6. Tidak Mau Kalah

339 80 10
                                    

ROSEANNE memijat dahinya yang pusing akibat ulah Jeffrey. Pria tampan itu tiba-tiba saja datang ke apartment-nya dan mulai menangis tanpa henti. Padahal, Jeffrey baru saja mengantarnya pulang dari toko bunga.

"Kenapa lagi, Jeff?" tanya Roseanne lembut.

Pria tampan bernama Jeffrey ini masih menangis dengan posisi duduk melipat kedua kakinya dengan erat, ia menyembunyikan wajahnya di balik kedua kaki. Badanny masih gemetar karena sedang menangis tersedu-sedu.

Roseanne duduk disampingnya dan menghela napas, pria tampan disebelahnya ini sepertinya sedang menahan diri untuk tidak mengadu kepadanya.

Roseanne mengelus rambut Jeffrey dengan pelan, pundak pria itu naik turun, ia masih terisak-isak menangis.

Perlahan-lahan, Jeffrey mengangkat kepalanya dan menatap Roseanne, "Tahu gak?"

Roseanne menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Enggak, kenapa?"

"Aku dapat tawaran jadi salah satu cast di movie series di luar negeri selama 5 tahun masa pengerjaannya." Jeffrey menggelengkan kepalanya. "Aku mau kesana, tapi masa 5 tahun? Masa aku gak ketemu kamu selama 5 tahun lamanya, Tuan Putri?"

Roseanne terdiam. 5 tahun? Cukup lama juga untuk tidak berjumpa dengan Jeffrey. Roseanne sebenarnya tak masalah, apalagi pekerjaan Jeffrey adalah cita-citanya selama ini. Jadi, Roseanne tidak ingin melarang Jeffrey melakukan keinginannya tersebut.

"5 tahun? Kalau kamu gak bisa ketemu aku, ya sudah, aku yang kesana untuk nemuin kamu," kata Roseanne lembut, "gak usah effort sendiri, aku juga bisa kok. Kamu gak perlu berjuang sendiri, sesekali aku yang nyobain."

Jeffrey menggelengkan kepalanya, ia tak ingin Roseanne dikenali oleh banyak orang. Pria tampan itu tahu jikalau Roseanne tidak suka dengan keramaian. Belum lagi, penggemarnya terkadang mengikuti kegiatan pribadinya.

Ia tak ingin semua orang mengetahui tentang Roseanne. Ia tak mau orang-orang merebut wanitanya itu. Ya, biarkan ia egois mengenai hal ini. Soalnya mendapatkan Roseanne itu susah, masa ia semudah itu membiarkan orang lain merebut hati wanitanya?

"Gak mau, enak aja! Nanti kamu direbut orang lain! Mending aku nyesal gak terima tawaran itu daripada nyesal karena kamu diambil orang!" omel Jeffrey kesal.

Ia tak peduli dengan wajahnya yang tak beraturan. Ia mengusap air matanya, tak peduli. Dan menatap Roseanne sedalam mungkin.

"Ngedapetin kamu susah, tahu! Sampai sekarang aja kita gak ada tuh namanya pacaran. Dikatain temen, gak ada ya yang namanya temenan kayak gini. Dikatain sahabat, lebih gak masuk akal. Dibilangin pacaran aja, kamunya gak mau!" omelan kedua Jeffrey. "Ayo pacaran, Rosie!"

Sebenarnya, Roseanne lebih memilih mending Jeffrey menangis meraung-raung atau berguling-guling layaknya anak kecil sedang tantrum daripada harus mendengar celoteh dan omelan dari pria tampan itu.

Tapi, tak apa. Melihat Jeffrey mengomel seperti ini tetap lucu dimata Roseanne.

Roseanne menatap serinci mungkin wajah Jeffrey. Bola mata, hidung, telinga serta pipi yang memerah karena menangis, belum lagi air mata yang tetap mengalir di ujung mata, dan lucunya bibir Jeffrey yang mengerucut seperti sedang diikat.

Jam dinding Roseanne berbunyi, menandakan sekarang sudah pukul 11 malam. Mereka berdua tak bergerak sama sekali, sama-sama saling memandang wajah satu sama lain tanpa berniat mengeluarkan sepatah katapun.

Fokus Roseanne tiba-tiba ke bibir ranum milik Jeffrey. Bibirnya yang berwarna merah muda cerah, entah kenapa menjadi daya tarik utama dari Jeffrey selain wajahnya.

Roseanne tersenyum, ia menepuk kedua pipi Jeffrey dengan pelan dan mulai memajukan wajahnya secara perlahan. Jeffrey yang kebingungan ya tidak protes atau bergerak sama sekali, karena memang Roseanne terkadang tiba-tiba menepuk pipinya.

Roseanne memejamkan matanya dan mulai menempelkan bibirnya dengan bibir milik Jeffrey. Jeffrey menegang, ia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Roseanne menciumnya. Duluan.

ROSEANNE MENCIUMNYA. DULUAN.

ROSEANNE MENCIUMNYA. DULUAN.

Padahal selama ini, Jeffrey menahan diri untuk mencium Roseanne dan ternyata wanita cantik itu yang memulainya tanpa aba-aba. Secara mendadak. Di waktu yang mengherankan seperti ini.

Setelah menempelkan kedua bibir mereka, Roseanne membuka matanya. Wajahnya mendadak memerah dan terkejut melihat Jeffrey yang mematung akibat ulahnya tersebut.

Air mata Jeffrey kembali mengalir, anehnya pria itu kembali menangis lagi. Ia mengerucutkan bibirnya dan memulai aksi protesnya lagi.

"Kok ... kamu nyium ... aku duluan?" tanya Jeffrey terbata-bata. Ia tak terima dengan adegan barusan. Harusnya ia yang mencium Roseanne pertama kali, bukan sebaliknya. "Ciumannya ... ciumannya gak asli! Yang asli ... yang asli aku yang nyium duluan!!!"

Roseanne kembali memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing lagi akibat ulah Jeffrey. Bukannya dicium diam, dicium malah tantrum. Memang serba salah sekali Roseanne sekarang dimata Jeffrey.

Jeffrey menghapus air matanya dan mendekatkan wajahnya kearah Roseanne. Kali ini, ia yang akan mencium Roseanne duluan, ia tak mau kalah dalam melangkah dan yang utama, ia tidak ingin menahan diri lagi.

Jeffrey menempelkan bibirnya ke bibir ranum milik Roseanne, ia memejamkan matanya. Tak lupa juga dengan tangan kanannya yang memegang pipi Roseanne dan tangan kirinya yang berada di pinggang wanita cantik itu.

Roseanne tentu saja terkejut dengan ulah mendadak Jeffrey, tapi ia memejamkan matanya dan tersenyum dalam ciuman tersebut. Jeffrey benar-benar tak mau kalah dalam tindakan. Ia ingin menjadi yang pertama dalam apapun itu, apalagi menyangkut tentang Roseanne.

Ciuman tersebut berakhir cukup lama, karena mereka berdua sama-sama kehabisan nafas. Lucunya lagi, setelah melakukan adegan itu, kedua manusia ini menundukkan kepala yang akhirnya berujung menatap satu sama lain.

Wajah yang memerah hingga ke telinga dan berakhir tertawa bersama, seolah-olah yang terjadi barusan adalah adegan yang sangat menggemaskan dan lucu.

"Aku mau nginep disini boleh?" tanya Jeffrey pelan.

Roseanne menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Boleh."

Jeffrey tersenyum lembut, "Aku mau cuddle boleh?"

Roseanne terkekeh pelan, "Iya, boleh."

Beberapa saat kemudian mereka kembali tertawa. Jeffrey menatap bibir Roseanne, lipstik wanita cantik itu sudah tak beraturan lagi. Ia kebingungan dengan lipstik di bibir Roseanne yang terlihat sangat berantakan.

Seketika ia teringat akibat ulahnya barusan itulah yang membuat lipstik di bibir Roseanne berantakan.

Jeffrey menyentuh bibirnya dengan jempol tangan. Ia terdiam ketika menyadari lipstik milik Roseanne ternyata tidak luntur ke bibirnya, tapi ia bisa merasakan manis di bibirnya.

Dengan senyum sumringah, Jeffrey berkata, "Lipstik kamu keren ya, Tuan Putri. Masa aku cium, lipstiknya gak nempel di bibirku, tapi berantakan di bibirmu dan aku bisa rasain lipstiknya."

"Gak usah diganti, bagus untuk ciuman."

Kali ini, Roseanne menepuk dahinya akibat mendengar omongan aneh dari Jeffrey. Lucu sekali rasanya, sehabis berciuman malah membahas tentang lipstik yang digunakan oleh Roseanne.

Diam-diam Jeffrey menggenggam tangan Roseanne yang berada tak jauh dari tangannya. Dengan senyuman manisnya, Jeffrey menatap Roseanne. Roseanne membiarkan tangannya bergenggaman dengan Jeffrey, ia membalas senyuman itu.

"Besok ... ciuman lagi, ya? Hehe."

Izinkan Roseanne menjitak kepala Jeffrey berulang kali. Tampaknya, pria tampan itu sudah ketagihan dengan kegiatan mereka barusan.




nikmati malam minggu kalian dengan asupan jeffrey dan roseanne! anjay, akhirnya Roseanne maju pantang diam. ayo tumpengan sayang!

TANTRUM ; jaerose lokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang