Dengan tampa terpaksa aku menyandarkan kepalaku di pundaknya. Tak lupa tangannya yang melingkar di bahuku menambah hangat tubuhku seketika.
Namun momen itu tak berlangsung lama. Karena beberapa detik kemudian langit yang tadinya cerah tiba-tiba turun hujan dengan deras. Beberapa orang muda mudi yang tadi aku lihat sedang mojok pun kocar-kacir di buatnya.
Beruntung kami menggunakan mobil sehingga aman saja ketika hujan tiba-tiba datang.
"Ahh gila ya perasaan tadi masih cerah aja deh tiba-tiba banget hujan" Ucapnya.
"Ya mungkin langit tau kamu lagi sakit hati. Jadi biar kepalanya dingin makanya di kasih hujan" Ucapnya sembari menatapku.
"Hadehhh ada-ada aja kamu mas" Ucapku sembari masih sibuk membereskan barang-barang di mobil yang agak berantakan pasca serangan hujan tadi.
"Eh kita enggak pulan aja dek? Udah jam 1 ini. Kasian kamu" Ucapnya tiba-tiba.
"Hemm.. Emang kamu udah ngantuk ya mas? " Ucapku berat hati.
"Ngantuk enggak. Cuma kasian kamu nanti kalau pulang kemaleman"
"Tapi aku masih malas mas di rumah sendiri juga mau ngapain? Tidur juga ga bakal bisa" Ucapku dengan nada sedikit manja.
"Aku mau ngajak kerumah tapi takut kamu mikir aneh-aneh tentang aku lagi. "
"Emang dirumah kamu ada apa mas?" Ucapku penasaran juga.
"Hem gak ada apa-apa sih. Tapi kalau kamu lapar aku bisa masakin kamu kok" Ucapnya.
"Gini deh kita ke rumah aku aja. Akun punya popcorn dan banyak kripik juga. Nanti kita sambil ngobrol di ruang tamu gimana?" Tanyanya lagi dengan wajah exited yang membuatku ingin sekali mencubit pipinya.
"Hemm oke deal!" Ucapku mengulurkan tangan memberi gestur sepakat.
"Oke kita berangkat ya" Ucapnya kemudian menyalakan mobil dan mulai meninggal kan pelabuhan...
Bersambung....
"Toh aku enggak melakukan apapun murni cuma ingin cerita aja" Ucapku dalam hati mencoba meyakinkan bahwa aku tidak ada niat apapun. Dan memang iya pada dasarnya aku melakukan ini semua hanya karena butuh tempat untuk bercerita...
Aku sampai pada suatu tempat sepi. Tidak terlalu sepi dan di depanku kini sebuah rumah berdiri kokoh dengan gaya bangunan minimalist modern. Aku tidak menyangka bahwa rumah mas jek bahkan terlihat lebih atraktif dari rumahku yang hanya mungkin menang di ukuran saja. Nampak halaman rumah yang tidak berpagar dengan beberapa pohon dan kursi dari beton seperti di coffee shop menjadi pemandangan pertama yang aku saksikan..
Dan yang menjadi point paling plus ialah rumah mas jek berposisi paling pojok. Karena aku tidak melihat apa-apa lagi selain rumah mas jek dan pagar belakang rumahnya.
Jarak rumah juga agak berjauhan. Dimana posisi rumah bang jek adalah rumah terakhir dari komplek itu.
Pintu rumah itu terbuka dan nampaklah mas jek yang baru keluar dari pintu mengenakan pakaian casual dengan celana pendek selutut dan sepatu slip on. Aku sedikit terperangah melihat penampilannya yang menurut ku berbeda jauh dari apa yang aku lihat biasa ketika aku bertemu dengannya di pasar.
"Maaf jadi agak merepotkan kamu malam-malam begini" ucapnya saat sudah masuk dan duduk di bangku penumpang di sebelahku.
"Isss mana bisa begitu enak aja emang aku supir. Sini mas yang bawa mobilnya" Aku tak menjawab perkataan nya.
Sembari menahan napas, aku berpindah ke kursi penumpang belakang. Sungguh malam ini aku di buat benar terpana melihat penampilannya. Belum lagi wangi parfum yang tidak aku ketahui apa mereknya itu sukses menyihir ku untuk beberapa saat.
"Hahaha iya iya lupa saya. Yaudah saya pindah" Jawabnya terkekeh lalu kemudian berpindah posisi ke kursi di balik kemudi.
Bau parfumnya, suara beratnya. Aku benar merasakan gigil yang teramat sangat untuk beberapa detik.
"Jadi kita mau ngobrol dimana mas?" Tanyaku mengalihkan suasana yang sempat akward untuk beberapa saat ini.
"Hemm kemana ya? Kalau ke taman atau cafe jam segini kayaknya gak seru deh. Soalnya taman banyak orang resek. Cafe terlalu ramai jam segini" Ucap mas jek sembari mengelus dagunya yang di penuhi brewok tebal itu.
"Hem kemana aja lah mas yang ambil kendali malam ini" Ucapku pasta menyandarkan diri lebih dalam ke bangku sembari memasang seatbelt.
"Ha mas tau deh tempat yang cocok buat kamu cerita. Bisa teriak juga kalau kamu mau" Ucapnya dengan wajah exited seperti mendapat hadiah.
"Heh yakali jam segini mau teriak. Aku galau doang ya mas enggak gila" Ucapku sembari mencubit lengannya yang berbalut flanel.
"Is kulitnya keras banget lagi gabisa di cubit" Ucapku dalam hati.
"Hem iya juga sih. Pokoknya kamu ikut aja okey di jamin kamu suka dengan tempat itu" Ucapnya sembari perlahan menjalankan mobil
"Hem iya deh" Ucapku pasrah saja.
.....
Perjalanan di dominasi tawaku dari pada ajang bergalau. Karena dengan pembawaan yang yang menarik, dan tutur bahasa sopan serta segudang jokes yang gak ada habisnya membuatku seketika lupa dengan masalah yang aku hadapi.
Akhirnya beberapa puluh menit berlalu kami sampai di tepi pantai tepatnya sebuah tempat dimana saat kami berada. Dermaga ini tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa muda mudi yang tengah mencuri kesempatan untuk mojok di bawah lampu yang memang remang sekali.
Kami keluar dan duduk di salah satu kursi yang ada tepat yang ada di samping mobilku. Tak lupa mas jek juga membawa makanan dan minuman yang tadi ia beli lewat Alfa*art dan kemudian kami duduk di kursi panjang itu tanpa berbicara....
"Dek.. Maaf kamu enggak dingin pake baju tipis begitu? " Ucapnya memperhatikan aku yang hanya menggunakan manset berwarna hitam ketat dan pasmina saja.
Belum sempat aku menjawab, mas jek sudah membuka flanel kemejanya untuk ia kalung kan pada bahuku. Kemudian dia berlaga cuek lagi sembari membukakan minuman untukku.
Sederhana sih, tapi inisiatif seperti ini tidak dimiliki oleh mas hendra yang mana adalah suamiku sendiri.
"Ehh mas.. Kamu sendiri gak dingin apa cuma pakai kaos begitu? " Ucapku hawatir. Karena mas jek hanya mengenakan baju biasa dan celana pendek saja. Angin memang tidak terlalu kencang, tapi angin pantai tetaplah angin pantai.
"Tenang ksmu gak mikir aku bakal masuk angin kan dek" Ucapku menatapku sembari menaik turunkan alisnya. Dan entah kenapa itu terlihat membuatnya lebih tampan malam ini.
"Isss...masuk angin sih enggak yakali badan segede itu bakal kalah sama angin. Cuma ya kasian aja dingin" Ucapku memalingkan wajahnya merasa salting.
"Yahh tadi sebenarnya liat kamu pake baju begitu doang aku mau ambil flanel yang lebih tebal lagi. Tapi ntar malah gabisa modus ke kamu lagi hahaha" Tawanya yang berat itu kembali terdengar.
"Iss bener-bener ya emang. Modus sama istri orang" Ucapku memukul bahunya.
"Haha iya juga ya" Balasnya lagi sembari menggaruk kepalanya.
Akhirnya kami terus bercerita panjang lebar tentang apa saja. Dan agak emosional serta membuatku terharu ketika dengan prepare nya ia meraih kantung celananya dan memberiku tissue yang juga ia beli dari minimarket tadi.
"Ih mass tingkahnya ada aja deh. Tau banget aku kagi butuh tissue" Ucapku sembari menerima uluran tissue dari tangannya.
"Iya aku emang udah memprediksi bakal ada adegan tangis menangis. Jadi lebih baik sedia payung sebelum hujan" Ucapnya lagi yang sukses membuat tangisku berhenti.
"Butuh adegan nyandar di pundak enggak nih?" Ucapnya lagi bercanda.
Aku tak menjawabnya hanya menghujani bahunya dengan pukulan lemah. Hingga akhirnya tangannya menangkap tangan ku dan membawaku kedalam delapan tangannya.. ..
