Έντεκα

377 62 5
                                    

Rami menyelipkan anak rambut Asa yang menghalangi wajah Asa, dia menepuk-nepuk pucuk kepala Asa dengan sayang. Asa memejamkan matanya membiarkan angin malam menerpa wajahnya.

"Kau akan menemukan semuanya jika kau tidak terus berada di masa lalu." ujar Rami yang tiba-tiba.

"Hm?"

"Hidup itu tidak selamanya tentang masa lalu, kita harus memikirkan saat ini dan masa yang akan datang. Hidup itu adalah sebuah kebebasan, dimana kau bisa melakukan semuanya tanpa ada keraguan tapi kau harus tetap memikirkan resiko yang akan datang nantinya."

Asa menatap bingung pada Rami, ucapan temannya ini sulit untuk di mengerti olehnya "Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan Rami, tapi aku tau maksud dari ucapan mu itu."

Rami terkekeh dia memeluk lututnya karna angin malam kembali menerpa "Kau tidak perlu mengerti apa yang aku katakan, cukup kau pahami dan kau tau apa yang aku maksud dari ucapan ku tadi."

"Kau kedinginan?"

"Sedikit."

Asa memepetkan tubuhnya pada Rami dia membalut tubuh tegap temannya ini dengan selimutnya, sekarang mereka berada di satu selimut yang sama.

Rami tersenyum dia membawa tubuh Asa kedalam pelukannya, dia menyimpan dagunya dipucuk kepala temannya. Asa membalas pelukan Rami dia menyimpan kepalanya di dada bidang temannya.

"Lihat ke atas, bukankah rembulan itu bersinar dengan terang?"

Asa mendongak melihat langit malam, dia mengangguk "Iya, kau benar Rami."

"Tapi jika tanpa bantuan matahari rembulan tidak akan mendapat cahayanya, andai rembulan bisa berbicara pasti dia akan terus mengucapkan terimakasih kepada matahari yang telah memberikannya cahaya."

"Rembulan memang berbeda dengan bintang dan matahari, dia tidak bersinar dengan cahayanya sendiri. Sedangkan matahari dan bintang mereka bersinar dengan cahayanya sendiri."

"Jika tidak ada cahaya dari matahari pasti rembulan juga tidak akan menampakkan sinarnya, pasti dia akan mencari keberadaan matahari karena jika dia tidak mendapatkan cahayanya maka langit malam akan terlihat gelap."

Rami menunduk lalu terkekeh melihat wajah bingung Asa, dia mengusap-ngusap pipi temannya dan memberikan kecupan singkat di kening Asa.

"Pahami saja apa yang aku maksud." kata Rami dan Asa menganggukinya.

"Rembulan dan matahari itu sama seperti kau dan Ruka unnie."

"Maksud mu?"

Rami kembali tersenyum lalu dia menaruh pipinya di pucuk kepala Asa.

"Kau adalah rembulan dan Ruka unnie adalah mataharinya, keduanya memiliki hubungan yang erat. Anggaplah aku, Ahyeon dan yang lainnya adalah bintang yang selalu menemani mu. Kau tidak akan mendapatkan cahaya mu jika tidak ada Ruka unnie, dan kau harus mencari keberadaan Ruka unnie sampai kau mendapatkannya."

"Begitu juga dengan Ruka unnie, jika kau tidak mendapatkan cahaya darinya pasti dia juga akan mencari mu dan memberikan cahaya untuk mu. Hanya saja, jalan yang kalian lalui itu berbeda."

"Berbeda karna apa?" Rami menggelengkan kepalanya, dia hanya mengulas senyum lembut.

"Rembulan hanya ada dimalam hari meskipun dia juga ada di siang hari tapi dia akan kalah oleh matahari, tapi matahari dia akan ada meski di malam hari melalui cahaya sang rembulan."

"Ruka unnie adalah cahaya dalam hidup mu dan kau membutuhkan cahayanya, kegelapan yang kau rasakan itu karena tidak ada Ruka unnie dalam hidup mu. Kesepian yang kau rasakan itu karena tidak ada nama Ruka unnie dalam hati mu."

SILENT (enami asa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang