04. Sebentar

598 66 26
                                    


Happy reading everyone ✨


***



ALASAN mengapa Kia menangis setelah merebahkan tubuhnya di ranjang adalah permintaan maaf Fere siang tadi.

Kia jadi teringat tentang malam itu, satu tahun yang lalu ~

Fere baru saja pulang, senyumnya cerah saat mendapati Kia yang sedang menunggunya di ruang tamu.

“Sayang”
Fere yang pertama menyapa, Kia tersenyum sembari menghampiri, bukannya meraih tas, Kia justru memeluk Fere.

“Tumben meluk duluan? Sekangen itu emang?”  goda Fere sembari mengusap puncak kepala Kia dengan sayang.

Tidak ada elakan dari Kia, ia mengangguk pelan dan mengeratkan pelukannya. Bahkan sekarang ia tampak seperti orang yang rakus karena ingin mencium lebih banyak aroma parfum suaminya.

“Sayang, nanti lagi ya, aku kan baru pulang, masih bau asem. Aku mandinya kilat deh. Ya?”

Kia mengangguk tapi masih enggan melepas pelukannya. “Aku pingin lihat kamu gosok gigi”

Keinginan Kia terdengar lucu, itu yang membuat Fere terkekeh pelan. Namun meskipun begitu ia tidak berkomentar apa-apa, ia menuju kamar mandi dengan Kia yang ia peluk sebelah pinggangnya. Tidak biasanya istrinya semanja ini, tapi Fere suka.

Sesampainya di depan wastafel, Kia yang meraih sikat gigi milik Fere, Kia juga yang memberikan pasta gigi sebelum mengulurkannya pada Fere.

“Aku bisa salting kalau dilihatin kayak gitu” ucap Fere. Karena sedang gosok gigi, suaranya terdengar berbeda.

“Biarin”
Kia tetap memperhatikan Fere, baik dari pantulan kaca atau menatap secara langsung. Mereka pernah beberapa kali gosok gigi bersama sebelum tidur dan momen itu salah satu momen kesukaan Kia.

“Kamu ganteng kalau lagi gosok gigi” puji Kia.

Fere tertawa sampai busa dari mulutnya berjatuhan. “Aku sering dipuji ganteng tapi kamu orang pertama yang bilang itu waktu aku lagi gosok gigi”

“Terus kamu nggak percaya?”
Daripada menjawab Fere lebih ingin mencium Kia. Sayangnya, sebelumnya sampai pada pipi Kia, istrinya itu sudah lebih dulu mendorongnya.

“Fere! Kumur dulu”

“Eh iya, kamu sih mancing-mancing” ucap Fere seraya terkekeh pelan. Ia berkumur dan membilas sekitar dagunya terlebih dahulu sebelum kembali mendekat pada Kia. Sayangnya Kia kembali menghindar.

“Kenapa lagi sayang?”
“Ada syaratnya”
“Jadi sekarang kalau mau cium istri pake syarat segala?” protes Fere. Biasanya kalau mau cium istri tinggal cium saja.

Cuma malam ini aja kok”
“Apa hm?”
“Malam ini aku mau kita qualty time, sepanjang malam, nanti aku yang tentuin kita mau ngapain aja”

“Bukannya qualty timenya di ranjang aja, kok pake agenda?” goda Fere dan Kia langsung mencubit pinggangnya.
“Ish itu mah maunya kamu, dasar mesum”

“Lagian kamu mintanya aneh-aneh sayang, jangan kan malam ini, besok, lusa, besoknya lagi, dan kapanpun itu, asal aku udah di rumah, waktuku semuanya pasti buat kamu, buat istriku” jelas Fere. Baginya pulang ke rumah adalah waktu yang paling ia tunggu-tunggu setelah seharian bekerja karena pada saat itu ia bisa bertemu Kia.

Sebelum Fere melanjutkan, Kia lebih dulu maju mencium pipi Fere.

Malam itu mereka melakukan banyak hal seperti membuat cookies, bermain truth or dare, membaca buku, sampai menonton film. Mereka bersenang-senang tanpa memperdulikan jam.

Fere yang pada dasarnya lelah karena belum beristirahat setelah pulang kerja, tertidur di pangkuan Kia saat mereka menonton film.

Pukul tiga pagi.
Kia membelai rambut Fere dengan sayang.  Suaminya seperti anak kecil saat sedang tidur, kalau ia tinggal sebentar pasti akan bangun. Fere selalu memeluknya sepanjang malam dan itu yang selama ini membuat Kia bisa tidur dengan nyenyak.

“Selamat tinggal Fere, suamiku tersayang. Jaga diri baik-baik dan selalu bahagia” bisik Kia pada sebelah telinga Fere. Kia ingin mengatakan banyak hal tapi tidak sanggup. Dadanya sesak, air matanya terus berjatuhan. Ia tidak mau membangunkan Fere dan membuat perpisahan ini semakin sulit.
Kia memiringkan tubuhnya saat dadanya mulai terasa sesak karena banyak menangis.

Setelah malam dimana ia meninggalkan Fere, mereka bertemu dan Fere meminta maaf. Padahal jika ada yang harus meminta maaf, orang itu adalah dirinya. Bahkan Fere tak harus maafkannya.

Dear, My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang