Bab 1

21.8K 355 20
                                    

Happy Reading!

Arin mendongak menatap wajah suaminya lalu mulai menangis. Perkataan mertuanya tadi sangat jelas. Jika ia tidak hamil dalam dua bulan ke depan maka suaminya harus menikah dengan perempuan lain.

"Berhentilah menangis dan segeralah cari cara agar kau bisa hamil atau mas akan menikah dengan gadis lain." ucap Haris membuat Arin semakin terisak.

"Apa mas benar akan menikah lagi?" tanya Arin terisak. Tidak menyangka bahwa suami yang sangat ia cintai ternyata menyetujui saran orang tuanya.

"Mau bagaimana lagi. Mas hanya manusia biasa yang menginginkan keturunan."

Deg

Arin menggeleng lalu berlutut di bawah kaki suaminya. "Tolong jangan lakukan itu mas. Aku tidak mau dimadu."

Haris langsung berdiri lalu melangkah menuju pintu. "Berdo'a saja agar kamu hamil bulan depan." ucap Haris lalu keluar dari kamar meninggalkan Arin yang menangis keras.

Malam harinya, Arin menatap surat yang dikirim oleh orang tuanya.

"Apa aku harus melakukan ini?" gumam Arin bimbang lalu menutup wajahnya dan kembali menangis.

Berat rasanya mengikuti saran orang tuanya tapi Arin juga tidak mau dimadu. Lima tahun menjadi istri satu-satunya, membuat Arin tidak akan siap jika ada wanita lain di rumah.

Apalagi Arin takut jika madu suaminya nanti hamil. Bukan hanya kasih sayang dan cinta, Arin yakin ia bahkan tidak akan mendapatkan waktu suaminya lagi. Bahkan lebih parah, bagaimana jika ia diceraikan.

"Tidak." Arin menggeleng keras. Ia tidak mau diceraikan. Setelah menjalani pernikahan selama lima tahun, Arin tidak mau dibuang begitu saja.

Ctar ceklek

"Mas." Arin segera berdiri dan menyambut kedatangan suaminya.

Haris mengangguk lalu meletakkan tas kerjanya di atas sofa.

"Mas sudah makan?" tanya Arin lembut lalu melangkah membantu suaminya itu melepas jas dan kemejanya.

"Sudah." jawab Haris singkat.

Arin berusaha tersenyum. Mungkin karena kejadian tadi pagi, membuat suasana hati suaminya menjadi buruk.

"Bagaimana? Apa sudah kamu pikirkan?" tanya Haris setelah melepas kemeja yang melekat di tubuhnya.

Arin menunduk menguatkan tekadnya lalu mengangguk.

"Iya mas," ucap Arin lalu menatap suaminya. "Jika dalam dua bulan aku tidak hamil juga maka__ mas bisa menikah lagi."

Haris tersenyum lalu mengecup kening Arin.

"Bagus. Mas janji akan bersikap adil pada kalian berdua."

Deg

'Nampaknya mas Haris begitu yakin jika aku tidak akan hamil.' batin Arin sendu namun berusaha kuat.

"Tapi aku punya syarat, mas." ucap Arin membuat Haris mengernyit.

"Apa?"

Arin membelai lembut dada suaminya lalu tersenyum manis. "Aku ingin kita lebih berusaha lagi." ucap Arin lalu mengecup bibir suaminya.

Haris tersenyum manis lalu segera menggendong tubuh Arin ke atas ranjang.

"Baiklah."ucap Haris serak dan mulai melucuti pakaian Arin.

"Ahh engmm" Arin mendesah pelan saat suaminya dengan begitu lihai menyentuh tubuhnya.

"Cantik." puji Haris lalu menunduk dan mulai memberi tanda di sekitar leher istrinya.

MAGADHA JITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang