1. The Case

254 19 0
                                    

Jangan lupa vote & komentar, ty!

***

Sabtu, 20 April, pukul 15.30

"Nona Kim dan Nona Park ...." Tante Jess duduk membelakangi ruang pengamat. Dua tamunya duduk di seberang meja. Dapat kulihat wajah mereka dengan jelas, tampak tegang. Tante Jess mengubah posisi duduk, menjadi lebih santai. "Tidak usah terlalu formal. Aku Iptu Jessica."

Rose tertawa kecil, terdengar lega. "Terima kasih, Inspektur. Panggil aku Rose saja."

Aku ingat saat terakhir melihat gadis itu. Di acara wisuda angkatan mereka di aula BIHS. Lisa menjadi valedictorian, yaitu lulusan terbaik, dan Rose tidak jauh-jauh dari sisinya. Foto mereka berdua bahkan menghiasi hall of fame. Couple of the year. Mungkin karena sekolah kami adalah sekolah internasional, sehingga pasangan sejenis sudah bukan lagi hal yang tabu.

Wajah Rose tidak banyak berubah dalam setahun ini. Hanya saja, dulu gadis blasteran Australia itu berambut panjang cokelat, sekarang pirang.

"Namaku Kim Jisoo, tapi panggil saja aku Jisoo," ujar gadis cantik di sebelah rose sambil tersenyum. Ah, si babyface dengan bibir berbentuk hati yang populer dengan keramahannya, tapi sampai ia lulus, tidak ada yang berhasil menggaetnya.

"Jadi, kalian satu sekolah dengan Lisa?" Tante Jess menyebut nama itu tanpa titel menyedihkan.

"Ya, selama di Brilliant Internasional School." Jisoo menjawab. "Kami berpisah sejak kuliah. Aku di KAIST, Rose di Kedokteran Korean University, dan Lisa, di luar dugaan, tidak diterima di Arsitektur, jurusan impiannya. Lalu memilih Pariwisata di SNU."

"Baru kuliah tahun ini, 'kan?"

Jisoo dan Rose membenarkan.

"Inspektur, kami ingin bertemu Iptu Chang Wook yang menangani kasus Lisa." Rose menghentikan basa-basi.

Tante Jess menggeleng. "Iptu Chang Wook sedang tugas di luar kota. Kasus ini sudah ditutup sebelum ia pergi. Kalau ada pertanyaan, silakan, aku akan coba jawab."

"Tolong lanjutkan penyelidikan." Rose menyambar cepat. "Iptu Chang Wook pernah bilang, kasus ini tidak wajar. Dia benar. Kami saksinya, Lisa tidak pernah mendekati narkoba dan miras. Merokok saja tidak. Gaya hidupnya bersih. Ia pemain basket dan secara akademis, selalu masih top three di sekolah. Sangat tidak mungkin dia overdosis sampai ... sampai ...."

Aku mengepalkan tangan yang gemetar. Ingatan itu menyeruak ke permukaan. Berita kecil di koran, nama Lalisa Manoban di baris pertama, dan foto mobil tempat tubuhnya ditemukan. Kegemparan di sekolah, desas-desus dan perdebatan. Hingga kini telinga dan hatiku tidak pernah bisa menerima.

Aku tidak mau tahu. Selama beritanya masih tidak utuh, simpang siur, tidak bisa disebut sebagai fakta, bukan? Mereka bisa saja keliru mengenali jenazah. Mungkin Lisa hanya pergi berlibur atau memutuskan pindah ke luar negeri. Buktinya, setelah tiga minggu, kehebohan itu mereda. Tidak ada perkembangan dalam kasusnya dan mereka beralih ke topik lain. Aku pun melanjutkan hidup, menepis kejadian itu seperti mimpi buruk. Mimpi buruk yang sekarang difaktakan oleh Rose dan Jisoo.

Tante Jess membuka map, memberikan selembar kertas. "Ini berita acara minggi lalu, untuk mengingatkan. Kami sudah memberikan keterangan tentang kasus ini kepada keluarga. Semua sudah dilakukan sesuai prosedur. Kalian juga hadir waktu itu dan menyatakan mengerti. Kenapa kalian datang lagi dan mengajukan tuntutan tanpa dasar?"

"Kami mengerti prosedur, tapi Lisa tidak mungkin melakukan itu!" Jisoo menjawab tegas.

"Kalau bukan bunuh diri, berarti ada orang lain yang mencelakainya. Apakah kalian tahu sesuatu yang memungkinkan kasus ini dibuka lagi? Kalau ya, kalian bisa mengubah pernyataan." Tante Jess menunjukkan kertas-kertas lain. "Pada hari kejadian, Nona Rose menyatakan sedang berada di Paris, selama seminggu dan Nona Jisoo di rumah sakit karena terkena demam berdarah? Silakan sampaikan kalau ada petunjuk baru."

RUBY : From Your Death (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang