Nona Bangsawan Menjadi Gadis Petani

Bab 51. Rempah-rempah Dan Makanan

“Kamu bilang Nianzu...anak itu kelihatannya cukup baik, memiliki temperamen yang lembut dan terpelajar!” Pan Meifeng bertanya dengan kaget dan curiga, tapi dia takut Zhong Yechen akan salah paham, jadi dia buru-buru menjelaskan, “Yechen, jangan marah, bukannya aku tidak percaya padamu, menurutku anak itu baik.”

Zhong Yechen secara alami tidak akan marah. Jika dia begitu mudah marah, dia pasti sudah marah sampai mati sejak lama. “Mungkin apa yang aku katakan tidak sepenuhnya benar, tapi lebih baik berhati-hati. Ini semua untuk Yun Chu!”

Pan Meifeng mengangguk sambil berpikir. Ada beberapa hal yang tidak bisa dia tanyakan pada Yun Chu. Tapi setelah kepulangan Yun Chu, dia merasa berhutang sesuatu padanya. Jika dia dapat menemukan dukungan seumur hidup untuk Yun Chu, sikap menyalahkan dirinya sendiri akan berkurang. “Yechen, kamu memperlakukan Yun Chu dengan sangat baik, apakah kamu tertarik padanya?”

“Ini...aku...” Zhong Yechen tidak bisa berkata-kata ketika ditanya. Saat ini, dia benar-benar tidak tahu bagaimana menjawabnya. Secara umum, kebaikannya kepada Yun Chu tidak sesederhana itu, tapi dia belum bisa memberi tahu mereka.

Melihat hal tersebut, Pan Meifeng terlihat sangat pengertian, ia menepuk pahanya dan berkata sambil tersenyum: “Haha....tidak apa-apa jika kamu terlalu malu untuk menjawabnya. Aku hanya bertanya dengan santai.”

Dari sudut pandangnya, wajah Zhong Yechen memerah. Jika pemuda itu berkata bahwa dia tidak tertarik pada Yun Chu, siapa yang akan percaya?

Suasana tiba-tiba menjadi malu. Rasa sakit di kaki Zhong Yechen berangsur-angsur mereda dan dia ingin berbalik. Terutama karena mata Pan di ruangan itu membuatnya sedikit tidak nyaman. Bahkan dia sendiri baru menyadari sedikit pemikirannya terhadap Yun Chu. Tidak bisa dikatakan bahwa semua kebaikan yang dia lakukan pada Yun Chu sebelumnya adalah karena niat awalnya. Sebagian, atau sebagian kecil, dibayar untuk orang lain.

Yun Chu terus bekerja di dapur, tidak melihat Qian Guan, dia mengungkapkan kemarahannya. Siapa yang meminta Tuannya menyinggung perasaannya? Tapi memikirkan kehangatan yang baru saja diberikan tangan besarnya, Yun Chu merasa kaget dan buru-buru mengingatkan dirinya sendiri untuk bangun dan berhenti berpikir.

Keduanya ingin makan daging. Untungnya, Yun Chu menemukan lebih dari satu jenis daging di keranjang sayuran, termasuk daging babi dan sapi. Jadi dia berpikir untuk membuat hidangan masing-masing, daging babi suwir yang ditumis dengan saus kacang manis (Jingjiang rousi) dan semur daging sapi dengan kentang, keduanya menggunakan sayuran yang mereka sediakan di keranjang.

Qian Guan tidak berani berbicara omong kosong dan membiarkan kepalanya terkubur dalam api di atas kompor. Yun Chu memasukkan daging cincang ke dalam panci air dingin, menambahkan sedikit jahe dan menyuruh Qian Guan untuk memanggilnya jika panci mendidih.

“Baik!” Qian Guan sangat senang membayangkan makan daging dan sayuran yang lezat. Dia akan melakukan apa pun yang dikatakan Yun Chu.

Saat daging sapi dimasak, Yun Chu tidak menganggur, dia memotong kentang yang sudah dikupas menjadi potongan-potongan kecil dan merendamnya dalam air dingin selama seperempat jam.

Saat hampir selesai memotong, daging di dalam panci sudah hampir mendidih. Tidak perlu dimasak lagi, cukup keluarkan sisa busa darah yang ada di daging.

“Nona Yun Chu, sudah mendidih!” Qian Guan mengingatkan.

Yun Chu mengangguk, “Oke!”

Setelah mengeluarkan daging sapi dari panci, Yun Chu membersihkan panci itu lagi. Segala sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya harus bersih, kalau tidak dia akan merasa mual saat memakannya. Setelah sisa noda air di dalam panci mengering, Yun Chu menuangkan sedikit minyak ke dalam panci, jangan terlalu banyak, jangan terlalu sedikit, secukupnya saja. Saat memasak bukan berarti harus menambahkan minyak lebih banyak, maka akan semakin enak. Pengaturan panasnya, bumbu, waktu, dan lain-lain semuanya penting.