07. Kita Jadian

532 62 37
                                    


Hi everyone, happy reading 💫

***


TIDAK tepat sepertinya, Kia muncul saat Fere tengah melonggarkan dasi dan membuka kancing kemejanya karena gerah.

Kia sejenak menelan ludah. Jelas, ia pernah melihat jauh lebih dari pada itu namun tetap saja Kia merasa grogi.
“Tehnya” ucap Kia.

Fere tampak terkejut untuk sejenak tapi kemudian tersenyum. “Thanks”

“Gerah ya? Mau pakai kipas angin atau mau ganti kaos?” tanya Kia. Fere memang tipikal orang yang tidak betah kepanasan, AC dalam kamar harus selalu stand by dengan suhu yang yang sama. Hal itu awalnya juga mencari kultur shock bagi Kia saat mereka baru saja menikah.

“Kaos boleh”
“Sebentar”

Tak lama Kia kembali dengan membawa kaos lengan pendek berwarna abu-abu gelap. Saat menerimanya Fere langsung merasa deja vu. Kaos ini tidak asing untuknya. Apakah ini salah satu kaos miliknya?

“Kayak kenal” gumam Fere tapi Kia justru bersikap seolah-olah tidak dengar. “Aku mau lanjut masak lagi” pamit Kia.

Setelah kaos itu dikenakan olehnya, Fere makin yakin jika ini miliknya. Kia sengaja membawa kaosnya ini? Fere tersenyum. “Bucin juga mantan istriku ini”.

Sekitar setengah jam menunggu, masakan Kia siap. Kia memanggil Fere saat semuanya masakannya sudah tersusun di atas meja.

Melihatnya Fere bergumam tidak menyangka. Ia kira Kia hanya akan membuatkannya satu menu, tidak sebanyak ini. Dan semua itu adalah makanan kesukaannya.

“Ayo makan”

Fere baru saja duduk dan Kia sedang mengambilkan nasi tapi ponsel milik Fere berbunyi. Raut wajah lelaki itu berubah serius sehingga Kia bisa menebaknya jika itu berhubungan dengan pekerjaan.

“Baik Pak, saya akan segera cek dan memberikan konfirmasi secepatnya ”

Apa Fere akan segera pergi? Kenapa tiba-tiba Kia merasa berkecil hati?

Fere memasukan ponselnya ke dalam saku, perhatiannya kini beralih ke arah Kia. Kia yang masih menggunakan kemejanya yang kebesaran itu tersenyum tipis. Kia juga tampak lelah.

“Jangan khawatir, pasti aku habiskan” ucap Fere. Mana mungkin ia bisa pergi setelah Kia bersusah payah menyiapkan makan malam ini untuknya?

Kia terus melihatnya, bagaimana Fere dengan semangat mencicipi satu persatu makanan yang ada di meja. Sekarang Kia tahu, apa yang membuatnya tidak semangat untuk memasak setelah tinggal sendirian adalah karena tidak ada lagi seseorang yang selalu antusias menyambut masakannya. Fere selalu menikmati masakannya seolah itu makanan paling enak yang ada di dunia. Dan apresiasi seperti itu hanya Kia dapatkan dari Fere.


***

.

Fere sudah pulang dan Kia juga sudah selesai membereskan meja makan. Sekarang suasana rumahnya seolah kembali ke settingan awal, sepi.

Usaha Kia untuk mulai terbiasa seakan percuma karena kedatangan Fere membuatnya merasa ‘bergantung’ lagi.
Hari sudah cukup malam. Rencananya Kia ingin mandi air hangat lalu pergi tidur. Namun sebelum itu Kia menyempatkan untuk mengecek ponselnya dan di sana ia menemukan beberapa pesan dari Fere.

From  Fere :
Terima kasih untuk makanannya, semuanya enak. Aku pasti tidur nyenyak.

Kamu pasti capek, kunci semua pintu dan jendela lalu istirahat. Kabari aku kalau ada keadaan darurat.

Dear, My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang