"Asa kemari kau!"Gadis yang dipanggil Asa itu menghampiri pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
"Berbalik lah." Asa berbalik menuruti perintah ayahnya.
Cetak
Pria paruh baya itu memukul punggung Asa menggunakan rotan dengan kencang.
Tubuh Asa bergetar menahan sakit tanganya saling bertaut mencoba menghalau rasa sakit.
"Aku sudah berkali-kali memperingati mu untuk tetap menjaga nilai mu. Tapi sekarang kenapa kau malah lalai hah!?"
Cetak
Wajah Asa mendongak keringat bercucuran dari pelipisnya "Maaf ayah."
"Keluar lah!"
Asa segera pergi dari ruangan ayahnya yang dia anggap sebagai neraka baginya.
"Kemarilah aku akan mengobati mu." seseorang menarik tangan Asa. Dengan terpaksa Asa harus mengikuti langkah kakinya.
Seseorang itu membawa Asa masuk ke kamarnya "Duduk disini." Asa menurutinya.
Asa menatap seseorang itu dengan seksama "Kenapa kau harus repot-repot mengobatiku?"
"Karna kau adalah adik ku." jawabnya.
Asa memutar bola matanya malas "Tapi bukan adik kandung mu Kim Sana." sahut Asa.
Seseorang yang disebut Sana itu menatap datar pada Asa "Tapi ayah kita sama."
"Ck! Sama saja tidak ada bedanya."
Sana memutar bola matanya malas "Aku harap kau tersedak nyamuk saat makan." ucapnya asal.
Sana mendekat pada Asa lalu duduk dibelakang adiknya. Dia menyingkapkan baju kaos yang digunakan oleh Asa, Sana meringis saat melihat luka cambuk yang Asa dapatkan dari ayahnya.
"Kenapa si tua bangka itu tidak mati saja." kata Sana sambil mengobati punggung Asa.
Asa tertawa "Kau tidak boleh seperti itu unnie. Mau bagaimana pun dia tetap ayah mu." bela Asa.
Sana menekan luka Asa dengan sengaja membuat Asa meringis "Sakit bodoh!" marah Asa.
Sana tertawa dia sangat suka wajah kesal dari Asa "Kau memang sangat menggemaskan dongsaeng ku." cubit Sana pada pipi Asa lalu lanjut mengobati luka Asa.
Ceklek
Pintu kamar Sana terbuka muncul gadis cantik dengan wajah senangnya "Unnie hari ini aku senang seka-... ASTAGA!"
Gadis cantik itu terkejut kala melihat Sana tengah mengobati punggung adiknya. Dia mendekat lalu duduk disamping Asa "Pasti ulah si tua bangka itu." katanya dan diangguki oleh Asa dan Sana.
"Kali ini kesalahan apa lagi yang kau perbuat Kim?" tanya dia.
Asa menatap ke arah kakaknya "Nilai ulangan harian ku turun unnie. Jika minggu kemarin aku mendapatkan nilai 100 tapi minggu sekarang aku hanya mendapatkan nilai 98 saja. Lalu ayah langsung menghukum ku."
"Hanya kerena itu?" Asa mengangguk.
"Ayah mu memang gila Zuha. Padahal nilai 98 itu termasuk nilai yang sempurna." timpal Sana.
Gadis itu menghela nafas kasar "Jika dia bukan ayah ku sudah ku pastikan dia sudah mati ditangan ku." ucapnya dengan meremat tangannya sendiri.
"Cihh! Dia hanya menatap mu saja kau sudah takut Kazuha." timpal Sana yang sudah selesai mengobati Asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT (enami asa)
Fanfiction"Aku adalah rembulan dan kau adalah matahari, tapi kenapa aku tidak mendapatkan cahaya dari mu?" [ Asa ] "Itu karena kau tidak pernah menempatkan aku dalam hati mu." [ Ruka ]