bab 2: LDR

23.2K 43 0
                                        

                            Zahra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                            Zahra









                             Jek





















Hari berjalan begitu cepat. Tak ada yang spesial terjadi dalam beberapa hari ini. Mas hendra semakin sibuk dengan pekerjaannya. Berangkat jam tujuh, pulang jam 5 atau kadang bahkan pulang lebih malam misal jam 10 malam.

Karena kesibukannya itu, aku kadang merasa bosan. Dimana interaksi kita hanyalah seperti formalitas saja. Pagi aku mengantarnya untuk berangkat kerja sampai depan gerbang rumah,

Malam berbincang sedikit di depan TV lalu kemudian masuk bersama ke dalam kamar untuk tidur. Untuk hubungan ranjang, bahkan terakhir kami melakukan nya dua minggu lalu. Kami tidak lagi membahas hal itu.

Keseharianku di rumah adalah memasak, membuat makanan dan menonton video serta membaca buku. Beberapa kali mas hendra menyuruhku untuk pergi keluar untuk sekedar berbelanja dan menikmati uang yang ia berikan.

Namun aku selalu menolak karena memang aku buka tipe perempuan yang hobi menghamburkan uang.
Bukannya aku pelit, tapi aku tau bagaimana susahnya mencari uang. Walaupun aku terlahir dari keluarga yang cukup kaya di kampungku.

Bahkan paling sering aku keluar hanya untuk ke pasar atau minimarket. Atau ke klinik kecantikan tempat aku melakukan perawatan. Selebihnya aku tidak pernah kemana-mana.

Ngomongin pasar, adalah rutinitas aku meminta bantuan kepada mas jek. Orang dengan perawakan kasar itu dengan sangat senang hati dan dengan sopan mau ku mintai bantuan. Itulah kenapa aku tidak pernah luput untuk mencari dirinya kalau sudah di pasar.

Beberapa kali aku mengobrol dengannya ketika sedang berada di parkiran untuk mengikat belanjaan ku, yang aku dengar darinya adalah dia seorang duda tanpa anak. Istrinya kabur dengan laki-laki lain karena kehidupan yang keras dan serba mahal, tapi tidak di topang dengan pendapatan ekonomi yang cukup.

Ia juga pernah merantau keluar negeri tepatnya Malaysia. 5 tahun di Malaysia dia bisa membuat rumah sendiri yang tak jauh dari pasar. Ya walaupun tidak megah, tapi dengan apa yang dia punya dia bangga karena tak semua orang bisa melakukan hal semacam itu.

DIARY ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang