Setelah drama perpisahan dengan Anggita, Aina dibawa masuk oleh Dexter.
"Mas, ini Aina?"
Baru saja masuk, tante badut langsung menyeruduk. Canda nyeruduk.
Dexter mengangguk sekenanya. "Hari ini aku libur dan mau quality time bareng Ayi" beritahunya.
Wanda terlihat mengangguk sembari tersenyum lembut. Cih, padahal dia sedang menahan rasa kesal.
"Aina, ini bunda Wanda," Dexter memperkenalkan Wanda pada Aina.
"Wah Aina gemes banget ya. Kenalin aku bunda Wanda. Yaudah kalau gitu aku berangkat arisan dulu ya mas, kalian berdua have fun" segera Wanda menampilkan senyuman hangat yang terlihat memuakan dimata Aina.
Dua orang ini, tak lebih dari sampah. Rasanya Aina ingin berteriak memaki Dexter! Bisa-bisanya ketika Anggita mati-matian berjuang diruang operasi, dia malah enak-enakan goyang dengan Wanda. Apalagi dalam keadaan sadar. Ya walaupun plot awalnya Wanda yang menggoda, tetap saja Dexter salah karena mau-mau saja.
Beruntung Anggita berhasil kabur, coba kalau tidak. Beuh sudah dipastikan sebelum Rajen bunuh Dexter, maka Aina akan lebih dulu meracun pak tua itu.
Arghh!! Aina kesal.
"Arghh!! Destel bajinan, biadab, babi pig anding tolol doblok aaaa ayi ndasuka destellll!!!!!!" Balita itu tampak memijak-mijak tanah brutal, meluapkan kekesalan seolah sedang memites Dexter.
Dia ikut dendam karena Dexter sudah menyakiti mama tercintanya.
"Huh! Huh! Untun si destel mati toba talau nda" dumelnya.
Aina tengah berada disebuah semak-semak ditaman mansion. Dia sedang melarikan diri dari Dexter karena kepalang kesal melihat wajahnya.
Tuk
"Aduh! Ini ciapa lagi yan lempal ayi pate batu" dia mengusapi lengannya. Saat mulutnya akan mangap, Aina segera mengatupkannya kembali. Alarm bahaya dalam dirinya berbunyi.
Menurut pengalaman baca pernovelan, kalau sudah begini, kemungkinan dia akan terlibat dengan tokoh yang dia hindari. Tidak bisa dibiarkan. Dia harus lari, ya betul lari. Aina segera ngacir darisana.
Sementara sosok pelempar itu mematung melihat tangannya mengudara, tak sempat mencekal lengan balita tadi.
Aina kembali kelokasi awal Dexter membawanya. Nafasnya berhembus tak beraturan, dasar tubuh balita, baru lari sebentar saja sudah seperti memutari dunia. Aina menjatuhkan tubuhnya dengan dramatis.
"Ayi, kamu darimana aja. Papa cariin" Dexter mengangkat tubuh Aina yang tengah selonjoran dirumput. "Kenapa duduk disitu hm?" Dia menepuk-nepuk pantat Aina yang terdaoat sisa tanah.
RIP pantat perawan gue LOL.
"Pa, Ayi lapal" daripada digendong terus lebih baik Aina makan. Sedari tadi juga Dexter hanya mengajak Aina bermain permaiman membosankan, seperti dreamchater yang jika diputar dapat menimbulkan dan masih banyak mainan lagi. Heol, memang dia kira Aina masih bayi.
Iya sih, tubuhnya balita, tapi jiwanya tidak!
"Sebentar lagi maid akan menyiapkan makanan. Ayi mau makan apa?" Dexter duduk diruang keluarga dengan Aina dipangkuannya.
Aina mengerutkan kening. Mencoba berpikir. "Ayi mau yang walna melah gitu telus banak".
"Makanan apa itu?" Dexter juga terlihat berpikir.
Dexter tolol beneran ya? Plis ini orang buta juga tahu kalau yang dimaksud Aina itu uang. Tapi uang dan makan tidak berkolerasi, salahkan saja Aina yang bicaranya tidak jelas, jelas Dexter jadi tak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC
FantasySelamat datang. Selamat menikmati penindasan, obsesi gila, posesif, kasar, dan arogannya seorang Rajendra. Avvela ─gadis yang mati dimutilasi ayah kandungnya harus menerima kenyataan bahwa ia hidup kembali sebagai Aina. Karakter novel karangan teman...