Berta menggeledah pakaian Sesilia saat gadis itu mengatakan tidak membawa uang banyak seperti biasanya. Ia melakukan itu dipenuhi amarah yang membuat Sesilia ketakutan dan terus menangis. Mental gadis itu hancur begitu saja apalagi Berta mendorongnya begitu keras ke tembok.
"Di mana lo sembunyiin uang-uang lo?! Kasih tahu gue Sesilia. Lo jangan macam-macam sama gue!" Sesilia terus menangis merasakan luka yang begitu hebat di fisik dan batinnya.
Berta pun memegang dagu Sesilia yang terus menangis. "Lo jangan nangis terus. Jawab pertanyaan gue Bolot!" Sesilia merasa sakit di dagunya. Ia pun mencoba mengenyahkan tangan Berta. Namun Berta makin mengeratkan genggamannya.
Sesilia menangis. "Aku cuma bawa uang segitu Ber. Gak ada lagi," katanya.
Berta berdecih. "Alasan! Kemarin aja lo bawa duit banyak. Masa sekarang cuma 100 ribu? Lo sengaja ya bawa uang segitu biar gak gue pinta? Dasar! Udah berani ya lo sama gue?!"
Sesilia menggelengkan kepalanya. Ia sedang kesakitan. Tapi ia tidak bisa apa-apa.
Berta merasa muak dengan Sesilia yang terus menangis alih-alih menjawab pertanyaannya. Hingga akhirnya ia pun melepaskan tangannya dari dagu Sesilia dan menjambak rambut Sesilia tanpa ampun. Entah setan apa yang merasuki Berta sampai ia pun berani memukul Sesilia.
"Semua manusia di muka bumi ini ba*ingan. Gak ada yang mau jawab pertanyaan gue. Gue cuma minta uang sama lo, tapi lo hanya ada 100 ribu. Ke mana 400 ribu itu Sesilia?! Gue butuh duit itu!" Berta mengatakan itu sambil menangis. Begitupun Sesilia yang kesakitan karena pukulan Berta.
"Berta cukup. Ini sakit. Aku kesakitan." Berta tidak mendengar ucapan Sesilia. Yang ada ia makin menjadi.
Sesilia begitu terpuruk. Hingga ia pun mencoba untuk berlari saat Berta menghentikan pukulannya dan mengelap air matanya.
"Woy mau ke mana lo?!" Berta pun mengejar Sesilia dan menarik lengannya. Ia memutar lengan Sesilia dengan kuat. Sampai gadis itu merasakan sakit yang luar biasa.
Setelah itu, Berta menampar Sesilia seakan mendapat mainan baru. Nurani gadis itu entah ke mana. Tapi ia merasa sangat puas dengan tamparan itu sampai bibir Sesilia berdarah.
Rekaman CCTV itu diputar di ruangan sidang. Berta melihat kejadian itu dengan raut tanpa bersalah.
Hakim ketua pun bertanya alasan mengapa Berta melakukan hal itu. "Saudari Berta, apa alasan yang membuat Anda melakukan perundungan kepada Saudari Sesilia? Di rekaman tadi saya melihat Anda sangat menikmati tindakan itu?"
"Tidak ada alasan apa pun. Saya hanya ingin melakukannya."
Orang yang hadir di persidangan itu pun merasa terkejut dengan jawaban Berta. Di sana terdapat Zahra dan Khalif yang sudah maju untuk menyampaikan kesaksiannya. Selain itu, papanya Sesilia serta ayah Berta pun hadir di sana.
Bagi Berta ia tidak perlu memberikan alasan yang sebenarnya. Karena ayahnya pasti tidak akan peduli padanya. Dulu dia hidup sangat bahagia dengan keluarganya. Namun saat menyaksikan langsung ayahnya bermesraan dengan wanita lain dan diam-diam menikahinya, hari Berta menjadi buruk. Ia bertanya kenapa ayahnya melakukan itu. Tapi sang ayah dan ibu kandungnya tidak pernah menjawab. Yang paling menyesakkan adalah ibu kandung Berta sebagai istri sah tidak mempedulikan suaminya berselingkuh. Kenyataan ini hanya Berta saja yang tahu, kakaknya tidak mengetahui apa-apa karena berada di luar negeri.
Karena hal itulah Berta berontak dan melakukan apa pun agar orang tuanya sadar. Namun saat ini terjadi, ia tidak akan memberitahu alasan sebenarnya mengapa melakukan perundungan kepada Sesilia. Biarkan itu menjadi rahasianya saja. Yang terpenting saat ini, ia bisa segera masuk ke penjara dan tak melihat ayahnya lagi.
Pengacara dari pihak Berta tidak tahu harus membela bagaimana lagi. Karena sedari tadi kliennya itu membenarkan bukti-bukti yang merujuk padanya.
Ayah Berta yang duduk di sana pun tidak percaya dengan putrinya sendiri. Mengapa putrinya melakukan itu? Apa dia tidak ingin bebas dari tuduhan?
Dari semua bukti yang ada mulai dari rekaman CCTV, hasil visum, dan kesaksian dari para saksi akhirnya hakim ketua memutuskan bahwa Berta bersalah. Ia pun dihukum dengan pasal tindak pidana kekerasan pada anak di bawah umur.
Pihak Sesilia merasa senang dengan akhir sidang tersebut. Zahra dan Khalif saling tersenyum akhirnya keadilan untuk Sesilia ditegakkan. Apa pun alasan orang berbuat jahat itu tidak bisa ditolerir. Salah tetap salah. Dan ia harus mendapatkan hukumannya.
Papanya Sesilia menangis haru karena akhirnya perjuangannya terbayarkan. Ia berterima kasih kepada jaksa, pengacara, dan para saksi yang terdiri dari Zahra Khalif, dan saksi ahli yang sudah melakukan yang terbaik. Sehingga kasus ini pun ditutup sebagaimana mestinya. Setelah ini, ia harus fokus dengan perawatan psikologis Sesilia. Putrinya itu memiliki trauma yang cukup berat.
***
Kuningan, 31 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
The Colour of Zahra's Life [TERBIT]
Teen Fiction[SELESAI] Seorang gadis SMA berpacaran dengan seorang kakak kelas di sekolah yang sama. Gadis itu bernama Zahra. Zahra sangat mencintai Khalif, begitupun sebaliknya. Namun cinta mereka diuji oleh mamanya Khalif yang tidak menyetujui putranya berpaca...