BAB 3: AKRAB

11.8K 31 0
                                    

Author pov..

Pagi itu tidak terlalu cerah. Nampak segumpalan awan mendung menggantung di bawah kaki langit.

Di sebuah komplek perumahan yang tidak terlalu ramai, pasangan muda yang tengah bergegas menyiapkan sesuatu sibuk mondar-mandir untuk berkemas.

Beberapa barang bawaan dan keperluan sudah hampir selesai. Mengingat perjalanan yang akan di lalui melewati darat, mereka baru saja memasukkan beberapa keperluan yang sudah mereka persiapkan sedari tadi.

.....

"Mas berangkat dulu ya sayang. Jaga diri baik-baik gaboleh nakal" Ucap hendra sembari mencium kening zahra.

"Iya mas. Cepat pulang ya biar bisa cepat liburan kita" Ucap zahra. Tangannya bergelayut manja di leher hendra.

"Iya sayang tunggu mas pulang ya" Ucap hendra kembali menempelkan bibirnya di bibir mungil zahra.

Sejenak pasangan suami istri itu melewati perpisahan dengan ciuman di pagi hari yang begitu mesra dan mendalam. Hingga akhirnya mereka melepaskan bibir mereka tak kala klakson mobil gra*b yang di pesan hendra tiba.

Dengan berat hati zahra melambaikan tangan ke arah mobil dimana hendra tersenyum untuk sekali lagi sebelum menutup kaca mobil yang ia tumpangi itu.

.....

Zahra pov.

"Selamat pagi mbak zahra" Ucap laki-laki berbadan tegap itu.

"Eh mas jek.. Selamat pagi juga" Ucapku sembari membuka helm yang sedang ku kenakan.

"Wah mau belanja nih mbak? Kalau butuh bantuan nanti cari saya saja di tempat biasa ya mbak" Ucap mas jek Sembari menunjuk tempat semacam pos ronda pasar tempat biasa ia istirahat.

"Oh oke aman mas nanti kalau butuh bantuan saya panggil. Eh atau gini eh mas punya whatsapp enggak? Biar saya gampang buat nyarinya nanti"

Entah apa yang ada di pikiranku hingga berani saja dan tampa malu meminta nomor whatsapp laki-laki yang tidak memiliki hubungan apapun denganku.

"Oh boleh ini mbak 081876...." Ucap mas jek dengan tampa keberatan memberikan dan menyebutkan sekumpulan angka di hp bututnya.

"Oke mas sudah saya save ya. Sebentar lagi saya hubungi kalau ada perlu" Aku berlalu meninggalkan bang jek yang juga kembali sibuk mengurus parkiran lagi.

....

Aku melanjutkan acara belanja untuk kebutuhan ku selama sendirian. Hari ini pasar tidak terlalu ramai. Dan langit masih Mendung seperti tadi waktu aku baru saja tiba ke tempat ini. 

Beberapa kali aku merasakan ada yang meraba bagai  bokongku namun aku tidak terlalu mempedulikan itu. Setelah semua beres dan belanjaan rampung dan berada di tanganku, aku memutuskan untuk memberi chat kepada mas jek.

Bukan bermaksud manja, cuma aku melihat di ujung jalan keluar pasar ini ada sekumpulan anak punk dengan dandanan berantakan dan kumel. Bahkan semenjak dari tadi aku mengirim chat kepada mas jek, mereka tak henti-hentinya memberikan cat calling kepadaku. Dan itu membuatku risih dan sedikit takut.

Bukan karena apa, di deretan ruko itu tampak lumayan sepi dan mereka bergerombolan. Aku hanya mencoba untuk bersikap hati-hati saja. Namun ketika aku sibuk mengirim chat kepada mas jek, tiba-tiba aku merasa bahwa pantatku ada yang menepuk dengan sedikit kencang.

Aki kaget bukan main. Aku menoleh dan tampak seseorang berambut Mohawk berwarna kuning berkulit dekil dengan aroma mulut seperti habis meminum alkohol tengah beridir di depan ku. Tak terlalu tinggi tapi dari perawakannya nampaknya dia sedang mabuk. Kontan saja aku langsung mundur. Tapi sial tubuh belakangku sudah mentok salah satu tgok pertokoan yang nampak tutup.

"Heh kamu jangan kurang aja ya!! Atau saya laporin polisi kamu" Ucapku menunjuk wajah dekilnya.

"Hahaha lapor aja di sini gak ada polisi. Udah tenang kita gak akan main kasar kok" Ucapnya sembari kembali mencoba meraih tanganku.

