KAFE Roseanne tampaknya belum terisi penuh hari ini. Seorang wanita cantik menggunakan kacamata datang, berdiri tepat di hadapan kasir. Ia membuka kacamatanya dan menatap Roseanne dari atas hingga bawah berulang kali.
Roseanne yang heran, tetap menyunggingkan senyumnya kepada pelayan. Jujur saja, ini bukan kali pertama ia seperti ini. Dan ia sudah kebal dengan semua hal yang terjadi.
Karena yang selalu datang setelah Jeffrey terkena gosip adalah lawan jenis di judul gosip tersebut.
"Selamat siang, selamat datang di ROSÉA Kafe. Ada yang bisa saya bantu?"
Itu adalah kata-kata template yang selalu Roseanne keluarkan ketika sedang melayani pelayan dalam tahap memesan makanan ataupun minumn. Tentu sana, ia harus tersenyum ramah.
"Kakak pemilik ROSÉA Kafe, ya?"
Roseanne menganggukan kepalanya dan menjawab, "Benar, saya pemiliknya."
Wanita cantik itu tersenyum dan menatap Roseanne sambil berkata, "Kafenya berkelas, wajar sih yang punya berkelas."
Dan wanita-wanita yang dikabarkan menjalin hubungan dengan Jeffrey selalu melayangkan kata-kata pujian kepada Roseanne.
Roseanne tak tahu apa yang sebenarnya Jeffrey katakan kepada mereka semua, tapi... setiap berita itu sudah tenggelam, selalu saja mereka akan datang ke kafe dan memuji Roseanne.
"Oh iya Kak, saya sama Kak Anthony gak sedekat itu, kenal juga karena pernah photoshot sekali dan kalaupun ketemu sekedar nyapa doang." Gadis bernama Alisha tersenyum. "Maaf ya Kak, Kak Anthony keseret gosip bareng saya."
Alisha meminta maaf kepada Roseanne dan hal itu bukan satu atau dua kali wanita-wanita yang digosipkan mendatangi dirinya untuk meminta maaf.
Roseanne menggelengkan kepalanya dan berkata, "Gak usah minta maaf. Gak ada yang disalahkan disini." Roseanne tersenyum tipis, karena baginya memang tidak ada yang salah.
Alisha tersenyum, ia menatap wajah Roseanne cukup lama dan kembali berkata, "Wajar Kak Anthony jatuh sedalam itu kepada Kakak."
Roseanne terlihat kebingungan, ia menggerutkan dahinya dan bergumam, "Huh? Ada apa emangnya?"
Alisha tertawa, ia sangat ingat bagaimana Jeffrey selalu memberitahu jikalau pemilik kafe ini adalah wanita yang memiliki dampak besar di dalam hidupnya. Memang tidak ada yang mengatakan jikalau mereka menjalin hubungan, tapi dengan ucapan Jeffrey yang selalu membanggakan Roseanne, tentu saja hubungan mereka sangat dekat, bukan?
"Pemilik ROSÉA Kafe itu orang yang memiliki dampak paling positif di kehidupan gue, apalagi dia juga tujuan gue hidup di dunia ini."
Pertama kali berjumpa dengan Jeffrey, Alisha tidak menutup kenyataan jikalau ia terpesona dengan kharisma seorang Anthony Jeffrey Adibrata. Pria dewasa nan tampan itu selalu mempunyai ciri khas tersendiri untuk bisa membuat seseorang jatuh ke dalam pesonanya.
Dari banyaknya gosip yang beredar tentang Jeffrey, Alisha mengakui jikalau Roseanne adalah wanita yang tak bisa disentuh oleh sembarang orang. Bahkan, walaupun level orang-orang yang digosipkan dengan Jeffrey menjadi satu, tetap pemilik ROSÉA Kafe atau bisa di panggil Roseanne tidak terkalahkan.
"Wajar kalau Kak Anthony menjadikan Kakak sebagai tujuan hidupnya," puji Alisha, "ngelihat kayak gini aja, sudah kerasa hebatnya Kakak."
Alisha tertawa, ia juga sadar diri jikalau sudah kalah telak dan tak mungkin tetap maju ke depan hanya untuk mempertaruhkan segala hal demi orang yang tak pernah menoleh kepadanya.
Saingannya terlalu berat. Daripada ia kehilangan akal sehatnya, ia memilih untuk menyerah dan putar balik sebelum semuanya terlambat.
"Kalau begitu, saya duluan ya, Kak. Terima kasih sudah berbincang dengan saya sebentar." Alisha pamit dan melambaikan tangannya. "Lain kali saya bakalan ke kafe ini untuk meluangkan waktu sejenak. Selamat siang dan terima kasih."
Roseanne menganggukkan kepalanya, "Selamat siang dan terima kasih kembali."
Alisha keluar dari kafe dan Roseanne menatap kepergiannya dengan pikiran yang bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya? Apa yang Jeffrey katakan sampai-sampai wanita cantik yang digosipkan dengannya selalu datang kemari dan meminta maaf?
Roseanne tiba-tiba saja melamun memikirkan apa yang Jeffrey ucapkan kepada mereka. Karena selama ini, sepertinya tidak ada orang yang sakit hati dengan perbuatan atau tingkah Jeffrey.
"Kak Diah..."
Roseanne tersadar dari lamunannya ketika seorang gadis cantik bernama Devi memanggilnya dengan lembut. Devi tampak tersenyum lebar dan melambaikan tangannya.
Roseanne menolehkan pandangannya dan bertanya, "Ya?"
"Devi mau terima kasih karena Kak Diah sudah mengizinkan Devi pulang kampung selama sebulan lamanya." Devi memberikan bingkisan yang ia bawa kepada Roseanne dan tersenyum lebar. "Maaf kalau oleh-olehnya cuman ini, Kak Diah."
Roseanne melihat bingkisan atau oleh-oleh yang diberikan oleh Devi. Dari sekilas saja ketahuan jikalau Devi memberikan banyak bingkisan dalam totebag batik itu. Roseanne tersenyum, tentunya ia menerima bingkisan itu.
"Terima kasih, Devi," ucap Roseanne, "saya terima bingkisannya, ya."
Devi dengan semangat menganggukkan kepalanya dan melayangkan dua jari jempolnya. "Baik! Terima kasih banyak, Kak Diah!"
Roseanne menganggukkan kepalanya sejenak. Sebelum Devi pergi dari pandangannya, Roseanne bertanya kepadanya sebentar. Seperti ia menanyakan tentang cinta pertama kepada Tasya, kali ini ia menanyakan tentang suatu hal.
"Devi?" panggil Roseanne.
Devi menolehkan pandangannya dan menjawab, "Ya, Kak Diah?"
Roseanne menatap mata Devi dan mulai bertanya, "Menurut kamu, jika seorang pria mengatakan kamu adalah tujuan hidupnya, itu artinya apa?"
Devi mengerutkan dahinya, ia sebenarnya bingung dengan pertanyaan Roseanne. Tapi, bukan hal yang aneh jikalau Roseanne menanyakan hal-hal seperti ini. Sesuatu hal yang sebenarnya biasa saja, tapi bagi Roseanne ia ingin mendengar dari pendapat orang lain.
"Berarti dia bertahan hidup untuk Kakak." Devi menjawab, ia pun melanjutkan lagi. "Ya, alasan terbesar dia untuk tetap hidup adalah Kakak. Dengan kata lain, tanpa ada Kakak, dia gak akan hidup."
"Tujuan hidup 'kan alasan kenapa individu itu bisa melanjutkan perjalanan harinya, Kak. Dan Kakak adalah alasan untuk dia tetap melanjutkan harinya."
Roseanne terdiam, sebenarnya ia tahu arti tujuan hidup itu. Ketika ia mendengar jawaban dari Devi, entah kenapa jawaban panjang Devi itu nyaris sama dengan pengertiannya selama ini.
Ternyata, Jeffrey yang terlihat suka mengomel dan selalu tantrum itu lucu juga menjadikan Roseanne sebagai tujuan hidup.
Roseanne tersenyum dan menganggukkan kepalanya, ia mengerti. "Baiklah, terima kasih, Devi."
"Iya, Kak. Sama-sama. Devi balik ke dapur dulu, Kak," pamit Devi.
Sepeninggalannya Devi, Roseanne menatap ponselnya yang sejak tadi menyala. Ada banyak notifikasi dari Jeffrey. Tentu saja hal itu sudah biasa, apalagi notifikasi itu berasal dari laporan keseharian seorang Jeffrey.
Dan Roseanne tersenyum sangat lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANTRUM ; jaerose lokal
Short StoryTak ada kata diam di dalam kamus kehidupan Jeffrey. Ia dengan senang hati akan mengganggu Roseanne ataupun melangsungkan aksi ketantrumannya hanya untuk meluluhkan wanita cantik itu. Ya, walaupun memang Roseanne sebenarnya lelah dengan keanehan Jeff...