12: Upah

530 65 11
                                    

Persetan dengan perbincangan kelam kemarin, seminggu setelahnya Tokoyami dan [Name] mendapatkan upah- lagi- setelah menjalankan misi singkatnya di perumahan warga sipil.

Sejujurnya, [Name] justru merasa terlalu dimanja-manjakan kalau berlama-lama di agensi ini. Seperti balita lebih sebelas tahun tahu, gak?

"Ah, permennya manis banget!" [Name] hampir ingin melepehkan setangkai permen manis yang baru saja ia makan. Tapi teringat bahwa itu pemberian seorang nenek tua, [Name] jadi merasa tidak enak.

Tokoyami- yang lagi-lagi sebagai partner magang [Name], hanya bisa menghela napas berat setelah menangkap penjahat yang berkeliaran di salah satu rumah warga.

Benar-benar udah bosen mereka kalau tiap hari harus tatap muka. Soalnya, yang dari U.A. hanya mereka berdua. [Name] sampai kasihan dengan Tokoyami yang magang sebelumnya sendirian..

Upah-upah yang telah mereka dapatkan cukup beragam. Dimulai dari dua bungkus roti, bahkan sampai sekali mendapatkan se-kepal uang Yen karna pekerjaannya yang mulia tersebut.

Hawks tak pernah mempermasalahkan hal tersebut, justru ia senang karna ia tak lagi harus membayar makan mereka- ah, gak, gak. Hawks juga gapapa sih kalau begitu doang.

Sesampainya mereka kembali di agensi, tiba-tiba saja langsung didatangi oleh salah satu pekerja wanita di kantor. Kelihatannya.. napasnya terengah-engah saat ingin mengejar mereka.

"Ah, Tsukuyomi-kun, Reddo Wingu-san! Bisakah kalian.. hah.. bermisi di kota-"

"Fukuoka?"

Bahkan sebelum sang wanita menyelesaikan perkataannya pun Tokoyami sudah lebih dulu menjawab dan segera diangguki oleh wanita tersebut.

Memang, kota yang akhir-akhir ini suka mereka kunjungi karna tingkat kriminalitas yang tinggi adalah Kota Fukuoka. Selama penjahatnya adalah penjahat-penjahat kecil, mereka tak mengambilnya terlalu masalah.

"Jadi, kita harus balik lagi..?" [Name] mendengus kesal, tubuhnya sudah hampir ingin roboh saat itu juga rasanya.

Tapi tak apa, demi upah lagi- siapa tahu - [Name] rela menyiksa kakinya dari ujung dunia sampai ke ujung lagi. Kalau gak dapet upah pun tak apa juga, tinggal sogok aja duit Haw-

"Yao~mo~mo~.. tolong.. kembalikan aku ke Yaomomo-san..~" cicit [Name], yang sekarang sudah roboh dan bersandar pada dinding lift yang berproses untuk turun ke lantai lobi.

Dark Shadow hanya bisa mengelus pucuk surai apricot sang gadis dengan pelan, mengetahui rasanya tersiksa di penjara berkedok agensi magang seperti ini. Tentu, ia juga ikut terjebak.

Kehilangan teman setianya yang selalu menemani ia kemana pun itu sangatlah sakit, walau [Name] dahulu juga masih canggung jika bersamanya. Tapi bagaimana pun, semuanya tetap [Name] anggap teman.

Tokoyami? Ah, pemuda ia itu tak terlalu peduli dengan kondisi temannya sekarang. Mau mereka sedang terluka melawan penjahat, itu juga risikonya, toh?

"Ah elah, lama banget. Siapa sih yang merancang gedung tinggi seperti ini?" keluh sang pemilik Dark Shadow dengan muka masamnya.

Kalau begini terus, penjahat di Fukuoka tersebut bisa-bisa sudah kabur terlebih dahulu dengan barang-barang curiannya atau bisa saja mereka membawa orang-orang yang sudah berhasil diculik.

Akhirnya tak lama setelah keluhan Tokoyami dikatakan, pintu lift sudah terbuka lebar untuk dua murid U.A. tersebut. Tak pakai lama, mereka langsung mendobrak pintu kantor dan melayang terbang menuju udara.

----------

"Ah.. ha-ha-hahahaha.." Pemuda dengan hero name Tsukuyomi hanya bisa tertawa canggung. Dari mukanya saja sudah terlihat jelas keringat dingin yang mengucur deras.

Keiteishimai | Hawks As Ur Big Brother (Fem!Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang