"Mengenai pelanggaran yang terjadi, kami tetap tidak dapat meloloskan anda."
Aina berjalan gontai menyusuri trotoar. Perkataan staff tadi terus terngiang dikepalanya.
Usahanya mendaki nilai selama ini harus sia-sia.
Tubuhnya melipir pada halte yang tampak lengang. Dia berjongkok, menyembunyikan tangisannya.
"Hei, are u ok?" Orang itu tak beranjak meski diabaikan. "Gue gak tau apa yang terjadi sama Lo. Tapi, sejahat apapun dunia, Lo gak boleh jahat sama diri Lo sendiri. Nih obatin luka Lo,"
Mengenai luka- Aina jatuh ketika memanjat tembok belakang sekolah.
Akhirnya Aina mengangkat wajahnya. Matanya menyipit mengamati gadis didepannya yang seolah dikelilingi cahaya. Wajahnya tampak tak asing.
Gadis itu tampak sedikit terkejut. "Lo Aina kan?" Tanyanya. Bibirnya melengkung keatas. "Pasti Lo gak kenal sama gue ya" dia tampak meringis tak enak sudah sok akrab. "Gue Reyna, kelas 12 special".
Aina mengangguk pelan.
Tentu holy angel ini dari Reyna. Lagipula siapa yang memiliki cahaya holy angel selain protagonis.
"Emm?" Reyna menarik kembali tangannya yang tak dijabat. Dia tersenyum tak enak. "Anyway ini buat bersihin luka Lo" tunjuknya pada siku Aina sembari mengulurkan tisu kemasan beserta plester. "Duduk aja yuk" ajaknya. Tanpa menunggu persetujuan, Reyna menarik tangan Aina agar mengikutinya. "Sini gue bantuin,"
Aina hanya diam. Terlalu lelah mendebat. Dibiarkannya Reyna membersihkan darah yang telah mengering, sementara Aina tampak sibuk mengamati kendaraan yang berlalu lalang.
"Nah selesai" Reyna bertepuk tangan sekali.
"Makasih" ucap Aina sekenanya.
Selanjutnya hening.
Aina tampak acuh, pandangannya lurus kedepan. Sama sekali tak tertarik membangun relasi dengan si protagonis. Bahkan tak perlu, semenjak Aina memutuskan keluar dari alur percintaan Reyna Theo. Jadi, mau Reyna Theo happy atau sad ending sekalipun tak akan berdampak pada dirinya. Dari awal eksistensinya tak tercantum di plot berseminya Reyna Theo, dia sudah lebih dulu mati jika menurut novel.
Disisi Reyna sendiri, gadis itu tampak akan berbicara namun urung. Mendapati wajah datar Aina, gadis itu cukup paham bahwa Aina tak ingin diganggu. Alhasil dia hanya mencuri-curi pandang dengan binaran dimatanya.
Sayang sekali, padahal Reyna sudah dari lama menjadi penggemar Aina.
Biar Reyna jelaskan.
Aina Jessi Maharta itu definisi queen bagi Reyna. Kaya, sudah jelas. Beauty privilage, tak perlu ditanya lagi. Pintar, cerdas, berbakat, punya circle yang tak main-main, dan swag, intinya segala latar belakang Aina selalu membuat Reyna berdecak kagum.
Belum lagi Aina adalah salah satu dari sepuluh murid exclusive class. Tempatnya para konglomerat juga manusia ber IQ tinggi menjadi satu.
"Lo gak pulang?"
Dan yang paling Reyna suka, Aina tidak sombong seperti anak Jenggala lainnya.
"Gue nunggu bis" balasnya disertai senyuman lebarnya. Bisa kalian bayangkan betapa senangnya Reyna ditanya oleh orang yang dikagumi. Okay, ini mulai alay.
Aina mengangguk saja. Tujuannya bertanya murni basa-basi. Tapi kalau bisa dia ingin Reyna cepat-cepat pergi, sungguh dia mulai terbebani dengan binaran menyilaukan yang terus menyorotinya. Ugh, menyilaukan.
"Hai Rajen!"
"Kenapa belum pulang?"
"Lagi nungguin bis"
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC
FantasySelamat datang. Selamat menikmati penindasan, obsesi gila, posesif, kasar, dan arogannya seorang Rajendra. Avvela ─gadis yang mati dimutilasi ayah kandungnya harus menerima kenyataan bahwa ia hidup kembali sebagai Aina. Karakter novel karangan teman...