Nona Bangsawan Menjadi Gadis Petani

Bab 41. Dua Tuan Muda

“Ibu kedua, puding telurnya sudah siap!” Fang Daidi masuk ke dalam rumah dengan puding telur di tangannya dan berkata dengan nada datar.

Tapi Yang Xilian bahkan tidak mengangkat matanya, “Letakkan di suatu tempat. Itu baru keluar dari panci, apakah kamu ingin membuat lidahku melepuh sampai mati? Ngomong-ngomong, Daidi, aku ingin mandi. Jadi pergi dan rebuskan air untukku!”

Fang Daidi memarahi Yang Xilian di dalam hatinya. Dulu, ketika ibunya di rumah, ibunya melakukan semua pekerjaan. Sekarang setelah ibunya pergi, Yang Xilian mulai menyiksanya. Tapi demi kehidupan yang baik di rumah masa depan, dia mengertakkan gigi dan menahannya. “Baik, aku akan segera pergi!”

Yang Xilian dengan santai memuji, “Daidi pekerja keras!” Untungnya, gadis ini kejam dan tidak mengikuti Pan Meifeng pergi, jika tidak, dia tidak akan memiliki kehidupan yang baik. Sekarang, di matanya, Fang Daidi hanyalah seorang pelayan yang bisa diperintah sesuka hati.

Tidak ada cukup kayu bakar, jadi Fang Daidi hendak pergi keluar untuk membawanya kembali. Tetapi begitu dia sampai di depan pintu, dia melihat sebuah kereta cantik diparkir di depan pintu. Sepasang tangan ramping dan indah muncul dari balik tirai kereta, disusul segera oleh seorang pria tampan, “Nona, apakah ini rumah Yun Chu?”

Fang Daidi mengangguk terlebih dahulu, tapi kemudian menggelengkan kepalanya, yang membuat Qi Xianya bingung, “Nona, kamu mengangguk dan menggelengkan kepala, benar atau tidak?”

“Gadis itu diusir dari rumah oleh ayahku di pagi hari ini!” Yang Xilian tertegun. Dia belum pernah melihat pria tampan seperti itu dan menilai dari pakaiannya, dia pasti pria kaya. Jadi dia meletakkan kayu bakar, memainkan rambutnya dengan genit dan memandang Qi Xianya dari waktu ke waktu.

Namun menurut pendapat Qi Xianya, penampilan tiruannya sungguh centil. Dia sudah mengetahui dengan jelas sebelum datang ke sini bahwa monster jelek di depannya pastilah saudara perempuan kedua Yun Chu. “Lalu, apakah kamu tahu ke mana dia pergi?”

Seolah jiwanya telah diambil, Fang Daidi menunjuk ke pintu masuk desa kepada Qi Xianya dengan jujur, “Ada di gubuk jerami di pintu masuk desa!”

Qi Xianya memberikan instruksi kepada kusir, yang kemudian berbalik dan pergi. Fang Daidi kemudian menyesalinya, dia seharusnya tidak memberitahunya.

Fang Daidi tidak tahu siapa orang ini atau apa hubungannya dengan Yun Chu, tapi bagaimana Yun Chu bisa begitu beruntung bisa mengenal begitu banyak orang kaya? Kenapa bukan dirinya yang digantikan saat itu? Memikirkan hal ini, dia mulai membenci Pan Meifeng lagi. Dia selalu bermimpi menjalani kehidupan yang kaya, jangankan enam belas tahun, satu hari saja sudah cukup.

Fang Daidi ingin mengikuti pemuda itu, tetapi Yang Xilian menekannya dengan keras dan bersikeras menyuruhnya merebus air. Setelah air mendidih, dia diminta menunggunya untuk mandi. Yang Xilian memperlakukan dirinya seperti pelayan dan dia berani marah tapi tidak berani bicara.

Kereta Qi Xianya berhenti di depan pintu gubuk jerami. Yun Chu dan yang lainnya mengira itu adalah Qian Guan yang telah kembali. Zhong Yechen baru saja hendak memuji Qian Guan karena bergerak begitu cepat kali ini ketika dia melihat Qi Xianya keluar dari kereta.

“Mengapa kamu di sini?” Yun Chu tidak tahu hari apa ini, jadi satu atau dua orang datang untuk ikut bersenang-senang.

Jika tidak ada yang salah dengan bisnis keluarga Qi dan lelaki tua itu memintanya untuk menanganinya, dia pasti sudah lama datang menemui Yun Chu. Dia masih bertanya-tanya. Sebelum pergi ke Kota Biyun, bukankah ayah tuanya selalu mendesaknya untuk menikahi Yun Chu? Mengapa ayahnya tidak menyebutkannya lagi setelah mereka kembali?

Tuan Tua Qi telah mengetahui apa yang dia pikirkan dan dengan sengaja menundanya agar anak konyol ini mengambil inisiatif untuk menemukan Yun Chu.

“Yun Chu Yatou, kenapa kamu tinggal di tempat seperti ini?” Qi Xianya memandangi gubuk jerami rendah dengan ekspresi jijik. Untungnya, Yun Chu tahu siapa pria itu, kalau tidak dia pasti akan marah.