Dari belakang temannya hanya tertawa sembari terus mengompori laki-laki yang tengah mencoba melecehkan ku itu.

"Ayolah mbak mbak gak mau nyoba kontol ku ha? Enak kok" Ucapnya cengengesan sembari mengelus kelaminnya dari luar celana kumel yang sedang dia pakai.

Aku benar-benar ketakutan bukan main saat itu. Karena suasana yang sedikit gelap seperti akan turun hujan deras. Dan di satu sisi juga tidak ada orang lain selain aku dan kelima orang itu.

Entahlah aku berharap sekali mas jek datang tetapi bahkan chatku saja belum dia read. Air mata sudah mengucur deras dari kedua mataku sembari mencoba menjauhkan diri dari manusia kumuh itu.

Tiba-tiba saat dia semakin beringas ingin memegang dadaku, kepala laki-laki itu menghantam tembok dengan keras hingga membuatnya tersungkur di sampingku.

"Bangsat kalian ini manusia enggak ada guna bodoh" Ucap seorang laki-laki tinggi kekar sembari terus menginjak kepala laki-laki yang tadi hendak melecehkan ku.

Tiba-tiba dari belakang lagi ke empat pria teman orang yang tengah di injak oleh mas jek datang dan hendak menyerang. Namun melihat ukuran badan nas jek yang tinggi besar dan kekar, mereka keder dan terlihat ragu untuk lebih jauh mendekat.

"Ayo maju. Saya jamin umur kalian enggak akan sampe jam tiga sore"
Ucap mas jek dengan tatapan dingin.

"Ayo lu maju duluan cepet. Ntar gua dari belakang gua pukul pake gitar kepalanya" Ucap si gendut yang berada di samping laki-laki yang sepertinya terlihat paling tinggi diantara laki-laki itu.

Tampa banyak bicara mas jek maju dan menendang kepala pria itu. Hingga membuatnya tersungkur. Akhirnya ketiga laki-laki tadi yang bersamanya lari terbirit-birit menjauhi mas jek.

"Kalau saya masih lihat kamu berkeliaran di daerah sini, saya pastikan kamu tidak akan pernah hidup lebih panjang dari saat ini. Atau kalau kamu beruntung kamu bakal saya kirim ke penjara. Biar habis kamu di dalam sana" Ujar mas jek menunduk. Kakinya masih menginjak leher laki-laki itu.

"Udah mas lepasin udah" Ucapku sembari mencoba menarik tangannya untuk menjauh. Dan untuk pertama kalinya aku memegang tangan laki-laki yang bukan suamiku atau keluargaku. Aku merasa seperti ada debar dalam dada ketika kulit tanganku menyentuh lengan coklatnya yang kekar.

Akhirnya dengan tertatih laki-laki itu mencoba berdiri namun sedetik kemudian dia kembali tersungkur akibat di tendang begitu kencang oleh mas jek.

Aku kembali menarik tangannya utnuk menjauh. Untunglah kali ini dia melunak dan mengikuti tarikan tanganku. Akhirnya kami keluar dari pintu pasar yang lebih ramai.

Kami berjalan tampa bersuara sedikit pun. Saat kami hendak keluar dari gang menuju parkiran, hujan tiba dengan derasnya. Aku pun semakin resah dengan hal itu.

"Duh jadi hujan. Gimana mbak mau lanjut untuk terus jalan hujan-hujanan? Kalau mbak mau bisa pakai mantel saya. Saya punya dalam jok motor saya" Ucapnya khawatir melihatku yang masih murung.

"Ah tidak usah masih pagi juga. Kita cari tempat untuk duduk deh. Eh itu ada warung baso ayo makan baso. Mas pasti belum makan kan?" Ucapku ketika melihat warung basi yang terlihat sepi.

"Eh saya sudah makan mbak. Mbak aja deh beneran" Ucapnya dengan tampang tidak enak.

"Udah kan saya udah pernah bilang gaboleh nolak rezeki" Ucapku memohon kepadanya.

"Tapi mbak beneran saya sudah makan" Ucapnya terdengar masih sungkan.

"Kalau mas gamau saya gamau minta bantuan mas lagi" Ucapku sedikit merajuk kepadanya.

Aku tidak mengerti kenapa aku semakin sensitif akhir-akhir ini. Ada rasa tidak rela dalam hatiku saat dia menolak ajakan ku untuk makan.

"Hemm iya deh boleh" Ucapnya akhirnya..

"Nah gitu dong kan enak" Aku berjalan dengan senang sekali menuju kedai baso itu. Entah kemana aku yang 10 menit lalu menangis merengek ketakutan.

BERSAMBUNG...

DIARY ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang