Bab 3

16K 365 13
                                    

Happy Reading!

Jeritan dan teriakan Arin benar-benar menggema mengisi gubuk tua saat tubuhnya dihantam oleh benda besar Magadha Ji. Bagaimana bisa benda itu sangat besar dan keras seperti kayu besar yang mengisi tubuhnya.

"Ahh ahh"desah Arin dengan tangan yang mencoba mencari pegangan. Tubuhnya terhentak kuat dan bergerak heboh ke sana kemari. Lubangnya seperti akan dihancurkan bahkan mungkin sudah robek. Jika sudah seperti ini Arin mulai menyesalinya.

'Aku seharusnya tidak melakukan ini.' batin Arin lalu langsung melotot dengan mata yang hampir keluar. Mulut Arin terbuka lebar seperti nyawanya baru saja ditarik paksa.

Plok

Plok

Plok

"Jangan pernah menyesalinya." Magadhi Ji mengatakan itu dengan wajah marah dan hentakan yang semakin kuat membuat Arin menangis.

Sudah hampir satu jam liangnya ditumbuk namun belum ada tanda-tanda Magadha Ji akan selesai. Tubuh Arin benar-benar terasa akan dihancurkan sebentar lagi.

Air mata dan air liur Arin bahkan sudah membanjiri wajahnya saat tubuhnya dibalik dan Magadha Ji menghentak dari atas.

Pria besar itu benar-benar membuat Arin kewalahan. Apalagi pengalaman bercinta Arin dengan suaminya tidak pernah sehebat ini. Bahkan mendekatinya pun tidak.

Magadha Ji yang menyadari pikiran Arin hanya menyeringai lalu menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

Magadha Ji berdiri lalu menaik turunkan tubuh Arin, memompa dengan sangat cepat.

"Ahh ahh hancurrr ahhh sakitt"rintih Arin keras lalu melotot lagi saat benda keras di dalam tubuhnya membesar membuat lubangnya semakin penuh.

Magadha Ji menghentak semakin kuat, dia hampir tiba.

Plok

Plok

Plok

Tubuh Arin semakin bergerak heboh dalam kendali Magadha Ji hingga beberapa detik kemudian.

Jleb

"Arghhhhhhh"

Teriak Arin saat benda besar itu menusuk kencang dan tertelan habis di lubangnya. Bahkan benda panjang itu seolah masuk hingga ke dalam perutnya dan menyemburkan lahar panas di sana.

Arin mendesah panjang setelah beberapa menit benda di dalam tubuhnya masih menyemburkan cairan hangat.

"Inii terlalu banyakk"rintih Arin membuat Magadha Ji menurunkan tubuh wanita itu dari gendongannya.

Brukk

Arin langsung terbaring di lantai dengan tubuh bagian bawah yang terus mengalurkan cairan.

Magadha Ji yang tampan segera duduk dan mengusap kepala Arin.

Arin hanya diam sambil mengatur napasnya lalu meraba tubuh bagian bawahnya kemudian melotot. Setelah ini jika ia bercinta dengan suaminya, maka pria itu jelas akan tahu ia telah digagahi oleh pria lain.

"Hiks hiks"

Magadhi Ji menatap prihatin lalu mengulurkan tangannya ke bagian sensetif wanita itu kemudian muncul lah cahaya warna hijau dan Arin sendiri merasa dingin di bawah sana kemudian rasa sakit yang tubuhnya rasakan mendadak hilang. Namun perutnya masih terasa penuh.

Arin tersenyum lalu segera bangun dan bersimpuh."Terima kasih Magadha Ji."ucap Arin.

"Kamu akan mengandung bayi kembar."

Arin semakin senang mendengarnya. Ia bahkan tersenyum sangat lebar.

"Tapi aku akan ikut bersamamu."

Perkataan itu sukses membuat Arin bungkam. Ikut? Bagaimana bisa ia membawa pria lain ikut bersamanya. Itu tidak mungkin.

Mahadha Ji menyentuh cincin yang dipakai oleh Arin."Aku akan tinggal di dalam cincin ini dan menjagamu."

Arin mengangguk."Apa itu artinya aku bisa meminta bantuanmu yang lain?"

"Tentu saja. Aku akan mengabulkan semua keinginanmu."ucap Magadha Ji lalu tertawa kemudian beberapa saat kemudian tubuhnya berubah menjadi asap dan masuk ke dalam cincin yang Arin kenakan.

Arin tersenyum menatap cincin itu lalu segera bangun dan mengambil kain untuk menutupi tubuhnya.

Setelah Magadha Ji masuk ke dalam cincinnya, semua peristiwa alam menakutkan tadi juga hilang.

Arin tidak begitu peduli, ia hanya dengan cepat keluar dari gubuk dan melangkah pulang.

Ternyata pak Hasmun telah menunggu putrinya di dekat pohon beringin.

"Ayah."panggil Arin lalu berlari mendekati ayahnya.

Pak Hasmun hanya diam menatap putrinya. Hujan diserta angin kencang, petir dan kilat harusnya menjadi tanda bahwa Magadha Ji benar-benar datang tapi kenapa putrinya baik-baik saja.

"Apa yang terjadi?"tanya pak Hasmun.

"Apa maksud, ayah?"tanya Arin bingung.

"Apa kamu tidak bertemu dengan Magadha Ji?"tanya pak Hasmun lagi.

"Kami bertemu dan ritualnya juga sudah selesai. Magadha Ji bilang aku akan mengandung bayi kembar."ucap Arin dengan tawa lebar.

Pak Hasmun hanya diam. Sepertinya dia harus melakukan ritual untuk mengetahui apa yang terjadi.

Tiba di rumah, Arin langsung disambut oleh bu Syati dengan tatapan heran. Suami dan istri itu saling pandang karena merasa ada yang ganjil.

"Karena sudah selesai, besok kembalilah. Ayah akan mengantarmu pulang."ucap pak Hasmun lalu memasuki kamarnya yang hanya ditutupi kain besar.

Bu Syati mengusap kepala putrinya lalu menyuruh Arin untuk beristirahat.

"Baik, bu."ucap Arin lalu melangkah menuju kamarnya.

Sedang bu Syati segera mendekati sang suami.

"Entah itu keajaiban atau kutukan. Aku hanya takut jika putri kita tidak bisa bebas selamanya."

"Semoga saja Magadha Ji memutuskan menjaga putri kita dan bukannya menghancurkan."sahut bu Syati.

Bersambung

MAGADHA JITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang