ucap Naomi menyadari gelagat si pelayan
"Ah, baik"
Ragnar melirik tajam ke sebelahnya. Siapa yang dia panggil pasangannya? Cih, Ragnar bahkan sebenarnya tidak sudi datang kesini jika bukan karena ada kejadian semalam.
'Gadis itu beruntung aku sedang tidak dalam posisi yang menguntungkan kalau membongkar identitasku pada pegawai kafe' batinnya
Setelah memesan, mereka pun beranjak duduk di meja yang berada di sudut ruangan. Sengaja, untuk meminimalisir orang yang mendengar percakapan yang akan mereka lakukan
"Jadi? Apa yang terjadi malam itu?" Ragnar bertanya tanpa basa-basi seraya menyobek strip pil KB yang dibelinya tadi
"... Minum obatnya dulu, nanti kau tersedak"
"Katakan saja, sudah banyak hal yang membuatku terkejut seharian ini. Aku tidak mungkin kaget lagi apalagi sampai tersedak" jawab Ragnar tak acuh, membuka masker lalu memasukkan pil ke dalam mulutnya
"Aku harus mulai darimana? Oh, semalam aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikanmu, tapi pengaruh heat membuatmu memperkosa ku" ucap Naomi blak-blakan, tak hayal membuat Ragnar kontan batuk-batuk tersedak air yang diminumnya
"Kau baik-baik saja? Makanya, sudah kubilang minum obatnya dulu tadi" Naomi menggumam seraya bergerak mengambilkan tisu untuk Ragnar, sementara si Omega memencet hidungnya yang terasa nyeri karena tersedak, matanya menatap nyalang pada Naomi
"Kau... Kenapa kau memulai cerita seperti itu?!" protesnya seraya menyentak tisu yang diberikan padanya
"Karena memang itu yang terjadi" Naomi mengedik bahu. "Aku berusaha menolongmu karena tiba-tiba satu bar dipenuhi aroma feromonmu dan kau lemas seperti hampir pingsan akibat heatmu. Para alpha memandangmu dengan tatapan lapar dan teman barista mu bingung mau minta tolong siapa, satu-satunya yang masih berpikiran jernih adalah aku"
"Bar itu bukan bar khusus, harusnya ada cukup beta disana untuk menolongku. Kau jangan berusaha membodohiku"
Alis Naomi mengerut. "Aku tidak membodohimu. Kau pikir siapa yang menahan para alpha kelaparan yang mau menerjangmu kalau bukan para beta? Suasana bar jadi ricuh karena kau, asal kau tahu saja"
Ragnar tidak bisa mengelak, jadi dia bertanya lagi. "Lalu? Hanya kau yang kepikiran membawaku pergi karena kau satu-satunya yang berpikiran jernih?"
"Benar sekali. Teman barista mu memanggil siapapun yang mau menolong, tapi semua orang sedang sibuk. Jadi aku mengajukan diri"
"Masuk akal. Tapi kenapa kau bawa aku ke hotel? Bukankah biasanya orang membawa omega heat yang tidak terkontrol ke rumah sakit?"
"Sebentar, aku akan mengambil pesanan kita" Naomi menyela dan berdiri saat alarm pemberian kasir cafe berdering, tanda pesanan mereka sudah jadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Omega
FanfictionRagnar Hwang memiliki takdir yang sampah. Setidaknya itu yang dia percaya. Terlahir dari kedua orangtua Beta membuatnya berpikir dia pasti akan tumbuh seperti mereka Tapi hasil tes gender keduanya mengidentifikasi bahwa dia adalah Omega. Dan dari ti...