τέσσερα

648 75 5
                                    

Di dalam kamar dengan lampu yang temaram hanya lampu tidur yang menyala disana. Dua gadis cantik yang masih sibul dengan pikiran mereka masing-masing padahal malam semakin larut tapi rasa kantuk belum menyerang mereka hingga sekarang.

"Asa-ya kau sudah mengantuk?"

"Belum unnie."

Pharita memiringkan badannya menghadap ke arah Asa "Kenapa? Ada yang ingin kau ceritakan padaku?"

Asa menggelengkan dia ikut memeringkan badannya menghadap Pharita "Boleh aku memeluk mu unnie?"

Pharita mengangguk dia merentangkan tangannya dan Asa masuk ke dalam pelukan Pharita menjadikan lengan Pharita sebagai bantalan. Tangan kanan Pharita mengusap rambut hitam Asa

"Menangislah, kau tidak perlu menahan rasa sesak mu terus menerus Asa. Keluarkan apa yang membuat sakit aku ada bersama mu."

Hikss

Hikss

"Unnie"

Pada akhirnya Asa menangis dipelukan Pharita dengan kuat tangannya meremat baju bagian belakang milik Pharita dengan kuat hingga baju itu kusut.

Tangan Pharita menepuk-nepuk punggung Asa dia sama sekali tidak berniat untuk menghentikan tangisan Asa yang semakin terdengar memilukan ditelinganya.

Pharita mengusap air matanya, dadanya ikut sesak dia tau apa yang dialami oleh Asa dia tau rasa sakit yang selalu Asa dapatkan dia tau semua hal tentang Asa.

"Unnie aku lelah bisakah aku istirahat."

Pharita tersentak dengan ucapan Asa dengan cepat gadis itu merenggangkan pelukannya dia menangkup wajah cantik Asa lalu menggeleng pelan.

Pharita mengerti kata 'Istirahat' yang diucapkan oleh Asa bukan lah dia ingin tidur karna lelah menangis tapi untuk hal yang tidak ingin terjadi dalam dihidupnya.

"Tidak Asa-ya hiks... Jangan berbicara seperti itu hiks... Itu membuat ku sakit Asa hiks..."

Pharita menyatukan kening mereka Asa memejamkan matanya

"Aku tidak ingin kau pergi Asa." lirih Pharita lalu dia mengecup pelipis Asa lama lalu memeluk kembali tubuh yang lelah itu.

"Tapi aku lelah unnie."

Pharita kembali menggelengkan kepalanya dia semakin erat memeluk tubuh kecil nan rapuh itu

"Tidak Asa, Aku tidak mau kehilangan salah satu adik ku Asa. Aku tidak mau hikss..."

Asa hanya diam menangis Asa lelah dia ingin istirahat, dunia terlalu kejam untuknya.

"Tidurlah, jangan katakan apa pun lagi. Pejamkan mata mu tidak ada yang boleh pergi!"

Pharita menepuk-nepuk punggung Asa yang masih menangis dipelukannya hingga belasan menit telah berlalu Pharita merasa deru nafas Asa mulai teratur.

Dia menundukkan melihat Asa yang tengah menyembunyikan wajahnya Pharita tersenyum, ternyata adiknya ini telah tidur walaupun dia masih mendengar isakkan kecil disana.

Tangan Pharita menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Asa, diusapnya wajah sembab itu

"Tidak akan ada yang pergi Asa. Kau akan tetap bersama kami disini."

Cup

Pharita mengecup kening Asa lalu ikut memejamkan matanya menyusul Asa ke alam mimpi.

 

                           .~•°•¥ ¢ ¥ ¢•°•~.

Pagi telah menyapa tapi tiga gadis Kim masih menyembunyikan tubuh mereka dibalik selimut tebal. Mereka sama sekali tidak terusik dalam tidurnya, saling berpelukan membuat rasa nyaman semakin kentara disana.

SILENT (enami asa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang