Prolog

116 21 42
                                    

"Zahra." Seseorang memanggil gadis yang berada di depannya. Lalu gadis itu pun berbalik arah pada suara tersebut.

"Ya?" Hana yang memanggil sahabatnya itu pun langsung menghampiri Zahra dan membisikan sesuatu di telinganya.

"Ritsleting lo kebuka." Reflek, Zahra pun langsung memegang ritsleting rok sekolahnya dan segera menutupnya kembali. Sebagian dirinya bertanya berapa lama ritsleting ini kebuka, lantaran ia malu kalau orang lain melihatnya.

Setelah membenarkan ritsletingnya, Zahra melihat ke sekeliling perpus takut ada yang memperhatikannya. Namun ketakutannya itu terjadi, lantaran ada satu lelaki yang secara tidak sengaja bertatapan dengannya.

"Makasih Na. Tapi btw, gue duluan ke kelas ya. Gak jadi gue baca bukunya. Biar nanti lo kasih tau gue aja hasil bacaannya."

Hana menaikan kedua alisnya kala teman sebangkunya mengatakan demikian. Belum juga Hana mengucapkan satu patah kata, Zahra sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

Lelaki yang tadi memperhatikan Zahra pun merasa heran. "Kenapa itu si Zahra ngacir gitu aja?" tanya Daniel kepada Hana.

"Ritsletingnya tadi kebuka, cuma setelah gua kasih tau dia malah kabur gitu aja."

"Aneh," balas Daniel setelah mendengar jawaban Hana.

Sedangkan di luar sana Zahra menyalahkan diri sendiri karena tidak memperhatikan ritsletingnya. Ia terus overthinking setelah Daniel melihatnya membenarkan ritsletingnya.

"Asli setelah ini gue harus ganti jangan pake rok yang ini. Minggu kemarin gue udah ketahuan ritsletingnya kebuka sama Hana, dan disaksikan sama Daniel juga. Mau ditaro di mana muka gue, kalau kejadian ke tiga kalinya." Zahra menggerutu sepanjang jalan sampai orang-orang yang mengenalinya pun menegurnya.

"Zahra lo sehat? Kenapa lo ngomong sendiri dah?" Zahra menghentikan jalannya kala teman satu ekstrakurikulernya bertanya demikian.

"Sehat. Sorry, kebiasaan," ucap Zahra sambil nyengir hingga membuat orang yang bertanya nya pun menggelengkan kepala.

Zahra gadis ajaib, begitulah teman-teman sekolahnya menjulukinya. Bagi Zahra ia tidak masalah mendapat julukan demikian. Lantaran ia pun menyadari kalau dirinya memiliki sisi yang membuatnya heran sendiri. Dia gadis ceria namun juga dewasa. Selain itu ia mempunyai sisi ajaib seperti berbicara sendiri seperti tadi.

Dalam perjalanannya menuju kelas, Zahra baru menyadari kalau ia memilih jalan yang jarang siswa lain lewati. Lorong ini sangat sepi, namun di tengah itu terdengar sayup-sayup orang marah dan rintihan orang menangis. Dengan segala rasa penasarannya Zahra pun mencari sumber suara tersebut.

Gadis itu terkejut kala melihat apa yang terjadi. Sesilia teman dekatnya menjadi korban perundungan. Wajahnya memar dan bibirnya berdarah. Hawa panas mulai menguasai tubuh Zahra. Ia sangat emosi melihat apa yang terjadi.

"Woy Berta! Apa yang lo lakuin ke Sesilia?" Zahra mendatangi Berta dan Sesilia. Berta yang melihat kehadiran Zahra pun tersenyum kecut. "Temen lo dateng tuh," ucapnya pada Sesilia. Sedangkan Sesilia ia hanya bisa menangis.

Sekuat tenaga Zahra menahan emosinya. Ia tidak ingin bertingkah gegabah.

"Gue cabut. Uang lo gue bawa. Thanks meski gak banyak seperti biasanya." Zahra tidak habis pikir dengan Berta. Siswi itu tidak ada rasa bersalah sama sekali. Ia malah pergi begitu saja tanpa dosa.

Dengan segala kesabaran yang Zahra punya pada akhirnya gadis itu mengejar Berta. Ia memegang lengan Berta dan meminta agar gadis itu menyesali perbuatannya.

Berta menampik tangan Zahra dan memarahi gadis itu. "Gue gak salah Zahra. Dia yang salah. Harusnya dia tahu berapa uang yang sering gue pinta ke dia. Tapi sekarang dia malah berbuat seenaknya. Dah ah, sana bawa temen lo ke rumah sakit. Jangan macam-macam sama gue kalau gak mau dapat akibatnya." Berta pergi begitu saja kala selesai berbicara dengan Zahra.

Saat kejadian itu ada sepasang mata yang memperhatikan. Zahra yang tidak habis pikir dengan Berta pun akhirnya membawa Sesilia menuju ruang kesehatan. Kebetulan sekolah ini memiliki fasilitas lengkap, dan menyediakan dokter umum.

Lelaki yang tadi memperhatikan itu pun pergi menuju ruang BK. Ia akan melaporkan kejadian ini kepada pihak sekolah. CCTV yang terpasang di sana, akan menjadi bukti untuk mengungkap kasus ini.

***
Kuningan, 11 Mei 2024

Terima kasih buat teman-teman yang udah baca. Ini merupakan tulisan pertamaku setelah lama gak nulis. Semoga teman-teman pada suka yaaa 🖤

Jangan lupa juga klik bintang di bawah dan komen ya 🖤

The Colour of Zahra's Life [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang