τρία

682 69 11
                                    

"Akkhh.... Unnie pelan sedikit."

"Tapi aku sudah pelan."

"Dasar! kenapa harus ada manusia aneh seperti dia di dunia ini? Sudah aneh, menyebalkan pula."

"Kau menyalahkan Rami?"

"Kau masih bertanya? Sudah jelas Rami yang salah."

"Siapa yang menantang duluan kau atau Rami?"

"Aku."

"Yaa sudah terima saja kekalahan mu Asa."

Yahhh setelah pertarungan antara Asa dan Rami tadi pertarungan sengit ini dimenangkan oleh Rami dan saat ini Pharita sedang mengobati punggung Asa yang sedang terlengkup dikasur Rami.

Karena saat pertengakaran tadi Asa sengaja menendang tulang kering Rami yang membuat tubuh jangkung temannya itu terjatuh menimpa tubuh kecilnya membuat luka dipunggung Asa harus kembali diobati karena mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

"Tapi dia curang unnie!"

"Aku tidak curang! Kau yang curang Asa. Kau menendang kaki ku." Rami tak terima dituduh curang oleh Asa.

Rami dan Rora sedang menonton Pharita yang sedang mengobati Asa sambil memakan snack.

"Tapi kau menimpa tubuh kecil ku Rami yang artinya kau lah yang curang." Asa masih tetap kekeh pada pendiriannya bahwa Rami lah yang curang.

Rami menyerahkan snack miliknya pada Rora yang hanya diam saja dia berjalan ke arah Asa yang sedang telengkup dikasur

Plakk

AKKHHH

"RAMI SIALAN KAU!! Sshhh.."

Rami memukul luka dipunggung Asa yang baru saja selesai diperbani itu. Dia kesal pada temannya ini siapa yang salah siapa yang marah.

"Rami jangan seperti itu." Pharita menegur Rami tapi adiknya itu malah melengos pergi dan duduk kembali bersama Rora.

"Manusia kecil menyebalkan." cibir Rami.

"Titan jelek menyebalkan." timpal Asa.

Pharita mulai jengah dengan pertengkaran mereka yang tak ada habisnya

"DIAMLAH!"

Mereka semua terkejut mendengar bentakan dari Pharita bahkan Rora yang hanya diam saja ikut terkejut hingga snack yang ada ditangannya tumpah berserakan.
"Tidak bisakah kalian ini diam jangan terus bertengkar hah? Kepala ku pusing mendengar kalian yang terus saja bertengkar!"

"Tapi kan Asa duluan yang mulai unnie." cicit Rami sambil menunduk.

"DIAM KAU!" Rami terlonjak kaget saat kakaknya itu kembali berteriak.

Plakk

Akkhh

Rora memukul paha Rami yang hanya menggunakan celana hotpants dengan kuat "Diamlah unnie. Aku ikut terkejut karena ulah mu."

Rami mengangguk patuh tangannya masih sibuk mengusap-usap pahanya yang memerah. Terlihat jelas jejak telapak tangan Rora yang memerah dipaha putihnya.

"Unnie maafkan aku. Aku tidak sengaja." Rora ingin menyentuh paha Rami tapi kakaknya itu malah menepis tangannya.

"Pergi sana." Rami malah mengusir Rora tapi adiknya itu malah memasang wajah menangis.

"Kenapa kau menangis? Seharusnya yang menangis itu aku, kan yang dipukul itu aku."

Hiks

Hiks

"Unnie hiks..."

"Astaga kau ini. Kemarilah!"

SILENT (enami asa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang