。.゚+ seseorang 。.゚+

13 4 0
                                    

*sebelum Chenle ditemukan*

"Uhukk ... uhukk," Chenle terbatuk, mulutnya mengeluarkan banyak air laut yang sempat masuk. Napasnya menjadi tak teratur.

Ia menyentuh kepalanya yang terasa sangat sakit dan ternyata kepalanya terluka membuat banyak darah ikut menempel di telapak tangannya. Chenle menggelengkan kepalanya, bukannya rasa pusingnya hilang dan kembali fokus malah tambah parah.

Chenle mencoba berdiri lalu melepas pelampung yang terpasang di badannya, entah siapa yang memakaikannya. Ia lalu berjalan guna mencari keberadaan yang lainnya barangkali mereka ada di dekatnya. Meski tidak bisa berjalan dengan lurus, Chenle berpegangan pada batu-batu sehingga ia tidak terjatuh.

Chenle mendadak berhenti saat merasakan seseorang memegang bahunya, ia menoleh dan tersenyum ke arah orang itu lalu memeluknya erat.

"Akhirnya nemu satu orang juga," lega Chenle melepas pelukannya.

"Hyung ga apa-apa, kan?" tanyanya.

"Jangan tanya gue, tuh kepala kenapa?" tanya orang itu balik.

"Kayaknya terbentur di batu, tapi gapapa," balas Chenle.

"Ya udah ayo jalan, kita cari yang lain," ucapnya. Mereka pun berjalan dengan Chenle di depan dan orang itu di belakang.

"Chenle." Panggilnya menghentikan langkahnya membuat Chenle melakukan hal yang sama dan berbalik. Orang itu perlahan mendekat.

"Lo kenapa mau keluarin uang banyak-banyak buat kita? Bahkan nyediain kapal segala?" tanyanya membuat kening Chenle berkerut.

"Apa maksudnya? Ya, kan, kita sahabatan. Udah hal yang biasa kali kalau gue traktir kalian," jawabnya.

"Tapi gue muak," gumamnya.

"Hah?"

"Gue muak. GUE MUAK LIHAT KALIAN SEMUA SOK ASIK DI DEPAN GUE!" teriaknya.

"Hyung?!?"

"Apa? Lo kira dengan punya segalanya bisa bikin lo kelihatan keren? Gak!!!" ucapnya lantang. Chenle mematung mendengar itu keluar dari mulut Hyungnya.

Orang itu berjalan ke hadapan Chenle, memegang  kedua pundak Chenle dan sesekali memijatnya pelan lalu menekannya dengan keras membuat Chenle sakit.

"Awalnya gue cuman diem, tapi lama-lama lo makin ngelunjak pamerin semua harta lo itu, seolah-olah orang paling kaya sedunia," geramnya.

"Dan sekarang, ini kesempatan gue."

Chenle yang menerima sinyal adanya bahaya datang segera berlari menjauh dari orang itu dan terjatuh beberapa kali. Kakinya yang sakit karena terkilir tidak dipedulikannya.

Lalu, orang itu berhasil meraih bahunya, memutar tubuh Chenle dengan paksa kemudian meninju pipi kirinya membuat Chenle terjatuh. Orang itu mendekat dan melingkarkan jari-jari tangannya di leher Chenle. Dengan penuh kekuatan ia mencekik leher Chenle untuk mencegah udara masuk ke dalam paru-parunya.

Nafas Chenle tercekat, akses untuk oksigen masuk menjadi sangat sempit karena dorongan tangan orang itu yang sangat kuat.

"H - hyung ... g - gue ... a - ad ... adek ... lo, khhhh," ucap Chenle susah payah berusaha melepas tangan orang itu.

"T - tol - long ... jj - jang - an ... bu - nuh ... kkhh ... g - gue," mohon Chenle.

Namun ucapannya itu bagaikan angin lalu di telinga orang itu dan terus mencekik Chenle sampai tubuh Chenle yang tadinya gerak-gerak seperti ikan butuh air kini tidak bergerak sama sekali. Orang itu mendudukkan pantatnya setelah menyelesaikan aksinya itu. Ia lalu membawa tubuh Chenle ke tempat yang bisa dijadikan tempat seolah-olah kalau laki-laki itu meninggal karena kehabisan banyak darah. Setelah menemukan tempat yang pas, iapun pergi meninggalkan Chenle.

IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang