Empat remaja perempuan sedang duduk di ruang tamu menonton sebuah acara komedi, tawa lucu terus keluar dari mulut mereka namun sesekali dua orang di antaranya menutup telinga karena tawa dua orang lainnya begitu memekik di telinga.
Drrrttt
"Rin, ada yang telfon, tuh," ucap Gisel saat pemilik ponsel tidak menyadari ada panggilan masuk. Dengan cepat Gadis berambut sepinggang sedikit bergelombang itu menjauh dari mereka untuk mengangkat telfon dari pacarnya yang memintanya untuk bertemu jam 11 siang nanti, dan mengikuti sertakan teman-temannya.
Saat kembali ke tempat, gelak tawa Ning Ning dan Winter tidak lagi terdengar, mereka malah menutupi wajah dengan bantal sofa dan ternyata Gisel mengganti salurannya menjadi acara horor yang tidak disukai oleh keduanya, kini menjadi sunyi.
"Jahat banget, lo, Sel," gumam Karina tersenyum kepada Gisel.
"Oh, iya. Jeno telfon, ajak ketemuan katanya kalian juga ikut, harus." Karina menyampaikan pesan Jeno. Yup, mereka berpacaran walaupun awalnya ditutupi namun teman-teman mereka sangat ahli dalam mengulik sesuatu yang mencurigakan dan berakhir menjadi pasangan pertama dalam circle mereka.
"Tumben?"
Bahu Karina terangkat. "Jam 11 siang, gue mau mandi dulu." pamitnya menuju kamar.
.
.
.
"Lo ga sekolah? Bolos lagi?" tanya Winter melempar kerupuk ke arah Ning Ning."Alfa bego, kalau bolos berarti gue pernah di sekolah terus pergi," jelas Ning Ning membuat Winter tampak berpikir.
"Ya, itulah. Kenapa?" tanyanya.
"Ga kenapa-kenapa, ga pengen ke sekolah aja,"
"Dih, dasar pemalas,"
"Ngaca, mbak. Lo juga sering alfa ya dulu, ga usah nuduh gue," balas Ning Ning.
"Heran gue kenapa bisa punya temen kayak lo berdua, udahlah jangan ribut mulu. Buruan siap-siap, bentar lagi kita berangkat biar ga telat." Intrupsi Karina membuat keduanya mengeluh karena malas harus bersiap-siap lagi.
Kurang lebih sejam menunggu, mereka segera berangkat ke rumah Chenle yang harusnya sekitar 20 menit dari rumah Karina jika menggunakan mobil.
Sesampainya di sana mereka disambut dengan baik, semuanya berkumpul di sebuah ruangan yang ada di rumah Chenle khusus untuk berkumpul dengan teman-temannya. Bukan hanya sekadar ruangan biasa, terdapat berbagai permainan di dalamnya.
"Belum setengah hari lho ini, udah nempel aja kayak prangko," tutur Haechan.
"Kenapa Chan? Iri lo? Makanya cari." ucap Jeno.
"Tunggu aja, tanpa gue caripun, cewek-cewek bakal datang sendiri. Ngantri buat jadi pacar gue," pedenya yang malah membuat teman-temannya tertawa karena reaksi wajah Gisel, Ning Ning, dan Winter mendengar perkataannya.
"Napa? Mau lo jadi pacar gue?" tanya Haechan.
"Kayaknya gue mimpi buruk Chan tiap hari kalau jadi pacar, lo," balas Gisel mengingat bagaimana kelakuan Haechan selama ini.
"By the way, kalian kenapa panggil kita?" tanya Winter.
"Ohh, iya. Jadi lupa, gue sama yang lain rencananya mau liburan gitu pakai kapal pesiar. Awalnya sih pengen yang cowok-cowok aja, tapi Jeno Hyung kekeh mau ajak Karina noona, jadi ya gitu." Jelas Chenle.
"Ohh jadi lo ga ikhlas nih ajak kita? Ya udah sih ga usah," ucap Karina membuat Chenle garuk kepala.
"Ga gitu, susah amat bicara sama cewek. Jadi kalian mau atau nggak?" tanyanya.
"Kapan?" tanya Winter.
"Sekarang pun boleh,"
"Emang bisa?"
"Bisain ajalah. Jadi kalian mau kan?" tanya Chenle sekali lagi dan mendapat lampu hijau dari empat perempuan itu.
Setelah diskusi mereka pulang ke rumah masing-masing untuk menyiapkan barang-barang, tidak akan seru jika hanya semalam hanya berada di atas kapal. Setidaknya mereka bisa menginap di vila yang ada di pulau.

KAMU SEDANG MEMBACA
Island
Teen Fiction11 orang berhasil selamat dari kejadian yang menimpa kapal yang mereka tumpangi, dan berakhir di sebuah pulau tak berpenghuni. Awalnya ada kesenangan dan rasa lega karena mereka tidak akan mati tenggelam di sana namun kemungkinan buruk lainnya yang...