08. Saling bucin ke mantan, emang boleh?

669 60 32
                                    

Hallo semuanya, i’m back.
Happy reading 💫


***

“Kok kayak Pak Fere?”

Walaupun kaget, untungnya Kia punya refleks yang cukup bagus. Tangannya dengan gesit mengarahkan kursor untuk menutup tap browsernya.

“Eh”
“Siapa tadi Ki? Mirip Pak Fere tau” celetuk Faya, sangat tepat sasaran. Untungnya perempuan itu punya minus sehingga masih ada kemungkinan untuk menggoyahkan keyakinannya.

“Bukan” elak Kia. Bisa heboh satu penjuru kantor jika karyawan biasa sepertinya kedapatan punya kedekatan dengan Fere yang notabennya punya jabatan penting.
“Iya sih mana mungkin Pak Fere ngechat sampai kirim pap random hehe”

Kia tersenyum. Padahal Fere memang serandom itu, orang-orang saja yang tidak tahu.

“Btw ciee, udah ada pdkt-an nih. Spil dong sedikit aja” goda Faya seraya menyenggol lengan Kia.
“Barang kali di spil-spil segala”
“Pantes auranya jadi lebih sumringah gitu. Ternyata lagi kasmaran. Jangan lama-lama, ditunggu undangannya”

Kia bingung harus menjawab apa sehingga dirinya cuma tersenyum. Menikah dengan Fere, lagi?
Rasanya itu terdengar tidak mungkin.

***


Sekitar pukul tiga sore, Kia ada keperluan yang membuatnya harus menemui Fere. Sebelum masuk, Kia sudah sebisa mungkin menyiapkan ekspresi profesional tapi semuanya sia-sia karena setelah membuka pintu senyum hangat Fere menyambutnya. “Hai sayang”

Lelaki itu duduk di sofa dan memberi isyarat agar Kia bergabung dengannya. Kia duduk tapi ia menolak saat Fere hendak merangkulnya dari belakang.

“Re, jangan kayak gitu ya kalau kita di kantor? gara-gara kamu kirim pap random, kita hampir dicurigain” ucap Kia, Fere cemberut.“Ternyata kamu nggak suka disayang.”

Aduh, lucu banget sih?” batin Kia. Jika Fere sudah mode bayi begini, tidak mungkin ia tidak luluh.

“Bukan gitu, bukannya nggak suka...”
Belum selesai Kia bicara, Fere sudah memeluknya. Erat. Kia bisa merasakan detak jantung Fere yang teratur begitu juga hangat nafasnya yang kini ada di belakang pundak Kia. Kia tidak memberontak sama sekali karena pelukan itu cukup menenangkan.

“Sebentar Ki, biar aku ngecas energi” lirih Fere.
Kia tersenyum tipis, telapak tangannya mulai mengelus-elus punggung Fere. Dulu Fere sering seperti ini setelah pulang kerja. Lelaki itu mandi dan langsung mencarinya untuk minta dipeluk. “Capek banget ya?”
“nggak terlalu  kerasa kalo deket kamu gini”

“Tidurnya jangan kemaleman biar paginya nggak terlalu capek”
“Aku susah tidur sejak nggak ada kamu. Kadang nggak tidur sama sekali”

Kia terkejut mendengar pengakuan Fere. Ia juga merasa bersalah karena membuat Fere harus mengalami hal demikian.

***


Setelah dewasa, Bella baru mengerti, jika malam dengan keluarga adalah sesuatu  yang butuh diusahakan. Papanya sibuk, dirinya juga sibuk. Dalam satu minggu tidak pasti mereka bisa bertemu dalam satu meja seperti sekarang ini.
Sayangnya walaupun jarang bertemu, pembicaraan mereka tetap seputar bisnis dan dunia realita saja. Kalau sedang apes, orang tuanya akan bertanya soal kapan ia berencana akan menikah.

Dear, My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang