03. Rasa tidak nyaman

531 69 23
                                    

Happy reading everyone

***


SUARA nyaring alarm-lah yang membangunkan Fere setiap harinya. Dengan perasaan kesal dan rasa ngantuk yang masih cukup kuat, ia menyahut ponselnya dan bangkit. Duduk sebentar untuk menormalkan penglihatan dan keseimbangan. Fere riwayat tekanan darah rendah sehingga setiap kali bangun tidur, penglihatannya sedikit berkunang.

Walaupun sudah sering mengalami hal semacam ini, anehnya ia merasa de javu. Dulu pernah ada seorang yang selalu setia memijit kepalanya setiap bangun tidur. Tapi sayangnya itu dulu, sekarang Fere harus mengatasinya sendiri.

Usai mandi dan berpakaian rapi, Fere turun. Seperti biasa di sana sudah ada mamanya yang menunggunya untuk sarapan, kebetulan pagi ini juga ada papanya. Fere anak bungsu dari tiga bersaudara, dua saudaranya berkeluarga sehingga hanya dirinya yang tersisa di rumah ini. Sebenarnya Fere juga punya tempat tinggal sendiri namun karena mamanya terus memohon untuk ditemani, ia mengalah, toh ia juga sedang tidak berkeluarga seperti kakak-kakaknya.

“Pagi sayang” sapa mama.

“Pagi”

“Tuh kan kebiasaan, dasinya nggak rapi”
Fere hanya pasrah saat mamanya maju dan merapikan ikatan dasinya. Entah mamanya yang terlalu perfeksionis atau dirinya yang terlalu simpel dalam menentukan standar.

“Sarapan ya?”
Fere menggeleng, hari ini ia sedang tidak mau menyiksa dirinya untuk hal apapun.
“Minum teh aja kalau gitu, ya?”

“Boleh”
Di saat mamanya sedang menyiapkan teh di dapur. Papa yang semula fokus dengan sarapannya terbatuk sebentar.   “Gimana Re?”

“Gimana apanya Pa?”

“Jangan pura-pura nggak paham maksudnya. Papa udah kasih waktu kamu satu tahun, kalau kamu masih nggak bergerak biar papa yang turun tangan”
Helaan nafas Fere adalah jawabannya. Ia masih tidak paham mengapa tidak ada yang suka melihatnya melajang, sejak awal.


***

Jam delapan tepat, Kia sampai di halaman kantor. Cuaca hari ini cukup cerah, langit terlihat bagus, biru diselimuti awan putih.

“Pak, makasih payungnya. Saya juga ada makanan buat bapak” ucap Kia ketika berjumpa dengan petugas keamanan yang kemarin memberikan pinjaman payung. Sebagai rasa terima kasih, Kia juga membawakan makanan.

“Wah terima kasih Mba Kia”

“Iya Pak sama-sama, saya permisi dulu ya Pak” pamit Kia.

Saat berjalan memasuki area kantor, Kia tersenyum pada setiap orang yang berpapasan. Pagi ini moodnya sedang bagus dan ia berharap akan terus begini sepanjang hari. Dan sepertinya hal itu juga sedang terjadi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, hampir setiap orang yang berpapasan dengannya memberikan senyuman.

“Pagi Pak Fere"

Senyum Kia lenyap, jantungnya berdegup dengan cepat. Dimana Fere?

Langkah besar terdengar dari belakangnya, disusul dengan aroma parfum yang mulai tercium. Kia hafal betul jika aroma parfum ini milik Fere.

Dear, My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang