Nona Bangsawan Menjadi Gadis Petani

Bab 5

● Teratai putih adalah bahasa gaul di internet, yang umumnya mengacu pada seseorang yang tampak murni di luar, namun sebenarnya licik di dalam dan memiliki pikiran yang jahat. Dia secara membabi buta berpura-pura murni dan mulia, mirip dengan teh hijau.

“Chu’er, berhenti bicara. Ini salahku. Ini salahku kalau aku tidak bisa melahirkan anak laki-laki!” Pan Meifeng tidak ingin hubungan antara ayah dan anak perempuannya menjadi terlalu tegang, jadi dia menyalahkan dirinya sendiri. Dan dia juga merasa bahwa adalah tanggung jawabnya karena tidak dapat mempunyai anak laki-laki.

“Apa yang salah denganmu? Mungkin beberapa orang telah melakukan terlalu banyak hal buruk dan Tuhan membiarkan mereka tidak memiliki anak laki-laki!” Sejak Yun Chu masih kecil, karena dia bukanlah anak yang diinginkan Shen Yuning, ada trauma psikologis di hatinya. Jadi setiap kali topik ini diangkat, Yun Chu akan menjadi sangat marah dan kata-katanya akan sedikit kejam.

Yang Xilian bersandar pada Fang Shoucai dan dengan sengaja menunjukkan perutnya, yang artinya dia memiliki seorang putra. Tetapi Yun Chu mencibir dan berkata, “Kamu ingin mengatakan bahwa kamu memiliki seorang putra di dalam perutmu? Hmph, mungkin saja itu masih seorang putri!”

“Jangan bicara omong kosong, ini anak laki-laki!” Yang Xilian berkata dengan cemas.

Yun Chu menatapnya dengan dingin, lalu berlutut dan menyeka air mata di wajah Fang Laidi.

Apa yang dia maksud dengan tatapan itu? Apakah itu berarti dirinya tidak bisa mempunyai anak laki-laki? Tidak masalah orang luar untuk menertawakannya, namun bahkan dia, seorang gadis yang sudah mati, mengatakan demikian. Fang Shoucai ditusuk di bagian yang sakit dan kemarahan yang ditekan oleh kekuatan Yun Chu melonjak lagi dan dia menatap Yun Chu dengan penuh kebencian.

Yun Chu bahkan tidak melihatnya, dengan sabar mengusap wajah kucing kecil itu dan dengan senyuman di sudut mulutnya, dia bertanya dengan suara dingin: “Apakah kamu masih ingin bertarung?”

Fang Shoucai yang panik berpikir begitu, tetapi diingatkan oleh Yun Chu bahwa pergelangan tangan yang gadis itu cubit tadi lebih sakit, jadi dia menepis gagasan itu.

Akan baik-baik saja jika itu adalah akhir dari masalah ini, tetapi Yang Xilian merasa sedih ketika dia memikirkan tentang Yun Chu yang mengatakan bahwa dia adalah seorang selir dan bahwa dia harus memberi penghormatan kepada istri utama dan akan menjualnya sesuka hati. Setelah kejadian ini, dia menganggap Yun Chu sebagai duri di sisinya dan duri di dagingnya. Jika Yun Chu selalu berada di depannya setiap hari, bagaimana dia bisa melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat. Tetapi Yun Chu tidak takut pada apa pun, dia bahkan tidak takut pada ayahnya sendiri dan tidak ada yang bisa melawannya.

“Kakak Cai, aku takut...” Yang Xilian memanggil Kakak Cai kepada seorang pria yang seumuran dengan ayah kandungnya. Suaranya begitu lembut hingga membuat kulit orang merinding mendengarnya. Namun, trik ini sangat efektif pada Fang Shoucai, jadi pria tua itu menghiburnya dengan lembut: “Jangan takut, jangan takut. Selama aku di sini, tidak ada yang berani menyentuhmu!”

Yun Chu memandang interaksi kedua orang tersebut dan merasa jijik. Pantas saja Fang Shoucai tidak memiliki rasa cinta kebapakan terhadap putrinya. Ternyata seluruh cinta kebapakannya diberikan kepada Yang Xilian.

Mata Yang Xilian melebar. Bagaimana jika suatu hari Yun Chu menyerangnya? Dia melihatnya dengan matanya sendiri, Fang Shoucai hampir dipukuli oleh Yun Chu. Gadis itu adalah momok terbesar di keluarga ini dan harus segera dilenyapkan.

“Kakak Cai, perutku sakit....Apakah anak kita akan baik-baik saja?” Yang Xilian menangis. Agar terlihat lebih meyakinkan, dia mencubit pahanya dengan keras dan wajahnya menjadi pucat karena rasa sakit.