Bab 3 : Sepotong Roti

46 7 100
                                    

Hari weekend ini, Zahra akan bersiap pergi bersama Khalif, Hana, dan Juna ke rumah Sesilia. Kebetulan gadis itu sudah pulang dari rumah sakit. Namun, sebelum ke rumah Sesilia, Zahra akan pergi ke suatu tempat terlebih dahulu bersama kekasihnya tersebut.

"Mama, aku berangkat dulu," ucap Zahra berjalan menuju mamanya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Kebetulan Azhar sedang bekerja, jadi tidak ada di rumah.

Sonya pun melihat penampilan putri gadisnya yang rapi. "Kamu ke toko bunganya sama siapa Ra? Pak Syarif lagi cuti loh sekarang," tanya Sonya mengingat putrinya tersebut belum cukup umur untuk mengemudi.

Zahra pun menyalami mamanya. "Sama Khalif Ma. Kebetulan dia baru dapat SIM," ucap Zahra sambil tersenyum.

Sonya pun menganggukkan kepalanya. "Yaudah, hati-hati. Salamin nanti ke Sesilia ya, dari Mama."

"Siap. Nanti aku salamin. Kalau begitu, aku berangkat dulu, ya, Ma. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Sonya pun menggelengkan kepala kala melihat putrinya sedang kasmaran tersebut. Sebenernya sebagai orang tua, Sonya cukup khawatir putrinya berpacaran, mengingat pergaulan zaman sekarang sangat bebas. Zahra mungkin di hadapannya pacaran biasa, tapi di belakang, Sonya tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sehingga ia selalu menasehati putrinya tersebut agar tidak macam-macam.

Sekarang Zahra sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Kebetulan gadis itu akan menunggu Khalif yang sebentar lagi sampai.

Tidak lama, Khalif pun datang dengan motor pemberian papanya.

Zahra pun tersenyum kala melihat betapa keren pacarnya tersebut.

Khalif menaikan kaca helmnya lalu mengajak gadis itu naik ke motornya. "Ayo, naik." Dengan masih tersenyum Zahra pun menaiki motor Khalif. Lalu mereka pun pergi meninggalkan rumah Zahra.

"Ini pertama kalinya aku dibonceng kamu loh, Lif. Jangan ngebut-ngebut ya, aku masih pengen hidup."

Khalif tertawa mendengar Zahra berkata demikian. Gadis itu memang sedikit frontal

"Tenang aja Ra, aku juga masih pengen hidup terus nikahin kamu."

Zahra tertawa karena terkejut dengan ucapan Khalif. Dia merasa itu sangat lucu. "Siap Tuan, mari kita menikah setelah sukses."

Keduanya pun menjalani perjalanan dengan hati yang bahagia. Hingga tidak lama, mereka telah sampai di Toko Bunga yang mewah.

"Kamu serius, mau kasih Sesilia bunga Ra?" tanya Khalif setibanya di sana.

Zahra pun melihat-lihat bunga yang cocok untuk Sesilia. Semua bunga yang ada di sini sangat terlihat cantik. Gadis itu pun tersenyum sambil mengangguk mantap.

"Sebelumnya kan aku udah kasih tahu kamu, kalau Sesilia suka bunga. Makanya aku mau kasih ini. Oh iya, nanti di depan kita beli roti, Sesilia juga sangat suka roti yang dijual di sana."

"Oke," ucap Khalif membuat Zahra tersenyum.

Khalif pun hanya mengekori kekasihnya tersebut melihat bunga yang terpajang. Hingga ia menyadari sesuatu kalau Zahra termasuk gadis yang memahami temannya. Hal itu sangat berbeda dengan dirinya yang merasa sungkan bila harus memberikan perhatian pada teman laki-lakinya.

Saat sedang melihat-lihat, tiba-tiba seorang staff datang menemui mereka.

"Ada yang bisa saya bantu Mba?" tanya staff tersebut.

Khalif yang berdiri di samping Zahra pun hanya diam sambil melihat bunga yang cantik di sana.

"Iya Mba, saya mau kasih seseorang bunga. Cuma saya bingung mana yang cocok. Kebetulan teman saya sangat menyukai bunga mawar," terang Zahra.

The Colour of Zahra's Life [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang