31. Senyum Batavia

279 15 0
                                    

Bab 31

Sampai di rumah, Samudra dengan gesit membantu mengeluarkan belanjaan mereka. "Terima kasih Kak," ucap Jihan.

Samudra mengangguk sebagai jawaban.

Lalu Jihan mengajak Aira untuk segera masuk, tidak lupa juga mempersilahkan Samudra jika ingin menemui abangnya.

Di dalam, Samudra langsung menceritakan apa yang terjadi pada Jihan saat belanja tadi. Mendengar itu, Zaidan panik dan pergi menemui Jihan yang ada di dapur bersama Aira.

"Kamu gapapa kan Dek?" tanya Zaidan. Dia memutar Jihan untuk memastikan tidak ada lecet sedikit pun.

"Jihan gapapa, gak usah lebay."

Zaidan yang mendengar perkataan adiknya menjadi kesal sendiri. Ketika pandangannya bertemu dengan tatapan polos Aira, Zaidan merasa malu.

"Baru sadar udah ada istri?" sindir Jihan.

Tidak mau menjadi obat nyamuk antara mereka berdua, Jihan pamit ke kamar duluan.

Setelah perginya Jihan, Zaidan langsung mendekat pada Aira. "Tadi Jihan beneran diganggu?"

"Ganggu? Kalo menurut Ai bukan ganggu sih. Cuman emang sama-sama kurang hati-hati."

"Gitu?" ucap Zaidan mengangguk.

"Tapi Kak Jihan kelihatan kesal banget. Ini bukan yang pertama kalo menurut Ai."

"Tapi setau Abang, Jihan ga ada musuh, Ai."

"Berarti orang iri," ceplos Aira.

Plak! Aira memukul bibirnya, membuat Zaidan terkejut dan segera menarik tangan Aira yang akan memukul bibirnya kembali.

"Jangan ditepuk! Sakit," ucap Zaidan khawatir dia mengusap bibir istrinya pelan.

Aira menggeleng, "Enggak sakit. Cuman pelan, soalnya Ai asal ngomong. Bahaya!"

Zaidan mengangguk, "Tapi tetep ga boleh nyakitin diri sendiri. Walau pelan, tetep ga boleh. Faham?"

"Maaf," ucap Aira menunduk

"Gapapa." Zaidan mengangkat wajah Aira agar menatapnya. Sebuah senyum tulus yang terlukis di wajah Zaidan sesaat membuat Aira tertegun. "Bang Zai bisa ganteng juga," ceplos Aira.

Mendengar itu Zaidan tertawa, tawa pertama yang Aira lihat. Sejak awal mengenal, Aira hanya melihat ekspresi datar dari wajah suaminya. Tapi sekarang dia sudah melihat berbagai ekspresi, salah satu yang sangat Aira ingin tahu adalah tawa Zaidan.

Tawa itu menular menjadi sebuah senyum bahagia di wajah Aira. "Jangan datar-datar, Ai ga suka."

"Iya," jawab Zaidan mantap.

"Tapi kalo di sama perempuan lain gak boleh!"

"Kenapa?"

"Nanti mereka jatuh cinta sama Abang."

"Oh! Jadi sekarang Ai udah jatuh cinta sama Abang?"

Zaidan menatap Aira intens, dia menunggu jawab dari Aira.

"Ehem! Permisi mau minta air," ucap Nando yang menyelong masuk.

Aira segera menjaga jarak dengan Zaidan membuat Zaidan merasa kesal dengan sahabatnya satu itu. "Ai pamit ke kamar," ucap Aira dengan terpaksa Zaidan mengizinkan.

"Gak jadi ambil air?"

"Eh! Jadi lah, lagian kalo mau berduaan lihat tempat dong!"

𓅪𓅪𓅪

Di kamar, Jihan menatap pantulan dirinya. Dia masih merasa sedikit kesal dengan kejadian tadi. Dan masih sedikit terkejut dengan kehadiran Samudra.

"Gak mungkin Abang yang nyuruh kan? Bukannya tadi masih main di rumah?"

Jihan menghela napas lelah, dia memilih membaringkan dirinya dan mencoba untuk tidur siang. "Mending tidur, belum adzan ini."

Baru saja tertidur suara ketukan membangunkan Jihan. Dengan perlahan Jihan berjalan ke pintu, "Sebentar!"

"Ya?" tanya Jihan setelah membuka pintu.

"Ayo turun! Sudah waktunya makan malam," ajak Aira.

Mendengar ucapan Aira, Jihan langsung melotot. "Jam berapa?"

"Jam?" Jihan mengangguk.

"Jam 16.00 WIB," jawab Aira dengan senyum polos. "Kakak sana mandi, jangan lupa sholatnya. Ai tunggu di bawah, kita mau makan bakso hari ini. Umma yang ajak."

Jihan bernapas lega, "Makasih, Ai."

"Sama-sama, Kak."

Jihan kembali masuk dan segera mandi, karena dia belum sholat. Waktu yang hanya tinggal satu jam, membuat Jihan bergerak cepat.

"Lain kali gak boleh gini lagi!" tegas Jihan pada dirinya sendiri.

Setelah selesai, Jihan segera turun ke ruang keluarga. Disana dia sudah ditunggu oleh dua pasangan penghuni rumah ini, pasangan pertama tentu saja Umma-Aba dan yang kedua tentunya Zaidan-Aira.

Melihat Jihan yang turun, Aira segera menghampirinya. Tanpa menunggu lama, mereka segera berangkat. Di bagian depan ada Aba Zaaki dan Zaidan yang menyetir. Untuk ketiga perempuan duduk di bagian belakang.

🐼🐨, 26 April 2024
Baru sadar bab ini pendek :v

Senyum Batavia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang