01. General Affair Baru

608 67 12
                                    

***


MORNING person. Kalimat itu tepat untuk menggambarkan seorang Adya Kia Asmitha. Perempuan berusia 25 tahun yang hobby merawat berbagai macam bunga.
Kia selalu bangun pagi untuk melakukan ini, menyiram bunga-bunga kesayangannya, memberi nutrisi, dan berbincang kecil dengan bunga-bunganya. Kia tidak sepenuhnya percaya dengan asumsi bahwa bicara dengan tanaman akan membuatnya tumbuh dengan baik, ia hanya senang melakukannya.

Rumah milik Kia tidak seberapa besar, malah bisa dibilang minimalis, tapi walupun minimalis Kia membuatnya senyaman mungkin. Rumahnya harus nyaman supaya ketika pulang kerja, energinya yang habis seolah mendapatkan pengisinya. Kia tidak keberatan kehilangan sebagian besar gajinya untuk melengkapi interior atau merawat taman kecilnya.

“Kenapa harus mimpiin dia sih?” ucap Kia, seraya memotong tangkai mawar yang kering.

“Bukannya harusnya makin jauh?”

“Mana orangnya sok ganteng lagi di mimpi”
Kia tertawa kecil untuk sesaat. Tapi kemudian termenung. Satu hal yang ia sadari, bahkan lewat mimpi senyum milik seseorang itu bisa menular. Hebat bukan?

"Udah, stop Kia. Pagi ini terakhir kali, besok-besok jangan dipikirin lagi”

Setelah beres dengan tanamannya, Kia bergegas masuk kedalam rumah. Kadang, saking asiknya mengurus bunga, ia lupa jika masih harus pergi ke kantor.  Biar bagaimanapun, Kia adalah seorang independen women. Hidup sendiri, cari nafkah sendiri. Tidak ada yang mengurusnya, keluarga bukan keberuntungan hidup yang ia punya.

***


Jam istirahat makan siang merupakan saat yang paling ditunggu-tunggu selain waktu pulang untuk pekerja kantoran seperti Kia. Setelah memastikan mejanya rapi, bebas dari dokumen dan alat tulis, Kia membuka kotak bekal yang ia bawa. Dua potong sandwich dan irisan buah apel.

“Diet Ki? Badan udah kecil gitu” ucap Gita. Bisa dibilang dia adalah teman yang paling akrab dengan Kia selama bekerja di kantor ini. Kia menyadari bahwa ia dan Gita sangat berbeda dalam segala hal, tapi perbedaan itu yang membuat mereka cocok, saling melengkapi.

“Nggak juga, ini namanya makanan sehat”  balas Kia. Beberapa minggu terakhir, ia memang sedang berusaha menerapkan pola hidup sehat. Ia mulai berolahraga secara rutin, mengonsumsi makanan sehat, dan membuat infused water dari buah dan sayur.

“Halah, sehat-sehat, enakan juga yang gurih dan berlemak, rendang misalnya”

Gita membuka kotak bekalnya. Aroma khas olahan daging sapi itu seketika bisa Kia cium. Sepertinya enak tapi...

“Mau cobain nggak? Masih anget lho, barusan gue panasin” tawar Gita. Kia menggeleng dengan cepat. “Nggak deh”

“Kenapa? Keliatan nggak enak banget ya masakan gue?”

Kia menggeleng lagi. “Bukan, trust issue”

“Trust issue macam apa Ki yang berhubungan sama makanan seenak rendang?!”

“Ada lah pokoknya”
Sejak dulu Kia setuju jika rendang memang salah satu makanan yang punya rasa sangat enak, tapi sekarang baginya melihat makanan itu selalu membuatnya de javu pada momen yang kini tinggal masa lalu.

***


Sudah sejak beberapa hari belakangan ramai diperbincangkan desas-desus jika kepala divisi umum akan diganti. Kia sampai bosan mendengar rekan-rekannya bergosip tentang alasan mengapa kepala mantan divisi umum atau biasa mereka sebut GA, dicopot secara tiba-tiba oleh pihak direksi. Mulai dari alasan klasik sampai yang tidak masuk akal semunya berhasil membuatnya sakit kepala.
Tidak mau semakin stress, Kia bangkit untuk membuat teh di dapur.

“Eh Kia. Mau bikin minum juga?”

“Iya, mau bikin teh biar nggak pusing”

“Semangat, tiga jam lagi”

“Gue denger-denger, calon GA baru kita itu masih muda tapi berwibawa banget “

Astaga. Di dapur pun pembahasannya masih saja sama. Walaupun tidak tertarik sama sekali dengan obrolan ini, tapi Kia berusaha untuk tersenyum. “Oh ya?”

“Pak Ferre namanya.

Tunggu. Namanya Ferre? Dari sekian banyak nama yang pernah ia dengar, nama Ferre itu cukup langka. Namun biarpun begitu, Kia optimis jika itu bukan Ferre yang ia kenal. Semoga.

“Semoga ganteng deh, biar ada semangat buat dateng senin pagi”

“Ngaco, kita siapa mau jadiin seorang GA jadi penyemangat?”

“Nggak ada yang nggak mungkin Kia, kalo memang takdir mau dia GA kek, direktur, direksi, pasti kena juga “

Kia hanya tersenyum saja, sebelum pembahasan semakin panjang, ia membawa satu cup teh hangat buatannya. Peristiwa itu terjadi dengan spontan, saat Kia berjalan sembari mendengar pesan suara dari ponselnya dan tiba-tiba ia bertabrakan dengan seseorang.

Jantung Kia berdegup cepat, sebelah tangannya terkena tumpahan teh hangat tapi orang yang ada di hadapannya lebih daripada itu. Kia bisa mendengar umpatan kecil dari lelaki yang kini telah menjauhkan diri dan mengibas jejak air di jasnya dengan telapak tangan.

“Maaf Pak-“ ucap Kia, takut. Dilihat dari penampilannya lelaki itu pasti punya jabatan. Jas dan sepatunya terlihat mahal. Ia bisa mendapatkan masalah jika sampai lelaki di hadapannya ini tidak terima atas kejadian barusan.

“Pak Ferre~”
Lelaki itu menoleh, Kia mendongak, rasanya seperti sedang bermimpi. Orang yang ia tabrak barusan adalah Ferre, General Affair baru yang belakangan ini sering dibicarakan sekaligus mantan suaminya.

***


To be continue ~

Pendek dulu buat intro, hehe.

Gimana menurut kalian?

Malemnya dateng ke mimpi, paginya dateng ke kantor, gimana nih Ki?😜

04/01/2023

Dear, My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang